Internasional

Rakyat Miskin Venezuela Antre demi "Hadiah" Usai Pilih Maduro

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
21 May 2018 13:44
Rakyat miskin Venezuela memadati tenda-tenda merah berharap mendapatkan imbalan setelah memilih petahana Presiden Nicolas Maduro.
Foto: REUTERS/Carlos Jasso
Caracas, CNBC Indonesia - Rakyat miskin Venezuela memindai "kartu tanah air" yang dikeluarkan negara di tenda-tenda merah setelah pemungutan suara pada hari Minggu (20/5/2018) dengan harapan menerima hadiah yang dijanjikan oleh Presiden Nicolas Maduro, yang disebut lawannnya sebagai praktik pembelian suara.

Maduro dari kubu sayap kiri memenangi pemilu Venezuela tanpa hambatan berkat penggunaan sumber daya negara yang besar, dilarangnya dua rival paling populernya untuk ikut dalam pemilihan, dan karena dewan pemilihan yang beranggotakan loyalis sang petahana.


Pemilu tersebut diboikot oleh oposisi dan dikutuk oleh rivalnya sebagai 'penobatan' seorang diktator, yang hasilnya diumumkan pada hari Minggu malam.

Para pengritik Maduro mengatakan skema itu bertujuan untuk meningkatkan jumlah pemilih dengan menakut-nakuti penduduk Venezuela yang kelaparan agar berpikir bahwa jika mereka tidak memilih, maka jatah makanan dan transfer uang yang mereka andalkan akan dibatasi. Hiperinflasi dan kekurangan pasokan makanan dan obat-obatan menyebabkan jutaan penduduk Venezuela bergantung pada pemerintah, Reuters melaporkan.

Dana tersebut biasanya diperoleh melalui kartu tanah air.

Maduro yang merupakan seorang mantan sopir bus, menggambarkan dirinya sebagai 'presiden pekerja' Venezuela dan mengatakan inisiatif, seperti kartu tanah air, menunjukkan bahwa dia berusaha melindungi negara miskin tersebut dalam menghadapi apa yang disebutnya sebagai 'perang ekonomi' yang dilancarkan oleh rival sayap kanannya.

"Ini tidak ada sebelumnya, tapi saya melakukannya sekarang karena bantuan yang saya dapatkan," kata Jose Torres, 77, yang memperlihatkan gambar presiden sebelumnya, Hugo Chavez, yang disimpannya di dompet setelah memindai kartunya di 'titik merah' di negara bagian Lara.


Oposisi koalisi Persatuan Demokrat mengatakan titik merah ditempatkan di luar dari 80% tempat pemungutan suara. Presiden Dewan Pemilihan Tibisay Lucena mengatakan tenda harus terletak setidaknya 200 meter dari tempat pemungutan suara. Dia juga mengatakan Maduro telah memastikan tidak ada kartu yang akan dipindai.

Tetapi Reuters mengatakan melihat adanya pemindaian kartu-kartu dan beberapa titik merah terletak lebih dekat dengan tempat pemilihan, misalnya seperti yang terletak di dalam sekolah tempat Maduro memilih pada waktu fajar.

Henri Falcon, mantan tentara dan gubernur negara bagian yang menentang boikot untuk menantang Maduro, mengatakan timnya telah mendaftarkan sekitar 900 keluhan tentang poin merah.

"Pembelian suara, bermain-main dengan martabat orang, tidak dapat diteruskan," kata Falcon setelah memberikan suara di Lara.

Selama kampanye, Maduro telah berjanji bahwa pemilih yang menunjukkan kartu tanah air mereka di tempat pemungutan suara akan menerima 'hadiah yang sangat bagus'.

Tidak diketahui jelas apa hadiahnya, tetapi Falcon mengatakan dia mendengar hadiah itu adalah uang 10 juta bolivar, yang hanya setara dengan US$13 atau Rp 185.000 di pasar gelap. Namun, jumlah tersebut sekitar 10 kali upah minimum bulanan.

Pekerja konstruksi Josue Valecillos, 54, di negara bagian rumah Barinas di Chavez, mengatakan para sukarelawan memindai kartu namanya menggunakan telepon genggam dan dijanjikan untuk memperoleh transferan secepatnya.

"Mereka menawari saya 10 juta bolivar," kata pendukung Maduro itu.


Para sukarelawan partai membantah kembali tuduhan pemerasan bahkan ketika beberapa orang mengakui mereka yang mendaftar akan menerima uang. Relawan Ruben Vega, yang berjaga di titik merah di lingkungan Caracas San Bernardino, mengatakan para pemilih yang memindai kartu mereka bisa mendapatkan transfer bank senilai beberapa juta bolivars.

"Inti dari bonusnya adalah mendorong orang untuk memilih kandidat yang mereka inginkan," kata Vega, 55. "Kami adalah 'Chavistas' [pendukung Chavez], tetapi yang kami inginkan adalah banyak orang keluar dan memilih, untuk siapa pun."
(prm) Next Article Punya Dua Presiden, Ada Apa dengan Venezuela?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular