
Internasional
Ini Poin-poin Kesepakatan Reformasi Uni Eropa
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
19 June 2018 10:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel sedang berjuang mengendurkan dominasi mereka untuk memperjuangkan reformasi Uni Eropa menjelang pertemuan puncak akhir Juni yang dapat menentukan masa depan blok tersebut.
Meskipun sudah tercapai kesepakatan tentang masalah imigrasi dan pertahanan, kedua negara masih berselisih terkait beberap isu di Uni Eropa.
Berikut adalah garis besar berbagai proposal mengenai rencana reformasi Eropa pasca-Brexit seperti dilansir dari AFP:
1. Migrasi
Gelombang masuknya para imigran yang disebabkan banyak perang di Suriah dan Irak, telah menjadi isu yang menentukan bagi politik di banyak negara Uni Eropa.
Merkel menghadapi pemberontakan domestik atas kebijakan liberal yang menyebabkan kedatangan lebih dari satu juta pencari suaka sejak 2015. Pada saat Italia pekan lalu mendapat kecaman dengan menolak kapal bantuan yang membawa migran yang diselamatkan untuk berlabuh di pelabuhannya.
Paris dan Berlin setuju bahwa harus ada aturan standar tentang pencari suaka di seluruh blok. Mereka juga mendukung gagasan untuk menciptakan kantor urusan imigrasi Eropa, serta pasukan perbatasan Eropa.
Sebuah rencana untuk mereformasi apa yang disebut 'aturan Dublin', yang mengharuskan negara tempat para pendatang pertama kali tiba untuk menangani permintaan suaka mereka, masih dalam proses perbaikan.
Merkel dan Macron setuju bahwa aturan saat ini menempatkan tekanan yang tidak proporsional pada negara-negara di pinggiran selatan Uni Eropa, seperti Italia dan Yunani.
Pemimpin Jerman tersebut awalnya memperjuangkan sistem kuota untuk mendistribusikan migran di seluruh blok, tetapi ini telah ditorpedo oleh beberapa negara Eropa tengah.
Dia sekarang mencari dukungan untuk meloloskan gagasan sistem solidaritas fleksibel, di mana negara-negara berkontribusi dengan cara dan fungsi yang berbeda. Pendekatan Macron adalah sistem insentif moneter yang mendorong negara-negara untuk menerima para migran.
2. Zona Euro (Eurozone)
Ide-ide ambisius Macron untuk menteri keuangan atau parlemen eurozone telah dipukul jatuh oleh Berlin.
Namun Merkel telah menawarkan konsesi dalam bentuk anggaran investasi untuk blok tersebut, meskipun jumlah yang bersedia dia tanggung jauh kurang dari apa yang Prancis cari.
Untuk Merkel, jumlah total harus berada "di ujung bawah dari dua digit miliaran rentang euro", tetapi Macron menginginkan beberapa ratus miliar. Macron pun telah menyarankan anggaran tersebut dapat dibiayai oleh pajak atas transaksi keuangan.
Di luar itu, untuk lebih baik mengatasi krisis di masa depan, kesepakatan sedang disusun untuk memperluas kendali Mekanisme Stabilitas Eropa (ESM) saat ini.
Meskipun saat ini zona euro sedang berjuang menghadapi masalah utang serius, ada visi dari ESM untuk berevolusi menjadi versi Eropa dari Dana Moneter Internasional (IMF). Hal ini bisa termasuk memperluas kekuasaannya untuk memberikan pinjaman ke negara-negara yang menjadi korban krisis yang tidak terkait dengan tingkat utang mereka.
Ada gagasan untuk menyebutnya Dana Moneter Eropa, namun telah dijatuhkan atas permintaan Prancis yang tidak ingin membayangi IMF. Negara beribukota Paris itu juga ingin menyelesaikan serikat perbankan dengan sistem jaminan untuk deposito di zona euro dalam kasus krisis keuangan.
Tetapi Jerman berpendapat, hal tersebut terserah kepada perbankan, apakah akan membersihkan neraca mereka atau bersandar pada jaminan negara.
3. Pertahanan umum
Dalam menghadapi kebijakan "America First" Presiden AS Donald Trump, Jerman semakin mendekati seruan Prancis untuk Eropa yang berdaulat, termasuk dalam aspek militer. Merkel mendukung gagasan Macron untuk inisiatif intervensi Eropa, dengan pasukan untuk berkolaborasi sebelum akhirnya membentuk kekuatan bersama.
Tetapi Prancis menginginkan kekuatan ini di luar kerangka Uni Eropa, untuk memungkinkan Inggris bergabung bahkan setelah meninggalkan blok. Adapun, Jerman lebih suka tetap di dalam Uni Eropa.
4. Birokrasi Eropa
Jerman dan Prancis sepakat untuk mengurangi cakupan Komisi Eropa, bahkan jika itu berarti menghentikan gagasan sistem rotasi untuk berbagai komisaris.
Merkel telah membuat isyarat terhadap Macron dengan menyetujui untuk membuat daftar transnasional untuk pemilihan Eropa, yang memungkinkan ada kandidat untuk pekerjaan utama di eksekutif Eropa.
