
Sri Mulyani Ungkap Pasrahnya Menkeu AS Akibat Aksi Trump
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
05 June 2018 21:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan Menteri Keuangan Amerika Serikat Steven Mnuchin selalu diceramahi oleh menteri-menteri negara lain akibat tingkah laku dari atasannya, Presiden AS Donald Trump.
"Jadi, Mnuchin itu selalu diceramahi menteri lain. Dia bilang begini: Saya sudah lapor ke bos-nya terkait impact dari aksi yang dia lakukan, tapi ya begitu deh bos saya," ungkap Sri Mulyani kepada wartawan saat dijumpai dalam buka bersama dengan media, di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Selasa (5/6).
Cerita tersebut berawal dari situasi global yang didiskusikan dalam pertemuan G20 pada April lalu, yang juga dihadiri oleh Sri Mulyani.
Kala itu dibikin jajak pendapat di antara para menteri keuangan dan bank sentral, dan ditanyakan apa yang menurut mereka akan jadi risiko paling besar di ekonomi global, dan semua kompak menjawab perdagangan.
Tadinya, lanjut Sri Mulyani, para menteri ini sudah mulai tenang ketika Mnuchin pergi ke Beijing, dan keluar pernyataan kalau tegangan akibat perdagangan sudah mulai menurun. Mendengar ini, para menteri keuangan pun sudah mulai work based on an agreement yang sudah diformulasikan.
"Dia ngomong seperti itu, ketegangan menurun. Tapi, begitu sampai di Washington DC, Trump tiba-tiba mengatakan pertemuan itu tidak bagus, jadi dia tidak menghormati pertemuan di Beijing tersebut, dan sorenya mengenakan tarif lain, ke Mexico dan Eropa," tutur mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Sehingga, tambah Sri Mulyani, hal ini menggambarkan ketidakpastian perdagangan masih menjadi isu utama, dan bahkan ia mengakui, saat ini negara-negara sudah tidak tahu siapa kawan siapa lawan. "Nah ini yang mungkin jadi salah satu batu ujian yang harus dihadapi."
Kendati demikian, menurut Sri Mulyani, Trump pada dasarnya juga concern pada defisit negaranya, namun hanya karena AS bisa mencetak dolar, makanya tidak mengalami devaluasi dolar atau tidak pernah kekurangan stok dolar.
"Ini kan satu-satunya kemewahan AS yang tidak dimiliki negara manapun di dunia. Nah situasi inilah yang akan jadi top prirority pembahasan policy maker beberapa bulan ke depan, dan terus terang karena ini tidak lagi hormati WTO, jadi kami pun belum tahu mekanisme diskusinya seperti apa, dulu kan kalau ada dispute karena unfair treatment bisa ke WTO," pungkas Sri Mulyani.
(ray/ray) Next Article Tepis Isu Miring, Trump Bangga Dengan Kinerja Menkeu AS
"Jadi, Mnuchin itu selalu diceramahi menteri lain. Dia bilang begini: Saya sudah lapor ke bos-nya terkait impact dari aksi yang dia lakukan, tapi ya begitu deh bos saya," ungkap Sri Mulyani kepada wartawan saat dijumpai dalam buka bersama dengan media, di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Selasa (5/6).
Cerita tersebut berawal dari situasi global yang didiskusikan dalam pertemuan G20 pada April lalu, yang juga dihadiri oleh Sri Mulyani.
Tadinya, lanjut Sri Mulyani, para menteri ini sudah mulai tenang ketika Mnuchin pergi ke Beijing, dan keluar pernyataan kalau tegangan akibat perdagangan sudah mulai menurun. Mendengar ini, para menteri keuangan pun sudah mulai work based on an agreement yang sudah diformulasikan.
"Dia ngomong seperti itu, ketegangan menurun. Tapi, begitu sampai di Washington DC, Trump tiba-tiba mengatakan pertemuan itu tidak bagus, jadi dia tidak menghormati pertemuan di Beijing tersebut, dan sorenya mengenakan tarif lain, ke Mexico dan Eropa," tutur mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Sehingga, tambah Sri Mulyani, hal ini menggambarkan ketidakpastian perdagangan masih menjadi isu utama, dan bahkan ia mengakui, saat ini negara-negara sudah tidak tahu siapa kawan siapa lawan. "Nah ini yang mungkin jadi salah satu batu ujian yang harus dihadapi."
Kendati demikian, menurut Sri Mulyani, Trump pada dasarnya juga concern pada defisit negaranya, namun hanya karena AS bisa mencetak dolar, makanya tidak mengalami devaluasi dolar atau tidak pernah kekurangan stok dolar.
"Ini kan satu-satunya kemewahan AS yang tidak dimiliki negara manapun di dunia. Nah situasi inilah yang akan jadi top prirority pembahasan policy maker beberapa bulan ke depan, dan terus terang karena ini tidak lagi hormati WTO, jadi kami pun belum tahu mekanisme diskusinya seperti apa, dulu kan kalau ada dispute karena unfair treatment bisa ke WTO," pungkas Sri Mulyani.
(ray/ray) Next Article Tepis Isu Miring, Trump Bangga Dengan Kinerja Menkeu AS
Most Popular