Internasional
Trump Akan Bertemu Kim Jong Un di Singapura
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
11 May 2018 17:43

Chuck Schumer, anggota Senat AS dari Partai Demokrat, memperingatkan Trump agar tidak terlalu berharap dan bertindak terlalu cepat di Singapura. Ia mengatakan Presiden dari Partai Republik tersebut harus menuntut komitmen perlucutan senjata yang kuat dan dapat diverifikasi dari Korea Utara.
"Saya khawatir presiden ini, dengan keinginannya untuk membuat kesepakatan dan mendapatkan pujian dan foto, akan melakukan sesuatu dengan tergesa-gesa, dan yang akan menghasilkan sesuatu yang buruk, bukan yang kuat dan bukan yang langgeng," kata Schumer.
Selama masa jabatan Trump, Kim telah membuat serangkaian tes senjata rudal jarak menengah dan jarak jauh untuk memamerkan kemajuan militernya, serta senjata atom yang membuat dunia semakin gelisah.
Tahun lalu, Korea Utara melakukan lebih dari selusin tes rudal yang melintas di atas Laut Jepang, sementara uji coba lainnya membuat para ahli yakin jika Korea Utara kemungkinan bisa menghancurkan daratan Amerika Serikat dengan rudalnya.
Trump telah menggalakkan kampanye 'tekanan maksimum' AS untuk mengajak Korea Utara mau berunding. Trump juga bersumpah akan mempertahankan sanksi ekonomi sampai Pyongyang mengambil langkah konkret untuk denuklirisasi.
Namun, mantan kepala mata-mata Kim Yong Chul yang juga direktur Departemen Front Bersatu Korea Utara (United Front Department), mengatakan dalam acara makan siang untuk menyambut Pompeo di Pyongyang minggu ini: "Kami telah menyempurnakan kemampuan nuklir kami. Ini adalah kebijakan kami untuk memusatkan semua upaya ke dalam kemajuan ekonomi."
Kim baru-baru ini berjanji untuk menunda uji coba rudal dan menutup tempat uji coba bom nuklir negaranya.
Dipilihnya Singapura sebagai tempat pertemuan merupakan zona aman bagi Trump karena negara kepulauan tersebut adalah sekutu kuat AS dan Angkatan Laut AS sering mengunjungi pelabuhannya. Juru bicara Gedung Putih, Raj Shah mengatakan Singapura dipilih karena dapat menjamin keamanan kedua pemimpin dan memberikan netralitas.
Sebagai pusat keuangan dan pengiriman, Singapura disebut sebagai gerbang antara Asia dan negara-negara Barat, dan juga disebut 'Swiss Asia'. Perekonomian Singapura yang sekarang ingin dimodernisasi oleh para pemimpinnya, berbeda dengan perekonomian Korea Utara yang terisolasi.
Namun, Human Rights Watch telah menggambarkan Singapura memiliki lingkungan politik yang 'mencekik' dengan pembatasan yang ketat pada 'hak-hak dasar'-nya. Pada Kamis malam Singapura mengatakan senang menjadi tuan rumah untuk pertemuan antara Trump dan Kim, menambahkan: "Kami berharap pertemuan ini akan memajukan prospek perdamaian di Semenanjung Korea."
Para pejabat AS sebelumnya telah menentukan beberapa tempat lain selain Singapura untuk pertemuan bersejarah tersebut.
Trump sendiri memilih zona demiliterisasi antara dua Korea sebagai tempat pertemuan, tetapi para pejabat berpendapat hal itu akan terlihat terlalu berlebihan.
Kim dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in telah mengadakan pembicaraan di Zona demiliterisasi pada akhir April, berjanji untuk menciptakan perdamaian setelah beberapa dekade mengalami konflik.
"Kami berharap denuklirisasi dan perdamaian abadi di semenanjung Korea akan tercipta melalui pertemuan ini," kata Korea Selatan pada hari Kamis. (prm)
"Saya khawatir presiden ini, dengan keinginannya untuk membuat kesepakatan dan mendapatkan pujian dan foto, akan melakukan sesuatu dengan tergesa-gesa, dan yang akan menghasilkan sesuatu yang buruk, bukan yang kuat dan bukan yang langgeng," kata Schumer.
Selama masa jabatan Trump, Kim telah membuat serangkaian tes senjata rudal jarak menengah dan jarak jauh untuk memamerkan kemajuan militernya, serta senjata atom yang membuat dunia semakin gelisah.
Trump telah menggalakkan kampanye 'tekanan maksimum' AS untuk mengajak Korea Utara mau berunding. Trump juga bersumpah akan mempertahankan sanksi ekonomi sampai Pyongyang mengambil langkah konkret untuk denuklirisasi.
Namun, mantan kepala mata-mata Kim Yong Chul yang juga direktur Departemen Front Bersatu Korea Utara (United Front Department), mengatakan dalam acara makan siang untuk menyambut Pompeo di Pyongyang minggu ini: "Kami telah menyempurnakan kemampuan nuklir kami. Ini adalah kebijakan kami untuk memusatkan semua upaya ke dalam kemajuan ekonomi."
Kim baru-baru ini berjanji untuk menunda uji coba rudal dan menutup tempat uji coba bom nuklir negaranya.
Dipilihnya Singapura sebagai tempat pertemuan merupakan zona aman bagi Trump karena negara kepulauan tersebut adalah sekutu kuat AS dan Angkatan Laut AS sering mengunjungi pelabuhannya. Juru bicara Gedung Putih, Raj Shah mengatakan Singapura dipilih karena dapat menjamin keamanan kedua pemimpin dan memberikan netralitas.
Sebagai pusat keuangan dan pengiriman, Singapura disebut sebagai gerbang antara Asia dan negara-negara Barat, dan juga disebut 'Swiss Asia'. Perekonomian Singapura yang sekarang ingin dimodernisasi oleh para pemimpinnya, berbeda dengan perekonomian Korea Utara yang terisolasi.
Namun, Human Rights Watch telah menggambarkan Singapura memiliki lingkungan politik yang 'mencekik' dengan pembatasan yang ketat pada 'hak-hak dasar'-nya. Pada Kamis malam Singapura mengatakan senang menjadi tuan rumah untuk pertemuan antara Trump dan Kim, menambahkan: "Kami berharap pertemuan ini akan memajukan prospek perdamaian di Semenanjung Korea."
Para pejabat AS sebelumnya telah menentukan beberapa tempat lain selain Singapura untuk pertemuan bersejarah tersebut.
Trump sendiri memilih zona demiliterisasi antara dua Korea sebagai tempat pertemuan, tetapi para pejabat berpendapat hal itu akan terlihat terlalu berlebihan.
Kim dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in telah mengadakan pembicaraan di Zona demiliterisasi pada akhir April, berjanji untuk menciptakan perdamaian setelah beberapa dekade mengalami konflik.
"Kami berharap denuklirisasi dan perdamaian abadi di semenanjung Korea akan tercipta melalui pertemuan ini," kata Korea Selatan pada hari Kamis. (prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular