Benarkah Listrik dari Pembangkit Nuklir Lebih Murah?

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
19 April 2018 11:41
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar memaparkan bahwa harga pembangkit listrik nuklir tak lebih murah dibanding lainnya.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia- Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar membantah harga listrik per kWh dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) jauh lebih murah dibanding pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) lainnya.

Dia menyebut harga listrik per kWh dari pemanfaaftan nuklir sebagai pembangkit sekitar 14,8 sen per kilowatt hour (kWh). "Jadi salah kalau nuklir disebut lebih murah, bisa 6-7 sen per kWh," kata Arcandra dalam Seminar Energy Policy di The Dharmawangsa, Kamis (19/4/2018).



Arcandra mengaku sempat menanyakan terkait hal tersebut ke perusahaan penelitian nuklir Rusia, Rosatom. Dia menanyakan berapa biaya produksi listrik yang diperlukan, bila Indonesia membangun PLTN. "Mereka bilang sekitar 12 sen," sebut dia.

Belum lagi, ada berbagai tantangan yang menurut Arcandra harus dihadapi dalam merealisasikan PLTN. Maka dari itu, dia menilai saat ini pemanfaatan pembangkit dengan sumber energi baru lainnya bisa diprioritaskan.

Beberapa hari lalu, Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) RI menyebut implementasi pemanfaatan nuklir sebagai pembangkit harus segera direalisasikan oleh Pemerintah karena bisa memproduksi listrik dengan harga yang lebih murah.

Anggota KEIN RI Zulnahar Usman menilai harga jual listrik dari pembangkit EBT saat ini mahal dan sulit terjangkau kalangan industri, yakni di atas US$ 11 sen per kWh.

"Penerapan teknologi PLTN sudah memenuhi prinsip dasar energi, yakni murah, realibilitas atau handal, serta ekonomis alias tidak memerlukan subsidi APBN," tutur Zulnahar.
(gus/gus) Next Article Sudah Studi, Kapan Indonesia Bangun Pembangkit Nuklir?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular