
Internasional
Moody's & Fitch: Dampak Bea Impor AS terhadap China Terbatas
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
11 April 2018 14:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat internasional Moody's Investors Service dan Fitch Ratings pada hari Rabu (11/4/2018) mengatakan pengenaan bea masuk Amerika Serikat (AS) akan memiliki sedikit dampak terhadap perekonomian China dan solusi melalui negosiasi sepertinya akan tercapai.
Sehari sebelumnya, Presiden China Xi Jinping berjanji akan lebih luas membuka perekonomiannya dan menurunkan tarif atas berbagai produk, termasuk mobil, dalam pidatonya yang dipandang banyak pihak sebagai upaya konsiliasi di tengah memanasnya tensi perang dagang di antara kedua perekonomian terbesar di dunia itu.
Moody's berharap AS dan China akan mencegah meningkatnya tensi dalam perseteruan dagang mereka dengan dampak negatif pembatasan itu terhadap kedua negara, dilansir dari Reuters.
"Perdagangan memiliki kontribusi yang lebih kecil terhadap PDB [Produk Domestik Bruto] China dalam beberapa tahun terakhir dan bila dikombinasikan dengan perubahan struktur perdagangan, kerapuhan China terhadap potensi guncangan dagang telah menurun," kata Moody's dalam laporannya.
Pekan lalu, Washington mengancam China dengan bea impor terhadap produk-produk China senilai US$50 miliar atau sekitar Rp 688 triliun yang bertujuan agar China menghentikan tindakan pencurian hak kekayaan intelektual dan pemaksaan alih teknologi dari perusahaan-perusahaan AS.
"Kebijakan dagang yang saat ini diterapkan AS akan berdampak kepada lebih sedikit ekspor China ke AS dan kami perkirakan tarif itu akan memiliki dampak langsung namun terbatas terhadap ekonomi China," kata Moody's.
Fitch mengatakan perang dagang dalam kekuatan penuh antara kedua negara akan berisiko bagi perusahaan-perusahaan di wilayah Asia Pasifik.
Ketegangan di antara kedua negara diharapkan segera mengendur menyusul pernyataan Presiden China Xi Jinping hari Selasa (10/4/2018) yang akan membuka perekonomian negaranya lebih jauh.
Presiden AS Donald Trump pun mengapresiasi pernyataan Xi melalui akun Twitter-nya.
"Sangat berterima kasih atas pernyataan Presiden Xi mengenai tarif dan mobil. Juga mengenai penghormatan atas kekayaan intelektual dan transfer teknologi. Kita akan membuat kemajuan bersama!" cuit Trump.
(dru) Next Article Fitch Cemas Perang Dagang AS-China Bakal Panjang dan Lama
Sehari sebelumnya, Presiden China Xi Jinping berjanji akan lebih luas membuka perekonomiannya dan menurunkan tarif atas berbagai produk, termasuk mobil, dalam pidatonya yang dipandang banyak pihak sebagai upaya konsiliasi di tengah memanasnya tensi perang dagang di antara kedua perekonomian terbesar di dunia itu.
Moody's berharap AS dan China akan mencegah meningkatnya tensi dalam perseteruan dagang mereka dengan dampak negatif pembatasan itu terhadap kedua negara, dilansir dari Reuters.
Pekan lalu, Washington mengancam China dengan bea impor terhadap produk-produk China senilai US$50 miliar atau sekitar Rp 688 triliun yang bertujuan agar China menghentikan tindakan pencurian hak kekayaan intelektual dan pemaksaan alih teknologi dari perusahaan-perusahaan AS.
"Kebijakan dagang yang saat ini diterapkan AS akan berdampak kepada lebih sedikit ekspor China ke AS dan kami perkirakan tarif itu akan memiliki dampak langsung namun terbatas terhadap ekonomi China," kata Moody's.
Fitch mengatakan perang dagang dalam kekuatan penuh antara kedua negara akan berisiko bagi perusahaan-perusahaan di wilayah Asia Pasifik.
Ketegangan di antara kedua negara diharapkan segera mengendur menyusul pernyataan Presiden China Xi Jinping hari Selasa (10/4/2018) yang akan membuka perekonomian negaranya lebih jauh.
Presiden AS Donald Trump pun mengapresiasi pernyataan Xi melalui akun Twitter-nya.
"Sangat berterima kasih atas pernyataan Presiden Xi mengenai tarif dan mobil. Juga mengenai penghormatan atas kekayaan intelektual dan transfer teknologi. Kita akan membuat kemajuan bersama!" cuit Trump.
(dru) Next Article Fitch Cemas Perang Dagang AS-China Bakal Panjang dan Lama
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular