Proton: Impian Mahathir yang Terkubur

Raydion Subiantoro, CNBC Indonesia
12 June 2018 12:43
PM Mahathir Mohamad ingin mengembangkan mobil nasional Malaysia.
Foto: Proton
Jakarta, CNBC Indonesia - PM Mahathir Mohamad mengungkapkan rencana besar untuk kembali menghadirkan mobil nasional Malaysia. Dia mengungkapkan hal itu di Jepang, salah satu negara raksasa otomotif dunia. 

Sebelumnya, Mahathir pernah melahirkan Proton yang dianggap sebagai mobil kebanggaan asal Negeri Jiran itu.

Namun, saham Proton kini tidak sepenuhnya dimiliki Malaysia. Pabrikan mobil asal China, Geely, menguasai hingga 49,9% saham di Proton. Sisa 50,1% masih dipegang oleh entitas swasta DRB-HICOM Berhad.

Dikutip dari situs Proton, sejarah panjang mobil berlogo Harimau itu dimulai pada 1979 saat Mahathir mencetuskan ide perakitan dan produksi mobil di Malaysia.

Kemudian, pada 1982 kabinet Malaysia menyetujui proyek mobil nasional itu.


Menindaklanjuti hal tersebut dibentuklah Proton pada 7 Mei 1983, di mana perusahaan itu kemudian melepas model pertama ke pasar yakni Proton Saga pada 9 Juli 1985.

Kesuksesan Proton berlanjut dengan merilis sedan Proton Saga 1.5L. Secara keseluruhan, model Saga dijual di Bangladesh, Brunei, New Zealad dan Sri Lanka yang lalu dilanjutkan ke Inggris.

Proton kemudian meluncurkan model baru selain Saga, dan akhirnya pada 1996 berhasil memproduksi sebanyak 1 juta unit mobil.

Merek yang dicetuskan Mahathir ini juga kemudian mengakuisisi merek mobil asal Inggris, Lotus, pada 1996.

Fase baru Proton dimulai pada 2012 saat 100% saham Proton diakusisi oleh entitas swasta DRB-HICOM Berhad. Akuisisi ini terjadi pada masa pemerintahan Najib Razak. 

Kemudian pada 2016, Mahathir mundur sebagai chairman Proton. Tidak lama setelah itu, pada 23 Juni 2017, Geely asal China resmi mengambil alih 49,9% saham DRB-HICOM di Proton.

Dikutip dari straittimes.com, Najib Razak yang kala itu menjabat sebagai PM Malaysia mengatakan Proton butuh mitra strategis untuk mencapai skala ekonomi.

"Kenyataan telah menyadarkan semua orang; yaitu, bahwa bisnis model [Proton] telah dan selalu tidak berkelanjutan untuk jangka panjang," kata Najib kala itu.

"Sudah sejak lama, mimpi yang tidak realistis dan kurangnya pemahaman tentang komersial dari mantan kepala [former chief tester] sudah terlalu dibiarkan. Dia lebih memilih Proton dimiliki 100% oleh Malaysia dan kehilangan ratusan juta ringgit setahun," kata Najib, tanpa secara eksplisit menyebut nama.
(ray/ray) Next Article TKI Hingga Kebut-kebutan Jadi Bahasan Jokowi dan Mahathir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular