Dolar Lewati Rp 14.000, Pemerintah Kaji Dampaknya ke APBN
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
09 May 2018 07:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyatakan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bersama dengan lembaga dan kementerian terkait masih terus mengkaji dampak penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap kestabilan perekonomian Indonesia ke depan.
Penguatan greenback terhadap rupiah saat ini memang dinilai dapat memberikan pengaruh positif bagi penerimaan negara yang berasal dari ekspor. Namun, beberapa risiko terhadap inflasi dan besaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) juga mengintai.
"Kami perlu untuk melihat dan mengkaji pengaruh nilai tukar kepada dua hal, yaitu imported inflation, yaitu inflasi yang berasal dari barang-barang impor karena banyak sekali impor dilakukan pada tahun lalu sampai dengan kuartal pertama ini", ujar Sri Mulyani dalam acara Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital di Djakarta Theater Ballroom XXI, Selasa (8/5/2018).
Selain itu, pihaknya juga akan mempelajari pengaruh penguatan dolar AS terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018 pemerintah serta subsidi BBM dan listrik yang telah ditetapkan.
Pengaruh tersebut dinilai dapat mengubah postur APBN yang telah ditetapkan sehingga hingga saat ini pihaknya masih akan menunggu laporan realisasi anggaran di sepanjang semester satu untuk selanjutnya akan dilakukan pembahasan perubahan jika diperlukan.
"Kami akan lihat pelaksanaan APBN 2018 dengan adanya perubahan-perubahan tersebut. Itu yang sedang kami fokuskan sehingga itu yang akan kami laporkan kepada kabinet Presiden dan akan dibahas," kata Sri Mulyani.
"Kami akan bekerja dengan Ignasius Jonan [Menteri ESDM] dan Rini Soemarno [Menteri BUMN] untuk lihat neraca PLN, terutama Pertamina. Policy tersebut nantinya untuk menjaga keuangan Pertamina sehingga BUMN bisa menjalankan tugas negaranya dalam menyediakan BBM di seluruh Indonesia dengan harga yang terjangkau masyarakat, tapi di sisi lain APBN tetap sehat," tambahnya.
Pada perdagangan hari Selasa, rupiah melemah 0,36% ke level Rp 14.045/dolar AS. Bahkan, rupiah sempat menyentuh titik terlemahnya di level Rp 14.050/dolar AS.
(prm) Next Article "The Mighty" Rupiah
Penguatan greenback terhadap rupiah saat ini memang dinilai dapat memberikan pengaruh positif bagi penerimaan negara yang berasal dari ekspor. Namun, beberapa risiko terhadap inflasi dan besaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) juga mengintai.
"Kami perlu untuk melihat dan mengkaji pengaruh nilai tukar kepada dua hal, yaitu imported inflation, yaitu inflasi yang berasal dari barang-barang impor karena banyak sekali impor dilakukan pada tahun lalu sampai dengan kuartal pertama ini", ujar Sri Mulyani dalam acara Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital di Djakarta Theater Ballroom XXI, Selasa (8/5/2018).
Pengaruh tersebut dinilai dapat mengubah postur APBN yang telah ditetapkan sehingga hingga saat ini pihaknya masih akan menunggu laporan realisasi anggaran di sepanjang semester satu untuk selanjutnya akan dilakukan pembahasan perubahan jika diperlukan.
"Kami akan lihat pelaksanaan APBN 2018 dengan adanya perubahan-perubahan tersebut. Itu yang sedang kami fokuskan sehingga itu yang akan kami laporkan kepada kabinet Presiden dan akan dibahas," kata Sri Mulyani.
"Kami akan bekerja dengan Ignasius Jonan [Menteri ESDM] dan Rini Soemarno [Menteri BUMN] untuk lihat neraca PLN, terutama Pertamina. Policy tersebut nantinya untuk menjaga keuangan Pertamina sehingga BUMN bisa menjalankan tugas negaranya dalam menyediakan BBM di seluruh Indonesia dengan harga yang terjangkau masyarakat, tapi di sisi lain APBN tetap sehat," tambahnya.
Pada perdagangan hari Selasa, rupiah melemah 0,36% ke level Rp 14.045/dolar AS. Bahkan, rupiah sempat menyentuh titik terlemahnya di level Rp 14.050/dolar AS.
(prm) Next Article "The Mighty" Rupiah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular