
Batik China dan Malaysia Tak Bisa Kalahkan RI
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
15 May 2018 13:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Batik diakui sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO pada 2009. Di dalam perjalannya hingga saat ini, beberapa negara juga memproduksi batik untuk dilepas ke pasar internasional.
Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan negara yang memproduksi batik antara lain China dan Malaysia.
Meski demikian, lanjutnya, batik Indonesia tidak memiliki saingan karena produk dari dua negara itu masih kalah jauh secara kualitas.
"Batik China kan printing ya, depan dan belakang beda. Kelihatan kok, motifnya mereka engga akan berkembang, itu-itu aja. Jadi, kreativitas batik memang dari Indonesia dan khususnya dari Jawa. Batik sebenarnya cuma kita, engga ada saingan. Malaysia kan coba-coba bikin batik, tapi itu dia melukis bukan membatik. Beda sekali," katanya, Selasa (15/5/2018).
Saat ini, menurut Gati, muncul satu lagi potensi bagus yakni batik dari Madura. "Di Pamekasan semuanya tulis, tapi murah. Karena bahan baku dan kualitas batiknya juga beda," jelas Gati.
Adapun sejumlah tantangan untuk memperkenalkan batik di pasar internasional salah satunya adalah terkait dengan harga jual.
"Orang asing itu selalu question mark, batik kenapa mahal. Kita harus promosikan bagaimana cara membatik, apa yang membuat dia jadi mahal. Kita buat film bagaimana pembuatan batik yang setiap pameran kita putarkan. Tahun depan di Gebyar Batik Nasional kita akan buat satu stand pembuatan batik," jelasnya Gati.
(ray/ray) Next Article Ekspor Batik RI 2017 Anjlok 61% Hanya Rp 800 M
Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan negara yang memproduksi batik antara lain China dan Malaysia.
Meski demikian, lanjutnya, batik Indonesia tidak memiliki saingan karena produk dari dua negara itu masih kalah jauh secara kualitas.
Saat ini, menurut Gati, muncul satu lagi potensi bagus yakni batik dari Madura. "Di Pamekasan semuanya tulis, tapi murah. Karena bahan baku dan kualitas batiknya juga beda," jelas Gati.
Adapun sejumlah tantangan untuk memperkenalkan batik di pasar internasional salah satunya adalah terkait dengan harga jual.
"Orang asing itu selalu question mark, batik kenapa mahal. Kita harus promosikan bagaimana cara membatik, apa yang membuat dia jadi mahal. Kita buat film bagaimana pembuatan batik yang setiap pameran kita putarkan. Tahun depan di Gebyar Batik Nasional kita akan buat satu stand pembuatan batik," jelasnya Gati.
(ray/ray) Next Article Ekspor Batik RI 2017 Anjlok 61% Hanya Rp 800 M
Most Popular