Piala Dunia 2018

Bermain Imbang, Tapi Brasil Masih Timpang

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 June 2018 08:55
Bermain Imbang, Tapi Brasil Masih Timpang
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Malam tadi, Piala Dunia 2018 menyajikan pertandingan menarik antara Brasil melawan Swiss. Kedua tim akhirnya harus puas dengan hasil imbang 1-1. 

Imbang. Setara. Adil. Kata tersebut enak didengar tetapi sulit diwujudkan. Termasuk di dunia persepakbolaan Brasil. 

Tim nasional Brasil yang berlaga malam tadi diisi oleh pemain-pemain top. Ada Allison Becker di posisi penjaga gawang. Di belakang ada Thiago Silva dan Marcelo. Di tengah ada Philippe Coutinho dan Casemiro. Kemudian di depan ada Neymar Jr dan Gabriel Jesus. 

Mereka adalah pemain-pemain kelas dunia dengan bayaran mahal. Neymar bahkan sempat membuat heboh jagat sepakbola kala Paris St Germain berani membayar klausul pelepasan (buy-out clause) dirinya di Barcelona. Nilainya fantastis, sekitar 222 juta euro atau Rp 3,58 triliun. 

Di klub ibukota Prancis, Neymar disebut-sebut menerima gaji 36,8 juta euro (Rp 593,61 miliar) per tahun. Kalau dihitung-hitung, gaji Neymar adalah Rp 1,06 juta per menit. Per menit. 

Kemudian Coutinho, yang saat ini merupakan pemain termahal kedua dunia. Kala membajaknya dari Liverpool, Barcelona kudu mengeluarkan duit yang disebut-sebut mencapai 162 juta euro (Rp 2,62 triliun).  

Di Barcelona, The Little Magician diberitakan mendapat gaji sekitar 275.000 euro (Rp 4,44 miliar) per pekan. Artinya dalam semenit, gaji Coutinho adalah Rp 440.084. 

Neymar dan Coutinho adalah contoh dari banyak pemain Brasil yang sukses di dunia sepakbola. Mereka tidak hanya mendapat pengakuan sebagai atlet, tetapi derajat sosial sebagai manusia juga meningkat. 

Kesuksesan banyak bintang Brasil membuat para anak muda di sana punya impian yang sama. Menjadi pemain sepakbola, bisa direkrut oleh klub Eropa, dibayar mahal, menjadi orang super kaya. 

Namun hidup tidak seindah itu. Meski banyak pemain Brasil yang sukses, ternyata yang nelangsa lebih banyak lagi. Oleh karena itu, kita perlu melihat lagi. Apakah sepakbola itu adil bagi masyarakat Brasil? Apakah sepakbola memberikan kesetaraan? 

Hasil kajian Bank Dunia menyebutkan, delapan dari 10 pemain sepakbola di Brasil mendapat bayaran kurang dari US$ 650 (Rp 9,05 juta) per bulan. Kalau menggunakan standar Indonesia memang lumayan, tetapi jika berkaca pada Neymar atau Coutinho mungkin ibarat langit ketujuh dan neraka jahanam. Apa yang dihasilkan pemain lain dalam sebulan bisa didapat oleh Neymar dan Coutinho dalam hitungan jam.

Ternyata pemain seperti Neymar atau Coutinho hanya mewakili 2% dari total pemain yang terdaftar di Konfederasi Sepakbola Brasil (CBF). Sementara 82% pemain harus menerima kenyataan dibayar US$ 638 (Rp 8,89 juta) per bulan.

Tidak hanya dibayar relatif murah, para pemain ini juga tidak mendapatkan perlindungan apa pun. Ada kalanya seorang pemain menganggur selama enam bulan karena tidak ada kompetisi di level negara bagian. Saat menganggur itu, mereka tidak digaji. Jumlah yang seperti ini adalah 80% dari total pesepakbola Brasil.

“Dengan situasi ini, banyak pemain yang menandatangani kontrak jangka pendek. Setelah kontrak habis, mereka berakhir di jalanan tanpa jaminan apa pun,” kata Rinaldo Martorelli, mantan penjaga gawang yang kini menjadi Presiden Persatuan Atlet Sao Paulo dan juga anggota Komisi Penyelesaian Sengketa Federasi Sepakbola Dunia (FIFA), seperti dikutip dari laporan Bank Dunia.

Selain itu, fokus ke sepakbola juga terkadang membuat pemuda Brasil menjadi kurang berprestasi di bidang akademik. Oleh karena itu, saat mereka gagal menjadi pesepakbola profesional maka akan sulit mendapat pekerjaan lainnya.

Cerita sepakbola di Brasil tidak selalu indah. Walau tadi malam Brasil bermain imbang, tetapi persepakbolaan Brasil masih timpang.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular