
Ekonom: Selama Trump Jadi Presiden AS, Rupiah Terus Tertekan
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
03 July 2018 13:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin tertekan. Mata uang Garuda terus melemah, dan pada hari ini, Selasa (3/7/2018) pukul 12:00 WIB, US$ di pasar spot dihargai pada posisi Rp 14.450.
Kira-kira, sampai kapan dolar negeri Paman Sam terus menunjukkan keperkasannya terhadap rupiah?
Kepala Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja mengaku tak mengetahui secara pasti sampai kapan depresiasi rupiah akan berlanjut.
Namun, kata dia, selama AS masih berada di bawa kendali Presiden Donald Trump bukan tidak mungkin rupiah akan terus tertekan.
"Sampai kapan kita tidak tahu, karena ketakutan ini akan terus berlanjut. Kita akan lihat, karena di AS akan ada mid election review. Kalau kepemimpinan Donald Trump tidak berlanjut, saya rasa akan ada penguatan," kata Enrico kepada CNBC Indonesia, Selasa (3/7/2018).
Menurut Enrico, arah kebijakan Donald Trump selama ini menjadi satu-satunya pemicu keperkasaan dolar AS terhadap sejumlah mata uang, tak terkecuali Indonesia. Jika ini terus berlanjut, maka rupiah masih akan mengalami tekanan.
"Donald Trump menjanjikan tax insentif. Kemudian ada perang dagang, yang pada akhirnya membuat langkah China melemahkan Yuan dibaca sebagai retaliasi atas kebijakan perdagangan Trump. Tekanan rupiah didorong oleh eksternal," jelasnya.
Dalam kesempatan berbeda, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, pergerakan rupiah akan tetap bergantung pada hasil negosiasi antara AS dan China. Jika tidak ada kesepakatan, maka situasi akan semakin sulit dikendalikan.
"Dalam kondisi sekarang, situasinya sudah sangat sulit dikendalikan. Saya kira ini akan tetap berlangsung hingga akhir tahun," katanya.
(ray) Next Article Uji Stabilitas Rupiah, Ini Tantangan Mata Uang Garuda
Kira-kira, sampai kapan dolar negeri Paman Sam terus menunjukkan keperkasannya terhadap rupiah?
Kepala Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja mengaku tak mengetahui secara pasti sampai kapan depresiasi rupiah akan berlanjut.
"Sampai kapan kita tidak tahu, karena ketakutan ini akan terus berlanjut. Kita akan lihat, karena di AS akan ada mid election review. Kalau kepemimpinan Donald Trump tidak berlanjut, saya rasa akan ada penguatan," kata Enrico kepada CNBC Indonesia, Selasa (3/7/2018).
Menurut Enrico, arah kebijakan Donald Trump selama ini menjadi satu-satunya pemicu keperkasaan dolar AS terhadap sejumlah mata uang, tak terkecuali Indonesia. Jika ini terus berlanjut, maka rupiah masih akan mengalami tekanan.
"Donald Trump menjanjikan tax insentif. Kemudian ada perang dagang, yang pada akhirnya membuat langkah China melemahkan Yuan dibaca sebagai retaliasi atas kebijakan perdagangan Trump. Tekanan rupiah didorong oleh eksternal," jelasnya.
Dalam kesempatan berbeda, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, pergerakan rupiah akan tetap bergantung pada hasil negosiasi antara AS dan China. Jika tidak ada kesepakatan, maka situasi akan semakin sulit dikendalikan.
"Dalam kondisi sekarang, situasinya sudah sangat sulit dikendalikan. Saya kira ini akan tetap berlangsung hingga akhir tahun," katanya.
(ray) Next Article Uji Stabilitas Rupiah, Ini Tantangan Mata Uang Garuda
Most Popular