Eropa Melarang, RI Justru Kembangkan Biodiesel Berbasis Sawit

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
19 May 2018 14:43
Saat ini penggunaan biodiesel berbasis sawit tengah diuji coba di kereta api.
Foto: CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara
Palembang, CNBC Indonesia - Penggunaan bahan bakar nabati berupa campuran biodiesel sebesar 20% pada solar, termasuk yang digunakan di kereta api, dapat mendukung pertumbuhan industri kelapa sawit di RI.

Ketua Tim Kajian Rail Test B20 Dadan Kusdiana mengatakan penggunaan biodiesel itu dapat membantu 12 juta masyarakat Indonesia yang hidupnya bergantung pada sawit.

Penggunaan minyak sawit untuk bahan bakar juga tidak mengganggu pasokan kebutuhan industri makanan.

Sebab, pasokan yang digunakan untuk program B20 menggunakan sisa dari kebutuhan ekspor dan industri lain, termasuk makanan.

"Secara tidak langsung penggunaan B20 telah menolong 12 juta masyarakat Indonesia yang hidupna bergantung pada sawit," kata Dadan, Jumat (18/5/2018).

Seperti diketahui, pengembangan biodiesel yang dilakukan RI ini bertolak belakang dengan kebijakan Uni Eropa. Benua Biru itu justru berencana melarang penggunaan biodiesel berbasis sawit mulai 2021 karena industri sawit dinilai sebagai salah satu penyebab utama deforestasi.

Di sisi lain, penggunaan biodiesel berbahan baku sawit juga akan mengurangi ketergantungan impor solar.


"Penggunaan B20 bisa mengurangi impor solar juga, kan sekarang masih impor. Impor jadi berkurang, jadi dampak fluktuasi di luar [harga minyak dan nilai tukar] segala macam bisa dikurangi."

Dadan mengingatkan pula, impor BBM serta minyak mentah menjadi salah satu penyebab transaksi berjalan dalam negeri negatif. Maka dari itu, pengembangan penerapan BBN pada berbagai sektor terus dilakukan.



(ray/ray) Next Article Berlumur Minyak CPO, Potret Pekerja Penguras Kapal di Priok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular