
Kurtal I, Produksi Minyak PHE 96%, Gas Surplus 1,2%
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
25 May 2018 09:52

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Hulu Energi, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu, mencatatkan produksi gas 777 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) sepanjang Januari hingga Maret 2018. Jumlah itu naik 2% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 765 MMSCFD.
Direktur Utama PHE, R. Gunung Sardjono mengatakan PHE mematok target produksi bulan Maret sebesar 767,8 MMSCFD. Adapun realisasinya mencapai 1,2% lebih tinggi.
"Untuk produksi minyak PHE pada tiga bulan pertama 2018 tercatat 63,037 barrel oil per day (BOPD), tidak jauh berbeda dibanding periode yang sama 2017 sebesar 62,623 BOPD," ujar Gunung, Kamis (24/5/2018).
PHE sendiri, lanjut dia, menargetkan produksi minyak sebesar 65,243 BOPD pada tahun ini. Sehingga produksi pada Maret 2018 tercatat 96,6% dari target.
Menurut Gunung, PHE akan mempercepat monetisasi cadangan PHE dengan menerapkan strategi klasterisasi sumber cadangan. Strategi ini bisa digunakan di wilayah kerja yang memiliki cadangan gas tidak terlalu besar, namun bisa segera dimonetisasi.
Dengan klasterisasi PHE tidak lagi berpikir hanya menunggu pembeli gas, namun lebih ke arah bagaimana menciptakan pasar. Pasalnya, memiliki cadangan besar akan percuma jika tidak ada penyerap gas.
"Jadi tidak tergantung pasar, tapi menciptakan pasar. Itu yang sekarang kami kejar. Konsep monetisasi gas dibikin klaster. Jadi kami juga harus berpikir bagaimana bisa masuk ke midstream," kata Gunung.
Dia mencontohkan pengembangan gas di Senoro. Gas Senoro tidak akan pernah dimonetisasi andai kata tidak terbangun fasilitas kilang serta regasifikasi DSLNG yang bekerja sama dengan beberapa perusahaan. Untuk itu PHE juga akan lebih membuka diri dalam menjalin kerja sama dengan perusahaan lain.
Direktur Operasi dan Produksi PHE, Ekariza, mengatakan realisasi produksi gas PHE sangat tergantung dari penyerapan di pasar. Jika penyerapan pasar besar, maka PHE bisa meningkatkan produksi gasnya.
"Produksi gas kuartal I lebih tinggi karena ada peningkatan penyerapan. Kontribusi produksi terbesar berasal dari Tomori," kata Ekariza.
Selain Tomori, kontribusi produksi gas PHE berasal dari blok Offshore North West Java (ONWJ), Jambi Merang, dan West Madura Offshore (WMO).
(roy) Next Article Pertamina Raih Sertifikat Manajemen Anti Suap dari TUV Nord
Direktur Utama PHE, R. Gunung Sardjono mengatakan PHE mematok target produksi bulan Maret sebesar 767,8 MMSCFD. Adapun realisasinya mencapai 1,2% lebih tinggi.
Menurut Gunung, PHE akan mempercepat monetisasi cadangan PHE dengan menerapkan strategi klasterisasi sumber cadangan. Strategi ini bisa digunakan di wilayah kerja yang memiliki cadangan gas tidak terlalu besar, namun bisa segera dimonetisasi.
Dengan klasterisasi PHE tidak lagi berpikir hanya menunggu pembeli gas, namun lebih ke arah bagaimana menciptakan pasar. Pasalnya, memiliki cadangan besar akan percuma jika tidak ada penyerap gas.
"Jadi tidak tergantung pasar, tapi menciptakan pasar. Itu yang sekarang kami kejar. Konsep monetisasi gas dibikin klaster. Jadi kami juga harus berpikir bagaimana bisa masuk ke midstream," kata Gunung.
Dia mencontohkan pengembangan gas di Senoro. Gas Senoro tidak akan pernah dimonetisasi andai kata tidak terbangun fasilitas kilang serta regasifikasi DSLNG yang bekerja sama dengan beberapa perusahaan. Untuk itu PHE juga akan lebih membuka diri dalam menjalin kerja sama dengan perusahaan lain.
Direktur Operasi dan Produksi PHE, Ekariza, mengatakan realisasi produksi gas PHE sangat tergantung dari penyerapan di pasar. Jika penyerapan pasar besar, maka PHE bisa meningkatkan produksi gasnya.
"Produksi gas kuartal I lebih tinggi karena ada peningkatan penyerapan. Kontribusi produksi terbesar berasal dari Tomori," kata Ekariza.
Selain Tomori, kontribusi produksi gas PHE berasal dari blok Offshore North West Java (ONWJ), Jambi Merang, dan West Madura Offshore (WMO).
(roy) Next Article Pertamina Raih Sertifikat Manajemen Anti Suap dari TUV Nord
Most Popular