
Tren Konsumsi Gas Naik, Bagaimana Nasib Batu Bara RI?
Wahyu Daniel, CNBC Indonesia
28 June 2018 10:31

Washington, CNBC Indonesia- Masa kejayaan gas bumi akan terus naik. Di Indonesia, pemerintah terus mendorong konsumsi gas sebagai energi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan batu bara.
Dalam forum World Gas Conference di Washington DC yang diadakan pekan ini, disebutkan masa keemasan gas akan dimulai. Hal ini diutarakan oleh Nobuo Tanaka, selaku Chairman The Sasakawa Peace Foundation dan mantan Direktur Eksekutif International Energy Agency (IEA).
"Masa keemasan gas akan datang, terutama di Amerika Utara. Amerika Serikat (AS) akan menjadi pemimpin gas dunia dengan produksinya yang besar. Kemudian China akan beralih ke energi hijau yaitu gas, dan mengurangi batu bara," kata Tanaka.
Demikian juga dengan kendaraan listrik yang mulai menjadi tren di dunia, akan menyebabkan konsumsi gas meningkat. Karena listrik yang digunakan untuk kendaran berasal dari gas.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, yang menjadi pembicara di forum tersebut mengatakan, pemerintah Indonesia terus mendorong penggunaan gas di dalam negeri. Saat ini produksi gas Indonesia sekitar 2,3 juta barel setara minyak per hari.
Di dalam negeri, pengguna terbesar gas adalah pembangkit listrik dan industri.
"Pemerintah Indonesia sudah tidak lagi memberikan izin untuk proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang baru untuk di Jawa. Kami mendorong pembangkit listrik menggunakan gas. Jadi ke depan menurut kami, penggunaan gas di dalam negeri akan meningkat," kata Jonan.
Tak hanya itu, prediksi kenaikan konsumsi gas di Indonesia juga akan terjadi karena pemerintah akan segera mendorong industri mobil listrik di dalam negeri.
IEA pernah memprediksi, di 2040 Indonesia akan menjadi importir gas karena konsumsi yang terus meningkat. Namun hal ini diragukan Jonan. Alasannya, saat ini tengah ada dua megaproyek gas yang akan dikebut untuk bisa segera dilaksanakan.
Proyek itu adalah Indonesia Deepwater Development (IDD) yang dikerjakan oleh Chevron dan Blok Masela yang akan digarap oleh Inpex dan Shell.
Lalu bila konsumsi gas dalam negeri meningkat, bagaimana dengan nasib batu bara Indonesia yang produksinya cukup besar.
Menurut data Kementerian ESDM, cadangan batu bara Indonesia saat ini adalah 26,2 miliar ton. Sementara produksinya di 2017 lalu adalah 461 juta ton per tahun. Dari jumlah ini, 25 persen wajib disalurkan untuk dalam negeri.
Jonan menyatakan, batu bara masin akan digunakan di Indonesia. Saat ini, 45-46 persen bahan bakar untuk listrik di Indonesia adalah batu bara.
"Sepuluh tahun lagi mungkin penggunaan batu bara untuk listrik akan berkurang 15%. Jadi batu bara tetap akan digunakan dia," ujar Jonan.
Mengintip Rencana Besar China
Pada forum tersebut, Li Yalan selaku Chairperson of the Board of Division Beijing Gas Group, membuka sejumlah rencana China menyiapkan infrastruktur gas di dalam negerinya.
Dalam bahan pemaparannya, Li mengatakan, China sudah melakukan impor gas mulai 2006. Saat ini, 39% pasokan gas di China berasal dari impor. China mengimpor gas lewat pipa dari 4 negara dan impor gas berbentuk LNG dari 17 negara .
Tahun lalu saja, China mengimpor lebih dari 900 juta meter kubik gas. Sejak 2006, jumlah impor gas China terus mengalami tren kenaikan.
Saat ini, panjang pipa gas di China adalah 70.000 km. Pada 2020, panjang pipa gas China akan dibangun tambahannya hingga 100.000 km. Li memaparkan, China sudah mengoperasikan 18 terminal LNG dengan kapasitas 60 juta ton per hari. Jumlah ini akan naik menjadi 80 juta ton per tahun.
