
Ekspor CPO RI Turun Akibat Kampanye Negatif Sejumlah Negara
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
25 May 2018 10:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Kampanye negatif terhadap industri sawit membuat ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) RI tertekan.
Ekspor CPO termasuk biodiesel dan oleochemical pada Kuartal I-2018 turun 2% menjadi 7,84 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 8,02 juta ton.
Sementara itu, ekspor CPO dan turunannya namun tidak termasuk biodiesel dan oleochemical turun 3% dari 7,73 juta ton menjadi 7,5 juta ton.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan faktor yang menekan ekspor adalah adanya hambatan perdagangan dari beberapa negara, seperti India yang menaikkan bea masuk impor minyak nabati, AS yang melancarkan tuduhan antidumping biodiesel, China yang memperketat pengawasan terhadap impor minyak nabati, dan Parlemen Eropa yang menuding sawit sebagai penyebab utama deforestasi.
Sementara itu, produksi CPO RI pada Kuartal I-2018 naik sebesar 24% menjadi 10,41 juta ton dibandingkan dengan periode sama tahun lalu 8,4 juta ton. Hal ini disebabkan awal tahun ini masih masa pemulihan dari kekeringan yang terjadi di 2015.
Selain itu, luasan tanaman yang mulai menghasilkan juga bertambah sehingga produksi tetap meningkat di tengah banyaknya perkebunan yang melakukan peremajaan kebunnya (replanting).
Secara month to month, ekspor CPO (tidak termasuk biodiesel dan oleochemical) pada bulan Maret hanya naik tipis 1% menjadi 2,4 juta ton dibandingkan bulan sebelumnya 2,37 juta ton.
Pada awal Maret, India menaikkan bea impor minyak nabati untuk CPO dari 34% menjadi 44%, lalu refined palm oil dari 40% menjadi 54%.
Kebijakan ini membuat ekspor CPO ke India tergerus 8% menjadi sekitar 408.650 ton pada Maret. Sebagai informasi, India merupakan negara tujuan ekspor CPO nomor satu bagi Indonesia.
Penurunan ekspor secara month to month juga terjadi ke Bangladesh 59%, negara-negara Timur Tengah 30% dan ke Pakistan sebesar 0,5%.
(ray/ray) Next Article Berlumur Minyak CPO, Potret Pekerja Penguras Kapal di Priok
Ekspor CPO termasuk biodiesel dan oleochemical pada Kuartal I-2018 turun 2% menjadi 7,84 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 8,02 juta ton.
Sementara itu, ekspor CPO dan turunannya namun tidak termasuk biodiesel dan oleochemical turun 3% dari 7,73 juta ton menjadi 7,5 juta ton.
Sementara itu, produksi CPO RI pada Kuartal I-2018 naik sebesar 24% menjadi 10,41 juta ton dibandingkan dengan periode sama tahun lalu 8,4 juta ton. Hal ini disebabkan awal tahun ini masih masa pemulihan dari kekeringan yang terjadi di 2015.
Selain itu, luasan tanaman yang mulai menghasilkan juga bertambah sehingga produksi tetap meningkat di tengah banyaknya perkebunan yang melakukan peremajaan kebunnya (replanting).
Secara month to month, ekspor CPO (tidak termasuk biodiesel dan oleochemical) pada bulan Maret hanya naik tipis 1% menjadi 2,4 juta ton dibandingkan bulan sebelumnya 2,37 juta ton.
Pada awal Maret, India menaikkan bea impor minyak nabati untuk CPO dari 34% menjadi 44%, lalu refined palm oil dari 40% menjadi 54%.
Kebijakan ini membuat ekspor CPO ke India tergerus 8% menjadi sekitar 408.650 ton pada Maret. Sebagai informasi, India merupakan negara tujuan ekspor CPO nomor satu bagi Indonesia.
Penurunan ekspor secara month to month juga terjadi ke Bangladesh 59%, negara-negara Timur Tengah 30% dan ke Pakistan sebesar 0,5%.
(ray/ray) Next Article Berlumur Minyak CPO, Potret Pekerja Penguras Kapal di Priok
Most Popular