(hps) Next Article Serang Balik Eropa, RI Dikabarkan Hambat Miras & Susu Impor
Meskipun sudah tercapai kesepakatan tentang masalah imigrasi dan pertahanan, kedua negara masih berselisih terkait beberap isu di Uni Eropa.
Berikut adalah garis besar berbagai proposal mengenai rencana reformasi Eropa pasca-Brexit seperti dilansir dari AFP:
1. Migrasi
Gelombang masuknya para imigran yang disebabkan banyak perang di Suriah dan Irak, telah menjadi isu yang menentukan bagi politik di banyak negara Uni Eropa.
Merkel menghadapi pemberontakan domestik atas kebijakan liberal yang menyebabkan kedatangan lebih dari satu juta pencari suaka sejak 2015. Pada saat Italia pekan lalu mendapat kecaman dengan menolak kapal bantuan yang membawa migran yang diselamatkan untuk berlabuh di pelabuhannya.
Paris dan Berlin setuju bahwa harus ada aturan standar tentang pencari suaka di seluruh blok. Mereka juga mendukung gagasan untuk menciptakan kantor urusan imigrasi Eropa, serta pasukan perbatasan Eropa.
Sebuah rencana untuk mereformasi apa yang disebut 'aturan Dublin', yang mengharuskan negara tempat para pendatang pertama kali tiba untuk menangani permintaan suaka mereka, masih dalam proses perbaikan.
Merkel dan Macron setuju bahwa aturan saat ini menempatkan tekanan yang tidak proporsional pada negara-negara di pinggiran selatan Uni Eropa, seperti Italia dan Yunani.
Pemimpin Jerman tersebut awalnya memperjuangkan sistem kuota untuk mendistribusikan migran di seluruh blok, tetapi ini telah ditorpedo oleh beberapa negara Eropa tengah.
Dia sekarang mencari dukungan untuk meloloskan gagasan sistem solidaritas fleksibel, di mana negara-negara berkontribusi dengan cara dan fungsi yang berbeda. Pendekatan Macron adalah sistem insentif moneter yang mendorong negara-negara untuk menerima para migran.
2. Zona Euro (Eurozone)
Ide-ide ambisius Macron untuk menteri keuangan atau parlemen eurozone telah dipukul jatuh oleh Berlin.
Namun Merkel telah menawarkan konsesi dalam bentuk anggaran investasi untuk blok tersebut, meskipun jumlah yang bersedia dia tanggung jauh kurang dari apa yang Prancis cari.
Untuk Merkel, jumlah total harus berada "di ujung bawah dari dua digit miliaran rentang euro", tetapi Macron menginginkan beberapa ratus miliar. Macron pun telah menyarankan anggaran tersebut dapat dibiayai oleh pajak atas transaksi keuangan.
Di luar itu, untuk lebih baik mengatasi krisis di masa depan, kesepakatan sedang disusun untuk memperluas kendali Mekanisme Stabilitas Eropa (ESM) saat ini.
Meskipun saat ini zona euro sedang berjuang menghadapi masalah utang serius, ada visi dari ESM untuk berevolusi menjadi versi Eropa dari Dana Moneter Internasional (IMF). Hal ini bisa termasuk memperluas kekuasaannya untuk memberikan pinjaman ke negara-negara yang menjadi korban krisis yang tidak terkait dengan tingkat utang mereka.
Ada gagasan untuk menyebutnya Dana Moneter Eropa, namun telah dijatuhkan atas permintaan Prancis yang tidak ingin membayangi IMF. Negara beribukota Paris itu juga ingin menyelesaikan serikat perbankan dengan sistem jaminan untuk deposito di zona euro dalam kasus krisis keuangan.
Tetapi Jerman berpendapat, hal tersebut terserah kepada perbankan, apakah akan membersihkan neraca mereka atau bersandar pada jaminan negara.
3. Pertahanan umum
Dalam menghadapi kebijakan "America First" Presiden AS Donald Trump, Jerman semakin mendekati seruan Prancis untuk Eropa yang berdaulat, termasuk dalam aspek militer. Merkel mendukung gagasan Macron untuk inisiatif intervensi Eropa, dengan pasukan untuk berkolaborasi sebelum akhirnya membentuk kekuatan bersama.
Tetapi Prancis menginginkan kekuatan ini di luar kerangka Uni Eropa, untuk memungkinkan Inggris bergabung bahkan setelah meninggalkan blok. Adapun, Jerman lebih suka tetap di dalam Uni Eropa.
4. Birokrasi Eropa
Jerman dan Prancis sepakat untuk mengurangi cakupan Komisi Eropa, bahkan jika itu berarti menghentikan gagasan sistem rotasi untuk berbagai komisaris.
Merkel telah membuat isyarat terhadap Macron dengan menyetujui untuk membuat daftar transnasional untuk pemilihan Eropa, yang memungkinkan ada kandidat untuk pekerjaan utama di eksekutif Eropa.
(hps) Next Article Serang Balik Eropa, RI Dikabarkan Hambat Miras & Susu Impor
Most Popular