
Internasional
Gara-Gara Sanksi Aluminium AS, 8 Direksi Rusal Mundur
Roy Franedya, CNBC Indonesia
24 May 2018 16:37

Hong Kong, CNBC Indonesia - Sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) pada produsen aluminium terbesar asal Rusia, United Company Rusal Inc, kembali memakan korban. Tujuh anggota direksi dan chief executive Rusal memutuskan untuk mengundurkan diri dan memperingkatkan akan adanya kemungkinan masalah pemenuhan kebutuhan kewajiban akibat sanksi tersebut.
Mengutip Reuters, AS mengumumkan sanksi kepada produsen aluminium terbesar di Rusia ini pada 6 April 2018. Trump melarang perusahaan AS untuk membeli aluminium produksi Rusal. Dampaknya, harga aluminium menyentuh harga tertinggi dalam tujuh tahun terakhir karena kekurangan pasokan.
Rusal mengatakan Alexandra Bouriko, menduduki posisi CEO pada bulan Maret 2018, telah mengundurkan diri sejak 23 Mei 2018 dan akan digantikan oleh Evgeny Nikitin sebagai penjabat CEO.
Direktur eksekutif Vladislav Soloviev dan Siegfried Wolf, direktur non-eksekutif Maxim Sokov, Dmitry Afanasiev, Gulzhan Moldazhanova, Olga Mashkovskaya dan Ekaterina Nikitina juga mengajukan pengunduran diri yang efektif 28 Juni 2018, dalam pengumuman di bursa Hong Kong.
Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi hingga 23 Oktober 2018 untuk mengakhiri bisnis dengan Rusal, dan mengatakan akan mempertimbangkan mencabut sanksi jika taipan aluminium Rusia Oleg Deripaska menyerahkan kendali perusahaan.
Dalam pernyataan terpisah, Rusal mengatakan kecuali sanksi dicabut atau perusahaan diberikan lisensi baru oleh Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri AS (OFAC), lembaga keuangan internasional cenderung memilih membatasi bahkan mundur ketika berurusan dengan Rusal.
"Peluang untuk memberikan pembiayaan kepada perusahaan dengan persyaratan yang wajar secara komersial akan sangat terbatas," kata perusahaan.
"Perusahaan mungkin tidak dapat mempertahankan kinerja operasinya pada tingkat tertentu yang diperlukan untuk melayani dan membayar kembali utang dan dapat mengakibatkan kreditor saat ini meminta cepatan pembayaran kembali."
Pemegang saham pengendali Rusal, En +, mengatakan pada 18 Mei bahwa Oleg Deripaska telah mengundurkan diri dari dewan direksi.
(prm) Next Article Deteksi Corona, Jokowi: Jangan Sampai Indonesia Diragukan
Mengutip Reuters, AS mengumumkan sanksi kepada produsen aluminium terbesar di Rusia ini pada 6 April 2018. Trump melarang perusahaan AS untuk membeli aluminium produksi Rusal. Dampaknya, harga aluminium menyentuh harga tertinggi dalam tujuh tahun terakhir karena kekurangan pasokan.
Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi hingga 23 Oktober 2018 untuk mengakhiri bisnis dengan Rusal, dan mengatakan akan mempertimbangkan mencabut sanksi jika taipan aluminium Rusia Oleg Deripaska menyerahkan kendali perusahaan.
Dalam pernyataan terpisah, Rusal mengatakan kecuali sanksi dicabut atau perusahaan diberikan lisensi baru oleh Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri AS (OFAC), lembaga keuangan internasional cenderung memilih membatasi bahkan mundur ketika berurusan dengan Rusal.
"Peluang untuk memberikan pembiayaan kepada perusahaan dengan persyaratan yang wajar secara komersial akan sangat terbatas," kata perusahaan.
"Perusahaan mungkin tidak dapat mempertahankan kinerja operasinya pada tingkat tertentu yang diperlukan untuk melayani dan membayar kembali utang dan dapat mengakibatkan kreditor saat ini meminta cepatan pembayaran kembali."
Pemegang saham pengendali Rusal, En +, mengatakan pada 18 Mei bahwa Oleg Deripaska telah mengundurkan diri dari dewan direksi.
(prm) Next Article Deteksi Corona, Jokowi: Jangan Sampai Indonesia Diragukan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular