Internasional

Mengenang Barbara Bush, Istri dan Ibu dari Dua Presiden AS

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
18 April 2018 17:22
Mengenang Barbara Bush, Istri dan Ibu dari Dua Presiden AS
Foto: REUTERS/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Ibu Negara Amerika Serikat (AS) Barbara Bush, perempuan kedua dalam sejarah AS yang menjadi istri dan ibu dari seorang presiden, meninggal dunia di usia 92 tahun hari Selasa (17/4/2018).

Kabar tentang kematiannya diumumkan oleh kantor suaminya.

Sebelumnya, Nyonya Bush kritis setelah menderita gagal jantung kongestif dan penyakit paru obstruktif kronik. Setelah menjalani serangkaian perawatan di rumah sakit, termasuk di awal 2017 ketika ia dan suaminya dirawat inap di Houston Methodist Hospital, Nyonya Bush memutuskan untuk tidak melakukan perawatan kesehatan lebih lanjut, kata pihak keluarga pada hari Minggu (15/4/2018).

Jadwal upacara penghormatan terakhir untuk publik akan diselenggarakan hari Jumat (20/4/2018), sementara upacara tertutup dan pemakaman akan diadakan pada hari Sabtu (21/4/2018), mengutip dari CNBC International.

Ia dan suaminya, George H.W. Bush yang merupakan presiden AS ke-41, menikah selama 73 tahun. Pernikahan mereka disebut sebagai pernikahan terlama jika dibandingkan dengan pasangan kepresidenan lain dalam sejarah Amerika.

Delapan tahun setelah lengser dari Gedung Putih, Nyonya Bush berdiri berdampingan dengan suaminya ketika putra mereka George W. Bush melakukan sumpah sebagai presiden AS ke-43. Hanya Abigail Adams, istri dari John Adams dan ibu dari John Quincy Adams, yang pernah mengalami hal serupa di sepanjang sejarah Amerika.

Sebenarnya ia memiliki peluang untuk mengungguli Abigail Adams dengan melihat putra keduanya, Jeb Bush, di Gedung Oval. Namun, rupanya ia tidak terlalu suportif.

"Ada banyak orang di luaran sana yang lebih berkualifikasi, dan kita sudah punya cukup banyak Bushes [merujuk pada pejabat dari keluarga besar Bush]," katanya dalam acara "Today" di NBC tahun 2013. Ketika itu, Jeb yang merupakan mantan gubernur Florida berniat untuk mencalonkan diri sebagai presiden dari kubu Partai Republik.

Dua tahun kemudian, Nyonya Bush melakukan penggalangan dana atas nama Jeb, tetapi dikalahkan Donald Trump.

Selain mendukung suaminya selama karir dan membantu mengurus keluarga besar, Nyonya Bush adalah sosok yang mandiri, mau mengungkapkan isi pikirannya, terkadang blak-blakan tetapi juga humoris. Dia juga menggalang jutaan dolar untuk memberantas tuna aksara.

Barbara Pierce Bush lahir pada tanggal 8 Juni 1925 dari pasangan Pauline dan Marvin Pierce. Ayahnya, saudara jauh dari Presiden Franklin Pierce, adalah seorang Presiden Direktur dari McCall Corporation. Perusahaan itu adalah penerbit majalan-majalah perempuan, termasuk McCall's dan Redbook.

Nyonya Bush dibesarkan di Rye, sebuah kota pinggiran New York yang nyaman, bersama dengan saudara-saudaranya Martha, James dan Scott. Setelah itu, dia masuk ke sekolah asrama di Carolina Selatan.

Bertemu di dansa liburan Natal

Nyonya Bush berusia 16 tahun ketika ia bertemu dengan George Herbert Walker Bush di acara dansa liburan Natal di Philips Academy yang berlokasi di Andover, Massachusetts. George adalah kakak angkatan Barbara.

Mereka bertunangan satu setengah tahun kemudian, sebelum George pergi berperang sebagai pilot pengebom Angkatan Laut di Pasifik. Barbara masuk ke Smith College, tetapi keluar di tahun kedua untuk menikah dengan George pada tanggal 6 Januari 1945.

Setelah perang dan kelulusan suaminya dari Yale, mereka berdua pindah ke Texas di mana George mulai membangun bisnis minyak. Mereka memiliki enam anak, yakni George W., Robin, Jeb, Neil, Marvin, dan Dorothy.

Keluarga muda itu harus menghadapi tragedi menyedihkan di tahun 1953 ketika Robin, yang ketika itu berusia 3 tahun, didiagnosa menderita Leukimia. Meskipun mendapatkan pengobatan yang eksperimental ketika itu, Robin meninggal dunia di bulan Oktober sesaat sebelum ulang tahun keempatnya.

"Saya menyisir rambutnya dan menggenggam tangannya," kata Barbara saat diwawancara oleh cucunya Jenna Bush Hager yang berprofesi sebagai jurnalis dalam acara "Today" di NBC tahun 2012. "Saya memandang tubuh kecil itu, dan melihat jiwanya pergi."

Setelah itu, rambut Barbara yang berwarna coklat mulai berubah menjadi abu-abu yang kemudian menjadi ciri khasnya. Ia berkata mengecat rambut tidak nampak cukup baik untuknya, sehingga ia menyebut warna putih itu sebagai penilaian masyarakat yang menganggapnya "nenek semua orang". Putranya George W. berkata "pencapaian terbesar" ayahnya, yang dikenal gemar memberi julukan kepada teman-teman dan keluarga, adalah menjuluki Barbara "The Silver Fox" atau "Rubah Perak".

Di awal tahun 1960an, suami Barbara mulai memasuki dunia politik dan sukses mencalonkan diri untuk Kongres di tahun 1966. Hal itu merupakan awal dari karir yang kemudian menyertakan total 29 pergerakan dalam rumah tangga Bush, termasuk ditunjuk sebagai Duta Besar untuk China, Duta Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Kepala Komite Republik Nasional selama skandal Waltergate dan Direktur CIA.
Pengalaman pertama Barbara dalam perpolitikan Gedung Putih muncul di tahun 1980, ketika suaminya bersaing dengan Gubernur California Ronald Reagan sebagai calon presiden dari kubu Republik. Ia memicu sebuah kontroversi kampanye dengan komentar yang mendukung ratifikasi Amandemen Kesetaraan Hak untuk membela hak perempuan dalam aborsi. Ia pun dihadapkan dengan tantangan dari sayap konservatif Partai Republik yang dipimpin oleh Reagan.

“Masalah pribadi seharusnya ditinggalkan dari kanal konvensi,” katanya saat mengingat masa itu dalam wawancara dengan Majalah Time di tahun 1992. “Anda bisa berargumen sampai wajah membiru, tapi Anda tidak akan bisa mengubah pikiran masing-masing. Itu membuang waktu Anda dan saya.”

Reagan memenangkan pencalonan dan memilih George H.W. Bush sebagai pasangannya. Keduanya pun melaju di pemilu tahun 1980 dan 1984.

Selama masa delapan tahun sebagai “ibu kedua”, Nyonya Bush memulai kehidupannya di sorotan Washington dan pekerjaannya dalam meningkatkan literasi keluarga.

Ia mendirikan Barbara Bush Foundation for Family Literacy yang bertujuan untuk memperbaiki kehidupan keluarga Amerika yang kurang beruntung dengan mendorong literasi orangtua dan anak-anaknya. Selama hampir tiga dekade, yayasan itu mengatakan telah menggalang dan menyediakan dana lebih dari US$110 juta (Rp 1,5 triliun) untuk mendukung program literasi keluarga nasional.

“Fokus pada keluarga adalah awal mula yang paling baik untuk membuat negara ini lebih terpelajar, dan saya masih merasa menjadi lebih terpelajar akan membantu kita menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat,” tulisnya dalam memoirnya di tahun 1994. (Sebagai tambahan untuk dua memoir, bukunya juga memasukkan dua “pendapat” tertulis dari anjing keluarga, yaitu C. Fred dan Millie.)

Meskipun ia sangat berhati-hati dalam menjaga privasi keluarga, Nyonya Bush menjadi tokoh masyarakat yang lebih diperhatikan ketika suaminya memenangkan pemilu tahun 1988 untuk menggantikan Reagan sebagai presiden.

Kalung mutiara palsunya memicu tren busana nasional ketika ia menggunakannya di acara pelantikan suaminya di tahun 1989. Mutiara pun menjadi identik dengan Barbara, yang mengatakan ia memilih kalung itu untuk menutupi kerutan di lehernya. Pernyataan jujur itu hanya semakin mendukung citra Barbara sebagai sosok dengan akal sehat dan merendah.


‘Pembela kebenaran yang polos’

Meskipun ia memiliki sikap publik yang nampak seperti seorang nenek, keluarga dan kerabat dekat Nyonya Bush sangat hafal dengan sisi tajamnya.

George W. Bush mencatat dalam buku pasca-kepresidenannya yang berjudul “Decision Points” bahwa dia mewarisi watak cepat dan blak-blakan dari ibunya. Istrinya yang bernama Laura pun mengatakan ibu mertuanya itu “bisa menyinggung hampir semua temannya dengan satu atau beberapa komentar di waktu yang tepat”.

Di sisi lain, kejenakaannya bisa meredakan amarah. Di tahun 1990, sejumlah mahasiswa dari Wellesley College menandatangani petisi untuk memprotes Barbara yang dipilih memberikan kata sambutan. Mereka mengeluhkan sebagai ibu rumah tangga, ia adalah panutan yang buruk bagi sekolah perempuan.

Namun, Nyonya Bush tetap hadir untuk memberi kata sambutan dan berbagi podium dengan Ibu Negara Soviet Raisa Gorbachev yang menjadi profesor di sekolah itu.

“Seseorang dari para hadirin ini mungkin suatu saat akan mengikuti jejak saya dan memimpin Gedung Putih sebagai pasangan presiden,” kata Nyonya Bush kepada para lulusan. “Saya mengharapkan yang terbaik untuknya!”

Biasanya, Barbara selalu menutupi sarkasmenya. Namun, satu waktu ia tidak bisa menahan itu di tahun 1984 ketika suaminya kembali mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden dengan Reagan dalam pemilu.

Selama masa panas kampanye, penantang dari kubu Demokrat, yaitu Walter Mondale dan Geraldine Ferraro, mempertanyakan apakah orang kaya raya seperti Bush bisa memposisikan dirinya dengan rata-rata warga Amerika.

Nyonya Bush yang jengkel berkata kepada seorang jurnalis bahwa Ferraro adalah seorang “$4 juta, saya tidak bisa mengatakannya, tapi itu berima dengan rich [kaya].”

Kemudian ia mengatakan yang dimaksud adalah “witch” (penyihir) dan meminta maaf. Ferraro pun menerima permohonan maafnya.

“Dia adalah pembela kebenaran yang polos dan memotivasi kami semua untuk menjadi orang yang lebih baik,” kata Andrew Card, yang menjabat sebagai Menteri Transportasi untuk suami Barbara dan Kepala Staf untuk anaknya, kepada The New York Times. “Ia juga penebar cinta.”

Tentu saja. Dalam komentar singkatnya untuk Smith Alumnae Quarterly dalam musim semi 2018, Nyonya Bush menulis, “Saya masih tua dan jatuh cinta dengan pria yang saya nikahi 72 tahun lalu”.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular