
Okupansi Hotel & Transaksi Restoran Naik 5% di Bulan Puasa
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
28 May 2018 20:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat okupansi hotel dan transaksi di restoran di Indonesia meningkat 3% hingga 5% selama bulan puasa.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengatakan pertumbuhan merata hampir di semua kota besar.
"Saya melihat banyak faktor, dari pemerintah masih banyak melakukan kegiatan, masyarakat juga banyak yg tetap beraktivitas di bulan puasa melakukan pertemuan yang sifatnya korporasi ataupun buka puasa, sedikit lebih baik dari tahun lalu. MICE [meetings, incentives, conventions, exhibitions] atau leisure menurut saya secara year to date juga cukup baik perkembangannya," katanya, Senin (28/5/2018).
Secara umum, pada tahun ini khususnya saat periode peak season diperkirakan tingkat hunian kamar hotel akan naik 10% hingga 15%.
Hariyadi mengatakan travel advice atau imbauan perjalanan yang diterbitkan sejumlah negara menyusul adanya bom di Surabaya tidak berpengaruh signifikan terhadap pariwisata RI.
"Turis internasional dari China bertambah, dari India juga mulai tumbuh karena sudah ada penerbangan langsung," ujar Hariyadi di Hotel Grand Sahid Jaya, Senin (28/5/2018).
Kendati demikian, dia meminta agar pemerintah harus lebih mendorong kampanye pariwisata.
"Efektivitas kampanye Wonderful Indonesia secara brand cukup dikenal, tapi eksekusinya, program-program promosi ke Indonesia yang masih kurang. Kebanyakan negara yang mau mendorong pariwisata, biaya promosinya dari anggaran negara, bukan swasta. Di sini saya harapkan ada penajaman di promosi kita bersama," tegas Hariyadi.
(ray/ray) Next Article Pengusaha Hotel: Kelemahan Airbnb Adalah Soal Keamanan
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengatakan pertumbuhan merata hampir di semua kota besar.
"Saya melihat banyak faktor, dari pemerintah masih banyak melakukan kegiatan, masyarakat juga banyak yg tetap beraktivitas di bulan puasa melakukan pertemuan yang sifatnya korporasi ataupun buka puasa, sedikit lebih baik dari tahun lalu. MICE [meetings, incentives, conventions, exhibitions] atau leisure menurut saya secara year to date juga cukup baik perkembangannya," katanya, Senin (28/5/2018).
Hariyadi mengatakan travel advice atau imbauan perjalanan yang diterbitkan sejumlah negara menyusul adanya bom di Surabaya tidak berpengaruh signifikan terhadap pariwisata RI.
"Turis internasional dari China bertambah, dari India juga mulai tumbuh karena sudah ada penerbangan langsung," ujar Hariyadi di Hotel Grand Sahid Jaya, Senin (28/5/2018).
Kendati demikian, dia meminta agar pemerintah harus lebih mendorong kampanye pariwisata.
"Efektivitas kampanye Wonderful Indonesia secara brand cukup dikenal, tapi eksekusinya, program-program promosi ke Indonesia yang masih kurang. Kebanyakan negara yang mau mendorong pariwisata, biaya promosinya dari anggaran negara, bukan swasta. Di sini saya harapkan ada penajaman di promosi kita bersama," tegas Hariyadi.
(ray/ray) Next Article Pengusaha Hotel: Kelemahan Airbnb Adalah Soal Keamanan
Most Popular