Dalam paparannya, Li mengatakan di 2030 gas akan menggeser batu bara sebagai sumber energi baru. Kemudian di 2040, gas akan menjadi sumber energi nomor satu menggeser minyak.
(gus) Next Article Pengusaha AS Tanyakan Nasib Investasi Tahun Politik ke Jonan
Dalam forum World Gas Conference di Washington DC yang diadakan pekan ini, disebutkan masa keemasan gas akan dimulai. Hal ini diutarakan oleh Nobuo Tanaka, selaku Chairman The Sasakawa Peace Foundation dan mantan Direktur Eksekutif International Energy Agency (IEA).
Demikian juga dengan kendaraan listrik yang mulai menjadi tren di dunia, akan menyebabkan konsumsi gas meningkat. Karena listrik yang digunakan untuk kendaran berasal dari gas.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, yang menjadi pembicara di forum tersebut mengatakan, pemerintah Indonesia terus mendorong penggunaan gas di dalam negeri. Saat ini produksi gas Indonesia sekitar 2,3 juta barel setara minyak per hari.
Di dalam negeri, pengguna terbesar gas adalah pembangkit listrik dan industri.
"Pemerintah Indonesia sudah tidak lagi memberikan izin untuk proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang baru untuk di Jawa. Kami mendorong pembangkit listrik menggunakan gas. Jadi ke depan menurut kami, penggunaan gas di dalam negeri akan meningkat," kata Jonan.
Tak hanya itu, prediksi kenaikan konsumsi gas di Indonesia juga akan terjadi karena pemerintah akan segera mendorong industri mobil listrik di dalam negeri.
IEA pernah memprediksi, di 2040 Indonesia akan menjadi importir gas karena konsumsi yang terus meningkat. Namun hal ini diragukan Jonan. Alasannya, saat ini tengah ada dua megaproyek gas yang akan dikebut untuk bisa segera dilaksanakan.
Proyek itu adalah Indonesia Deepwater Development (IDD) yang dikerjakan oleh Chevron dan Blok Masela yang akan digarap oleh Inpex dan Shell.
Lalu bila konsumsi gas dalam negeri meningkat, bagaimana dengan nasib batu bara Indonesia yang produksinya cukup besar.
Menurut data Kementerian ESDM, cadangan batu bara Indonesia saat ini adalah 26,2 miliar ton. Sementara produksinya di 2017 lalu adalah 461 juta ton per tahun. Dari jumlah ini, 25 persen wajib disalurkan untuk dalam negeri.
Jonan menyatakan, batu bara masin akan digunakan di Indonesia. Saat ini, 45-46 persen bahan bakar untuk listrik di Indonesia adalah batu bara.
"Sepuluh tahun lagi mungkin penggunaan batu bara untuk listrik akan berkurang 15%. Jadi batu bara tetap akan digunakan dia," ujar Jonan.
Mengintip Rencana Besar China
Pada forum tersebut, Li Yalan selaku Chairperson of the Board of Division Beijing Gas Group, membuka sejumlah rencana China menyiapkan infrastruktur gas di dalam negerinya.
Dalam bahan pemaparannya, Li mengatakan, China sudah melakukan impor gas mulai 2006. Saat ini, 39% pasokan gas di China berasal dari impor. China mengimpor gas lewat pipa dari 4 negara dan impor gas berbentuk LNG dari 17 negara .
Tahun lalu saja, China mengimpor lebih dari 900 juta meter kubik gas. Sejak 2006, jumlah impor gas China terus mengalami tren kenaikan.
Saat ini, panjang pipa gas di China adalah 70.000 km. Pada 2020, panjang pipa gas China akan dibangun tambahannya hingga 100.000 km. Li memaparkan, China sudah mengoperasikan 18 terminal LNG dengan kapasitas 60 juta ton per hari. Jumlah ini akan naik menjadi 80 juta ton per tahun.
Dalam paparannya, Li mengatakan di 2030 gas akan menggeser batu bara sebagai sumber energi baru. Kemudian di 2040, gas akan menjadi sumber energi nomor satu menggeser minyak.
(gus) Next Article Pengusaha AS Tanyakan Nasib Investasi Tahun Politik ke Jonan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular