
Internasional
Mengenang Barbara Bush, Istri dan Ibu dari Dua Presiden AS
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
18 April 2018 17:22

Pengalaman pertama Barbara dalam perpolitikan Gedung Putih muncul di tahun 1980, ketika suaminya bersaing dengan Gubernur California Ronald Reagan sebagai calon presiden dari kubu Republik. Ia memicu sebuah kontroversi kampanye dengan komentar yang mendukung ratifikasi Amandemen Kesetaraan Hak untuk membela hak perempuan dalam aborsi. Ia pun dihadapkan dengan tantangan dari sayap konservatif Partai Republik yang dipimpin oleh Reagan.
“Masalah pribadi seharusnya ditinggalkan dari kanal konvensi,” katanya saat mengingat masa itu dalam wawancara dengan Majalah Time di tahun 1992. “Anda bisa berargumen sampai wajah membiru, tapi Anda tidak akan bisa mengubah pikiran masing-masing. Itu membuang waktu Anda dan saya.”
Reagan memenangkan pencalonan dan memilih George H.W. Bush sebagai pasangannya. Keduanya pun melaju di pemilu tahun 1980 dan 1984.
Selama masa delapan tahun sebagai “ibu kedua”, Nyonya Bush memulai kehidupannya di sorotan Washington dan pekerjaannya dalam meningkatkan literasi keluarga.
Ia mendirikan Barbara Bush Foundation for Family Literacy yang bertujuan untuk memperbaiki kehidupan keluarga Amerika yang kurang beruntung dengan mendorong literasi orangtua dan anak-anaknya. Selama hampir tiga dekade, yayasan itu mengatakan telah menggalang dan menyediakan dana lebih dari US$110 juta (Rp 1,5 triliun) untuk mendukung program literasi keluarga nasional.
“Fokus pada keluarga adalah awal mula yang paling baik untuk membuat negara ini lebih terpelajar, dan saya masih merasa menjadi lebih terpelajar akan membantu kita menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat,” tulisnya dalam memoirnya di tahun 1994. (Sebagai tambahan untuk dua memoir, bukunya juga memasukkan dua “pendapat” tertulis dari anjing keluarga, yaitu C. Fred dan Millie.)
Meskipun ia sangat berhati-hati dalam menjaga privasi keluarga, Nyonya Bush menjadi tokoh masyarakat yang lebih diperhatikan ketika suaminya memenangkan pemilu tahun 1988 untuk menggantikan Reagan sebagai presiden.
Kalung mutiara palsunya memicu tren busana nasional ketika ia menggunakannya di acara pelantikan suaminya di tahun 1989. Mutiara pun menjadi identik dengan Barbara, yang mengatakan ia memilih kalung itu untuk menutupi kerutan di lehernya. Pernyataan jujur itu hanya semakin mendukung citra Barbara sebagai sosok dengan akal sehat dan merendah.
‘Pembela kebenaran yang polos’
Meskipun ia memiliki sikap publik yang nampak seperti seorang nenek, keluarga dan kerabat dekat Nyonya Bush sangat hafal dengan sisi tajamnya.
George W. Bush mencatat dalam buku pasca-kepresidenannya yang berjudul “Decision Points” bahwa dia mewarisi watak cepat dan blak-blakan dari ibunya. Istrinya yang bernama Laura pun mengatakan ibu mertuanya itu “bisa menyinggung hampir semua temannya dengan satu atau beberapa komentar di waktu yang tepat”.
Di sisi lain, kejenakaannya bisa meredakan amarah. Di tahun 1990, sejumlah mahasiswa dari Wellesley College menandatangani petisi untuk memprotes Barbara yang dipilih memberikan kata sambutan. Mereka mengeluhkan sebagai ibu rumah tangga, ia adalah panutan yang buruk bagi sekolah perempuan.
Namun, Nyonya Bush tetap hadir untuk memberi kata sambutan dan berbagi podium dengan Ibu Negara Soviet Raisa Gorbachev yang menjadi profesor di sekolah itu.
“Seseorang dari para hadirin ini mungkin suatu saat akan mengikuti jejak saya dan memimpin Gedung Putih sebagai pasangan presiden,” kata Nyonya Bush kepada para lulusan. “Saya mengharapkan yang terbaik untuknya!”
Biasanya, Barbara selalu menutupi sarkasmenya. Namun, satu waktu ia tidak bisa menahan itu di tahun 1984 ketika suaminya kembali mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden dengan Reagan dalam pemilu.
Selama masa panas kampanye, penantang dari kubu Demokrat, yaitu Walter Mondale dan Geraldine Ferraro, mempertanyakan apakah orang kaya raya seperti Bush bisa memposisikan dirinya dengan rata-rata warga Amerika.
Nyonya Bush yang jengkel berkata kepada seorang jurnalis bahwa Ferraro adalah seorang “$4 juta, saya tidak bisa mengatakannya, tapi itu berima dengan rich [kaya].”
Kemudian ia mengatakan yang dimaksud adalah “witch” (penyihir) dan meminta maaf. Ferraro pun menerima permohonan maafnya.
“Dia adalah pembela kebenaran yang polos dan memotivasi kami semua untuk menjadi orang yang lebih baik,” kata Andrew Card, yang menjabat sebagai Menteri Transportasi untuk suami Barbara dan Kepala Staf untuk anaknya, kepada The New York Times. “Ia juga penebar cinta.”
Tentu saja. Dalam komentar singkatnya untuk Smith Alumnae Quarterly dalam musim semi 2018, Nyonya Bush menulis, “Saya masih tua dan jatuh cinta dengan pria yang saya nikahi 72 tahun lalu”. (prm)
“Masalah pribadi seharusnya ditinggalkan dari kanal konvensi,” katanya saat mengingat masa itu dalam wawancara dengan Majalah Time di tahun 1992. “Anda bisa berargumen sampai wajah membiru, tapi Anda tidak akan bisa mengubah pikiran masing-masing. Itu membuang waktu Anda dan saya.”
Reagan memenangkan pencalonan dan memilih George H.W. Bush sebagai pasangannya. Keduanya pun melaju di pemilu tahun 1980 dan 1984.
Ia mendirikan Barbara Bush Foundation for Family Literacy yang bertujuan untuk memperbaiki kehidupan keluarga Amerika yang kurang beruntung dengan mendorong literasi orangtua dan anak-anaknya. Selama hampir tiga dekade, yayasan itu mengatakan telah menggalang dan menyediakan dana lebih dari US$110 juta (Rp 1,5 triliun) untuk mendukung program literasi keluarga nasional.
“Fokus pada keluarga adalah awal mula yang paling baik untuk membuat negara ini lebih terpelajar, dan saya masih merasa menjadi lebih terpelajar akan membantu kita menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat,” tulisnya dalam memoirnya di tahun 1994. (Sebagai tambahan untuk dua memoir, bukunya juga memasukkan dua “pendapat” tertulis dari anjing keluarga, yaitu C. Fred dan Millie.)
Meskipun ia sangat berhati-hati dalam menjaga privasi keluarga, Nyonya Bush menjadi tokoh masyarakat yang lebih diperhatikan ketika suaminya memenangkan pemilu tahun 1988 untuk menggantikan Reagan sebagai presiden.
Kalung mutiara palsunya memicu tren busana nasional ketika ia menggunakannya di acara pelantikan suaminya di tahun 1989. Mutiara pun menjadi identik dengan Barbara, yang mengatakan ia memilih kalung itu untuk menutupi kerutan di lehernya. Pernyataan jujur itu hanya semakin mendukung citra Barbara sebagai sosok dengan akal sehat dan merendah.
‘Pembela kebenaran yang polos’
Meskipun ia memiliki sikap publik yang nampak seperti seorang nenek, keluarga dan kerabat dekat Nyonya Bush sangat hafal dengan sisi tajamnya.
George W. Bush mencatat dalam buku pasca-kepresidenannya yang berjudul “Decision Points” bahwa dia mewarisi watak cepat dan blak-blakan dari ibunya. Istrinya yang bernama Laura pun mengatakan ibu mertuanya itu “bisa menyinggung hampir semua temannya dengan satu atau beberapa komentar di waktu yang tepat”.
Di sisi lain, kejenakaannya bisa meredakan amarah. Di tahun 1990, sejumlah mahasiswa dari Wellesley College menandatangani petisi untuk memprotes Barbara yang dipilih memberikan kata sambutan. Mereka mengeluhkan sebagai ibu rumah tangga, ia adalah panutan yang buruk bagi sekolah perempuan.
Namun, Nyonya Bush tetap hadir untuk memberi kata sambutan dan berbagi podium dengan Ibu Negara Soviet Raisa Gorbachev yang menjadi profesor di sekolah itu.
“Seseorang dari para hadirin ini mungkin suatu saat akan mengikuti jejak saya dan memimpin Gedung Putih sebagai pasangan presiden,” kata Nyonya Bush kepada para lulusan. “Saya mengharapkan yang terbaik untuknya!”
Biasanya, Barbara selalu menutupi sarkasmenya. Namun, satu waktu ia tidak bisa menahan itu di tahun 1984 ketika suaminya kembali mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden dengan Reagan dalam pemilu.
Selama masa panas kampanye, penantang dari kubu Demokrat, yaitu Walter Mondale dan Geraldine Ferraro, mempertanyakan apakah orang kaya raya seperti Bush bisa memposisikan dirinya dengan rata-rata warga Amerika.
Nyonya Bush yang jengkel berkata kepada seorang jurnalis bahwa Ferraro adalah seorang “$4 juta, saya tidak bisa mengatakannya, tapi itu berima dengan rich [kaya].”
Kemudian ia mengatakan yang dimaksud adalah “witch” (penyihir) dan meminta maaf. Ferraro pun menerima permohonan maafnya.
“Dia adalah pembela kebenaran yang polos dan memotivasi kami semua untuk menjadi orang yang lebih baik,” kata Andrew Card, yang menjabat sebagai Menteri Transportasi untuk suami Barbara dan Kepala Staf untuk anaknya, kepada The New York Times. “Ia juga penebar cinta.”
Tentu saja. Dalam komentar singkatnya untuk Smith Alumnae Quarterly dalam musim semi 2018, Nyonya Bush menulis, “Saya masih tua dan jatuh cinta dengan pria yang saya nikahi 72 tahun lalu”. (prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular