
Sri Mulyani: Utamakan Stabilitas, Pertumbuhan Bisa Berisiko
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
31 May 2018 11:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan arah kebijakan pemerintah saat ini akan lebih difokuskan untuk menjaga stabilitas dan penguatan fundamental ekonomi domestik di tengah berbagai risiko eksternal yang mengancam perekonomian Indonesia.
Namun, ia juga menyadari ada risiko di balik langkah tersebut.
"Disadari bahwa pilihan-pilihan kebijakan jangka pendek ini membawa risiko pada pencapaian sasaran pertumbuhan dalam jangka pendek," kata Sri Mulyani dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hari Kamis (31/5/2018).
"Namun, langkah-langkah ini akan memperkuat fondasi ekonomi guna menjamin keberlangsungan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi beberapa tahun ke depan dan dalam jangka menengah panjang," tambahnya.
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,4% tahun ini dan 5,4% hingga 5,8% tahun depan.
Dalam rapat tersebut, mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu mengatakan fokus koordinasi kebijakan pemerintah dan otoritas keuangan, termasuk Bank Indonesia (BI), diprioritaskan pada menjaga dan memperkuat stabilitas ekonomi dan keuangan dengan menjaga nilai tukar rupiah, inflasi yang rendah, defisit fiskal yang sehat, dan defisit transaksi berjalan yang aman.
Bank sentral akhirnya kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75% hari Rabu untuk memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terpuruk hingga sempat menembus Rp 14.200/US$.
Kenaikan suku bunga itu juga merupakan langkah antisipatif terhadap rapat dewan gubernur bank sentral AS, Federal Reserve, yang diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya bulan depan.
(prm/prm) Next Article Gawat! Ramalan Sri Mulyani PDB Kuartal III-2020 Bisa Minus 2%
Namun, ia juga menyadari ada risiko di balik langkah tersebut.
"Disadari bahwa pilihan-pilihan kebijakan jangka pendek ini membawa risiko pada pencapaian sasaran pertumbuhan dalam jangka pendek," kata Sri Mulyani dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hari Kamis (31/5/2018).
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,4% tahun ini dan 5,4% hingga 5,8% tahun depan.
Dalam rapat tersebut, mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu mengatakan fokus koordinasi kebijakan pemerintah dan otoritas keuangan, termasuk Bank Indonesia (BI), diprioritaskan pada menjaga dan memperkuat stabilitas ekonomi dan keuangan dengan menjaga nilai tukar rupiah, inflasi yang rendah, defisit fiskal yang sehat, dan defisit transaksi berjalan yang aman.
Bank sentral akhirnya kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75% hari Rabu untuk memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terpuruk hingga sempat menembus Rp 14.200/US$.
Kenaikan suku bunga itu juga merupakan langkah antisipatif terhadap rapat dewan gubernur bank sentral AS, Federal Reserve, yang diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya bulan depan.
(prm/prm) Next Article Gawat! Ramalan Sri Mulyani PDB Kuartal III-2020 Bisa Minus 2%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular