Internasional
Besok Trump dan Kim Bertemu, Ini yang Perlu Anda Ketahui
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
11 June 2018 18:45

Para pakar kebijakan dan keamanan nuklir tidak serta-merta percaya Pyongyang akan melepaskan teknologi yang menjadi pusat identitas Korut itu.
Dulu, Pyongyang berkata kemungkinan akan melakukan denuklirisasi hanya jika ketentuan tertentu dipenuhi. Di antaranya termasuk mengakhiri kehadiran militer AS di Korea Selatan (Korsel) serta mengakhiri payung nuklir regional AS, sebuah rancangan keamanan di mana Washington menjanjikan pembalasan serupa atas nama sekutu dekatnya jika diserang dengan senjata nuklir.
"Risiko lebih besar adalah jika kita memperoleh kesepakatan politik di pertemuan ini dan secara umum terlihat bagus, tapi ternyata detailnya berantakan. Mungkin [akan ketahuan] bukan dalam hitungan enam bulan ataupun satu tahun, tapi lima tahun," kata Michael Kovrig, Senior Advisor International Crisis Group, kepada CNBC International hari Senin (11/6/2018).
"Maka dari itu kita butuh proses bertahap dan jelas yang bisa dilakukan [dan] menciptakan lingkungan keamanan di mana Korut juga sebenarnya mau mengambil langkah, serta Amerika Serikat berada di posisi untuk memantau dan memeriksa langkah-langkah itu."
Bahkan jika di pertemuan itu Korut menyatakan berkomitmen pada denuklirisasi, itu tidak menjamin apapun. Rezim itu sudah pernah membuat komitmen sebelumnya, dan memantau pemenuhan kesepakatan itu akan menjadi sebuah tantangan tersendiri.
Definisi itu penting
Menjelang pertemuan, banyak yang berpendapat kemauan Korut untuk melakukan "denuklirisasi" adalah demi memperoleh keringanan tekanan sanksi dari AS maupun internasional.
Namun, banyak pula yang menilai kedua belah pihak akan menjalankan definisi ketentuan penting yang berbeda.
Bagi AS, denuklirisasi itu berarti Korut melepaskan senjata nuklirnya. Namun, bagi Pyongyang "denuklirisasi" juga termasuk berakhirnya persekutuan Amerika di kawasan itu dan penarikan pasukan militer dari Korsel.
"Itu adalah ungkapan berbeda dari denuklirisasi Semenanjung Korea yang sangat luas," kata Victor Cha, seorang profesor Georgetown University dan senior advisor Center for Strategic and International Studies, di sebuah kesempatan di Washington. (prm)
Dulu, Pyongyang berkata kemungkinan akan melakukan denuklirisasi hanya jika ketentuan tertentu dipenuhi. Di antaranya termasuk mengakhiri kehadiran militer AS di Korea Selatan (Korsel) serta mengakhiri payung nuklir regional AS, sebuah rancangan keamanan di mana Washington menjanjikan pembalasan serupa atas nama sekutu dekatnya jika diserang dengan senjata nuklir.
"Risiko lebih besar adalah jika kita memperoleh kesepakatan politik di pertemuan ini dan secara umum terlihat bagus, tapi ternyata detailnya berantakan. Mungkin [akan ketahuan] bukan dalam hitungan enam bulan ataupun satu tahun, tapi lima tahun," kata Michael Kovrig, Senior Advisor International Crisis Group, kepada CNBC International hari Senin (11/6/2018).
Bahkan jika di pertemuan itu Korut menyatakan berkomitmen pada denuklirisasi, itu tidak menjamin apapun. Rezim itu sudah pernah membuat komitmen sebelumnya, dan memantau pemenuhan kesepakatan itu akan menjadi sebuah tantangan tersendiri.
Definisi itu penting
Menjelang pertemuan, banyak yang berpendapat kemauan Korut untuk melakukan "denuklirisasi" adalah demi memperoleh keringanan tekanan sanksi dari AS maupun internasional.
Namun, banyak pula yang menilai kedua belah pihak akan menjalankan definisi ketentuan penting yang berbeda.
Bagi AS, denuklirisasi itu berarti Korut melepaskan senjata nuklirnya. Namun, bagi Pyongyang "denuklirisasi" juga termasuk berakhirnya persekutuan Amerika di kawasan itu dan penarikan pasukan militer dari Korsel.
"Itu adalah ungkapan berbeda dari denuklirisasi Semenanjung Korea yang sangat luas," kata Victor Cha, seorang profesor Georgetown University dan senior advisor Center for Strategic and International Studies, di sebuah kesempatan di Washington. (prm)
Next Page
Pertemuan Ini Cuma Akal-akalan Korut?
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular