Liputan Khusus

Sekolah Internasional Menjamur, Biaya Hingga Rp 600 Juta

Arina Yulistara & Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
22 April 2018 09:58
Sekolah Internasional Menjamur, Biaya Hingga Rp 600 Juta
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - Negara-negara di dunia termasuk Indonesia kini memasuki era revolusi industri jilid ke-4 atau dikenal dengan Industri 4.0 yang mengandalkan pengembangan teknologi canggih dan juga Internet of Things (IoT).

Entah sampai berapa lama eksistensi Industri 4.0 ini berlangsung, hingga nanti digantikan oleh revolusi selanjutnya.

Dalam menyambut perkembangan zaman ini, setiap orang tentunya harus memiliki bekal pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan menjadi suatu kebutuhan yang krusial bagi setiap orang.

Tak heran, guna mengenyam pendidikan para orang tua rela menggelontorokan biaya setinggi-tingginya sejak anak memulai pendidikan dasar.

Biaya tinggi itu biasanya dipatok oleh sekolah-sekolah berlabel internasional, seperti yang sekarang menjamur di Jakarta.

Psikolog Anna Surti Ariani mengatakan sekolah internasional tersebut memang menawarkan kurikulum internasional, meskipun juga banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya di sana karena faktor lain.

"Betul, memang ada yang membayar mahal demi gengsi, demi gaya hidup yang mereka impikan. Namun ada pula karena memiliki kurikulum internasional, perhatian guru, kompetensi guru walaupun tidak berarti sekolah lebih murah maka guru tidak kompeten, kemungkinan field trip atau lomba keluar negeri bersama sekolah juga," jelas dia.

Adapun CNBC Indonesia merangkum beberapa sekolah berlabel internasional, di antaranya adalah ACG School Jakarta, The New Zealand Independent School, Highscope Indonesia School, Cikal dan sebagainya untuk mengetahui sistem pembelajaran dan berapa biaya yang dipatok sekolah-sekolah itu.
Berada di bilangan Warung Buncit Jakarta Selatan, ACG School Jakarta menawarkan pendidikan yang lebih santai dan tidak melulu teori. 

Sekolah Dasar (SD) atau primary dari kelas 1 sampai 6 ini memiliki cara pengajaran dengan mengeksplor, meneliti, dan menginvestigasi gagasan utama dari setiap topik. 

Sekolah tersebut memperluas pembelajaran mereka di luar kelas dengan banyak melakukan kunjungan reguler. Kurikulum yang diterapkan langsung dari New Zealand dan 100% menggunakan bahasa Inggris dengan menggunakan kurikulum International Baccalaureate (IB).

Tidak hanya cara belajar yang santai, sekolah ini juga akan memfokuskan pada  pendidikan berhitung, menawarkan pengajaran spesialis dalam musik, pendidikan jasmani, keterampilan perpustakaan, berenang dan Bahasa Indonesia.

Seluruh murid yang ada sekolah ini datang dari berbagai negara dan ras sehingga lebih beragam dalam mengenal budaya satu sama lain.

Untuk tingkatannya sendiri ditentukan oleh usia si anak agar sisi emosionalnya tetap sesuai. Sementara itu, untuk biaya sekolah para orang tua harus mengeluarkan Rp 206 juta untuk usia 5-6 atau kelas 1 hingga kelas 2. Sedangkan kelas 3 hingga kelas 6 atau usia 7-10 tahun mengeluarkan biaya Rp 259 juta.

Sehingga total kelusuruhan biaya adalah Rp 465 juta.  Sama-sama menggunakan kurikulum International Baccalaureate (IB), New Zealand Independent School (NZIS) menerapkan gaya belajar yang riang dan tidak terpaku kepada akademik. 

Sekolah ini memiliki tim guru yang di dominasi Warga Negara Asing sehingga bahasa Inggris yang digunakan haruslah aktif, kecuali guru bahasa Indonesia.

Salah satu program pembelajaran yang menarik pada NZIS adalah yakni penekanan integrasi dan kerjasama siswa satu siswa lain.


Para siswa juga bisa merasakan beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti berenang dan olahraga yang diadakan setiap seminggu sekali. Untuk satu kelas di NZIS sangatlah terbatas yakni 20 murid. Setiap kelas para murid akan didampingi oleh dua pengajar yakni Main Teacher dan Co Teacher.

Untuk bersekolah disini orang tua menyiapkan dana sebesar Rp 364 juta yang dibagi enrollment fee Rp 3 juta, biaya pungutan pengembangan tahunan sebesar Rp 85 juta (dari tahun 1 hingga 6). Lalu untuk uang sekolahnya Rp 276 juta.     Para siswa sekolah dasar di Highscope akan diajarkan ilmu dasar seperti memperoleh membaca, menulis dan berhitung.

Mereka juga diajarkan untuk mengembangkan inisiatif, keterampilan pribadi, kepemimpinan dan pribadi yang lebih kreatif, serta keterampilan manajemen.


Menariknya, bersekolah disini menggunakan sistem multi age. Dimana dalam satu kelas terdapat 2 grade sekaligus dan belajar bersama-sama.

Sekolah ini mengambil refrensi pengajaran dari Amerika Serikat dan menerapkan sistem bilingual. Kurikulum yang digunakan dari Highscope adalah cambrigde dan konten nasional. Untuk sekolah disini para orang tua harus mengeluarkan Rp 502 juta sampai anak lulus SD.

Biaya itu terbagi atas Rp 70 juta untuk uang pangkal dan uang bulanan sekitar 6 juta selama 6 tahun.    Berada di kawasan Cilandak, Cikal adalah salah satu sekolah yang mengedepankan kemampuan dan minat si anak. Para anak-anak bisa bermain sekaligus belajar di sebuah bangunan yang melekat dengan alam dan area bermain.

Sekolah ini memiliki kurikulum International Baccalaureate (IB). Cikal tidak memiliki mata pelajaran khusus tapi siswa mengembangkannya melalui praktek.

Dengan semua lingkungan yang hangat dan komunitas yang ramah dan bersahabat, para siswa merasa seperti di rumah bersama keluarga. Sekolah Cikal Cilandak mendapat ijin dari International Baccalaureate (IB) sebagai Program Tahun Dasar International Baccalaureate (IB).

Untuk siswa usia 3-12 tahun akan diberi program pelajaran PYP sehingga anak-anak akan peka terhadap lingkungan. 

Para orang tua yang ingin anaknya bersekolah disini harus menyiapkan dana Rp 481 juta yang terdiri dari uang pangkal Rp 99,3 juta, biaya uang sekolah untuk tahun pertama hingga kelima sebesar Rp 313,5 juta dan tahun keenam Rp 68,2 juta.


    Tidak seperti Sekolah Dasar (SD) pada umumnya, di Binus School Simprug siswa SD disini hanya belajar sampai grade 5 saja.

Menganut kurikulum International Baccalaureate (IB), Binus mendukung para siswa untuk memiliki pikiran terbuka dan kreatifitas yang tinggi.


Sementara disamping pengembangan akademis, siswa diminta mengasah potensi lain dalam melaksanakan proyek-proyek yang mendalam dan kolaboratif.

Topik pembelajaran yang diterapkan meliputi tema, pengetahuan baru, pendekatan untuk belajar, dan pengembangan sikap positif.

Total biaya yang harus dikeluarkan untuk bersekolah disini adalah Rp 671 juta. Itu terdiri dari Rp 131 juta untung uang pangkal, Lalu biaya sekolah dari tingkat 1 hingga lulus Rp 540 juta.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular