
Negara Asia Pasifik Dihantui Utang Luar Negeri
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
11 April 2018 15:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) menilai tahun 2017 sebagai tahun yang mujur bagi penguatan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik, termasuk Indonesia. Namun, negara-negara di kawasan ini harus menghadapi berbagai risiko untuk bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang kuat di tahun 2018.
Risiko-risiko yang berpotensi muncul tahun ini meliputi laju penyesuaian suku bunga, ketegangan perdagangan global dan kekurangan pemasukan atau penundaan belanja.
"Sejauh ini kami belum melihat dampak yang terlalu besar, dan kami berharap ketegangan [dagang] tidak akan meningkat karena dapat mempengaruhi pertumbuhan kawasan," kata Sona Shrestha, Wakil Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia, dalam konferensi pers peluncuran laporan Asian Development Outlook 2018 di Kantor ADB hari Rabu (11/4/2018).
ADB juga menilai kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed sebagai tantangan bagi pertumbuhan ekonomi Asia-Pasifik karena dapat mempengaruhi aliran modal.
"Laju kenaikan suku bunga sudah diantisipasi dalam proyeksi kami, tetapi jika dasar kenaikan lebih tinggi daripada yang sudah diantisipasi, maka itu akan mempengaruhi aliran modal ke kawasan," tambah Sona.
Meski cenderung tidak akan terjadi, ADB memperingatkan utang swasta yang meningkat juga bisa mempengaruhi kondisi moneter negara-negara di kawasan di tahun ini.
"Risiko peningkatan utang swasta akan mempengaruhi, khususnya, lingkungan peningkatan suku bunga dan gejolak mata uang. Risiko ini memang cenderung tidak akan terjadi, tetapi perlu dipantau dengan ketat," kata Sona.
Meskipun begitu, ADB berpendapat kondisi fiskal dan perekonomian keseluruhan kawasan berada di posisi yang baik sehingga cukup kuat dalam menghadapi risiko dan gejolak eksternal.
(dru/dru) Next Article RI Dapat Utangan Baru Rp 7 T dari ADB, Buat Apa Lagi Nih?
Risiko-risiko yang berpotensi muncul tahun ini meliputi laju penyesuaian suku bunga, ketegangan perdagangan global dan kekurangan pemasukan atau penundaan belanja.
"Sejauh ini kami belum melihat dampak yang terlalu besar, dan kami berharap ketegangan [dagang] tidak akan meningkat karena dapat mempengaruhi pertumbuhan kawasan," kata Sona Shrestha, Wakil Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia, dalam konferensi pers peluncuran laporan Asian Development Outlook 2018 di Kantor ADB hari Rabu (11/4/2018).
"Laju kenaikan suku bunga sudah diantisipasi dalam proyeksi kami, tetapi jika dasar kenaikan lebih tinggi daripada yang sudah diantisipasi, maka itu akan mempengaruhi aliran modal ke kawasan," tambah Sona.
Meski cenderung tidak akan terjadi, ADB memperingatkan utang swasta yang meningkat juga bisa mempengaruhi kondisi moneter negara-negara di kawasan di tahun ini.
"Risiko peningkatan utang swasta akan mempengaruhi, khususnya, lingkungan peningkatan suku bunga dan gejolak mata uang. Risiko ini memang cenderung tidak akan terjadi, tetapi perlu dipantau dengan ketat," kata Sona.
Meskipun begitu, ADB berpendapat kondisi fiskal dan perekonomian keseluruhan kawasan berada di posisi yang baik sehingga cukup kuat dalam menghadapi risiko dan gejolak eksternal.
(dru/dru) Next Article RI Dapat Utangan Baru Rp 7 T dari ADB, Buat Apa Lagi Nih?
Most Popular