
Jaga Rupiah, BI Sudah Borong SBN Rp 60,5 T
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
11 July 2018 17:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang 2018, Bank Indonesia (BI) telah menggelontorkan dana triliunan untuk stabilisasi nilai tukar di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 60,5 triliun. Jumlah itu terdiri dari pasar primer sekitar Rp 42 triliun, sementara pasar sekunder sebesar Rp 18,5 triliun.
"Kalau di pasar primer, bukan dalam konteks intervensi, bukan stabilisasi. BI memang bagian dari bidder tapi non competitive pada saat lelang SBN yang berjangka waktu di bawah satu tahun atau Surat Perbendaharaan Negara (SPN)," kata Nanang Hendrasah, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, Rabu (11/7/2018).
Nanang mengatakan BI memang memperlukan SBN dalam rangka penggunaan operasi moneter. Ke depan pun BI akan terus menggunakan banyak SBN untuk pengelolaan likuiditas dalam rangka operasi moneter.
"Jadi memang kami perlukan akumulasi SBN ini, tetapi sebagian dari itu kami akumulasi dari pasar sekunder dalam rangka stabilisasi nilai tukar," jelas Nanang.
Selain itu Nanang menyebut yield SBN 10 tahun saat ini berada di level 7,4% setelah sebelumnya sempat berada di level 7,8%. Menurut dia, BI terus melalukan pemilihan SBN sekaligus memperhatikan spread antara US Treasury SBN 10 tahun dengan US Treasury bond 10 tahun.
"Kita jaga supaya tetap menarik bagi investor asing," tuturnya.
Menurut Nanang pelemahan rupiah sejak awal tahun masih dalam kondisi terjaga. Sebab di tengah tekanan yang dirasakan seluruh negara, depresiasi rupiah masih terukur.
Hal yang penting saat ini, lanjut Nanang adalah tidak menimbulkan kepabikan dan ketidakpastian masyarakat.
"Makanya year to date rupiah tuh baru melemah 5,2%. Kalau pun terdepresiasi harus secara terukur. Kami harap tentunya tidak terlalu melemah lagi ya," imbuhnya.
(dru) Next Article Sedih, Perbaikan Ekonomi RI Tak Secepat yang Diperkirakan
"Kalau di pasar primer, bukan dalam konteks intervensi, bukan stabilisasi. BI memang bagian dari bidder tapi non competitive pada saat lelang SBN yang berjangka waktu di bawah satu tahun atau Surat Perbendaharaan Negara (SPN)," kata Nanang Hendrasah, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, Rabu (11/7/2018).
Nanang mengatakan BI memang memperlukan SBN dalam rangka penggunaan operasi moneter. Ke depan pun BI akan terus menggunakan banyak SBN untuk pengelolaan likuiditas dalam rangka operasi moneter.
Selain itu Nanang menyebut yield SBN 10 tahun saat ini berada di level 7,4% setelah sebelumnya sempat berada di level 7,8%. Menurut dia, BI terus melalukan pemilihan SBN sekaligus memperhatikan spread antara US Treasury SBN 10 tahun dengan US Treasury bond 10 tahun.
"Kita jaga supaya tetap menarik bagi investor asing," tuturnya.
Menurut Nanang pelemahan rupiah sejak awal tahun masih dalam kondisi terjaga. Sebab di tengah tekanan yang dirasakan seluruh negara, depresiasi rupiah masih terukur.
Hal yang penting saat ini, lanjut Nanang adalah tidak menimbulkan kepabikan dan ketidakpastian masyarakat.
"Makanya year to date rupiah tuh baru melemah 5,2%. Kalau pun terdepresiasi harus secara terukur. Kami harap tentunya tidak terlalu melemah lagi ya," imbuhnya.
(dru) Next Article Sedih, Perbaikan Ekonomi RI Tak Secepat yang Diperkirakan
Most Popular