
Pertamina: Perlu Dukungan Pemerintah untuk Dorong Investasi
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
19 April 2018 17:14

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Pertamina (Persero) meminta dukungan Pemerintah dalam menjalankan bisnis perusahaan dalam melakukan investasi.
Hal itu disampaikan VP Corporate Business Strategic Planning Pertamina Ernie D Ginting dalam seminar Energy Policy: Disruption Approach to Improve Friendly Investment Climate di The Dharmawangsa, Kamis (19/4/2018).
Sebagai National Oil Company (NOC), dia berharap Pemerintah bisa mendukung Pertamina dari segi peningkatan investasi. Dia menyebut kebijakan Pemerintah untuk mendahulukan Pertamina sebagai pengelola blok terminasi adalah bentuk dukungan yang cukup bagus. "Tapi kami juga butuh dukungan modal untuk berinvestasi," ujar dia.
Dia mengatakan investasi sangat dibutuhkan untuk ekspansi bisnis perusahaan. Bila dibanding NOC negara lain, dia menyebut belanja modal (capex) perseroan dalam 5 tahun terakhir tergolong tertinggal.
"Tiap tahun antara US$ 4-5 billion dan itu memang belum cukup untuk menaikkan produksi upstream," tutur Ernie.
Dalam kesempatan tersebut Ernie juga menyampaikan rencana Pertamina untuk mengedepankan skema bermitra dalam mengelola blok minyak dan gas bumi ke depan. Cara tersebut diambil untuk mengurangi risiko invetasi, sebab industri migas masuk dalam kategori bisnis yang very high risk.
Sampai saat ini, Pertamina dia sebut masih tinggi dalam melakukan pengelolaan blok migas. "Pertamina bertindak sebagai operator atas sekitar 63% dari total ladang migas yang dimiliki, 10% dengan partner dan sisanya non-operator. Partnership menjadi salah satu strategi yang akan diutamakan Pertamina untuk membagi resiko, modal, dan akses teknologi," ujar Ernie.
Dia mencontohkan cara yang sama telah diterapkan oleh perusahaan migas asal Jepang, Inpex.
(gus/gus) Next Article Pertamina Masih Kalah dari Petronas
Hal itu disampaikan VP Corporate Business Strategic Planning Pertamina Ernie D Ginting dalam seminar Energy Policy: Disruption Approach to Improve Friendly Investment Climate di The Dharmawangsa, Kamis (19/4/2018).
Dia mengatakan investasi sangat dibutuhkan untuk ekspansi bisnis perusahaan. Bila dibanding NOC negara lain, dia menyebut belanja modal (capex) perseroan dalam 5 tahun terakhir tergolong tertinggal.
"Tiap tahun antara US$ 4-5 billion dan itu memang belum cukup untuk menaikkan produksi upstream," tutur Ernie.
Dalam kesempatan tersebut Ernie juga menyampaikan rencana Pertamina untuk mengedepankan skema bermitra dalam mengelola blok minyak dan gas bumi ke depan. Cara tersebut diambil untuk mengurangi risiko invetasi, sebab industri migas masuk dalam kategori bisnis yang very high risk.
Sampai saat ini, Pertamina dia sebut masih tinggi dalam melakukan pengelolaan blok migas. "Pertamina bertindak sebagai operator atas sekitar 63% dari total ladang migas yang dimiliki, 10% dengan partner dan sisanya non-operator. Partnership menjadi salah satu strategi yang akan diutamakan Pertamina untuk membagi resiko, modal, dan akses teknologi," ujar Ernie.
Dia mencontohkan cara yang sama telah diterapkan oleh perusahaan migas asal Jepang, Inpex.
(gus/gus) Next Article Pertamina Masih Kalah dari Petronas
Most Popular