
Internasional
Winnie Mandela, "Ibu" hingga "Perampok" Bagi Afrika Selatan
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
03 April 2018 12:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Disanjung-sanjung sebagai ibu bagi Afrika 'yang baru' di Afrika Selatan, kejayaan Winnie Madikizela-Mandela sebagai pahlawan anti-apartheid mulai dipertanyakan ketika ia mulai dikecam sebagai seorang ideolog kejam yang tega mengorbankan hukum dan hidup manusia dalam upaya revolusi dan pemulihan.
Metodenya yang dikenal tanpa kompromi dan tegas menolak memberi maaf, sangat kontras dengan rekonsiliasi yang diemban oleh suaminya, Nelson Mandela, yang berupaya membentuk demokrasi yang stabil dan majemuk.
Sifat yang berlawanan tersebut menghancurkan perkawinan mereka dan harga dirinya. Ia ditekan oleh banyak penduduk Afrika Selatan, meskipun aktivis tersebut tetap didukung oleh nasionalis kulit hitam radikal hingga akhir hayatnya.
Dalam usia senja, Madikizela-Mandela, yang meninggal pada hari Senin (2/4/2018) dalam usia 81 tahun, banyak bekerja sama dengan otoritas setempat. Hal itu semakin lama semakin mengikis reputasinya sebagai pejuang melawan rezim minoritas kulit putih yang menguasai ekonomi Afrika dari tahun 1948 hingga 1994.
Selama 27 tahun masa penahanan suaminya, Madikizela-Mandela berkampanye tanpa kenal lelah untuk pembebasannya dan untuk hak-hak orang Afrika kulit hitam Afrika, menderita bertahun-tahun karena ditahan, diusir, dan ditangkap oleh pihak berwenang kulit putih.
Namun, dia tetap teguh dan tidak kenal menyerah. Ia dan Mandela, dengan penuh keyakinan berjalan bergandengan tangan keluar dari penjara Victor Vester di Cape Town pada tanggal 11 Februari 1990.
Bagi pasangan suami istri tersebut, saat itu adalah momen penobatan, di mana empat tahun setelahnya Mandela akhirnya menjadi presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan, mengakhiri dominasi warga kulit putih.
'Sangat salah'
Bagi Madikizela-Mandela, berakhirnya apartheid menandai dimulainya serangkaian masalah hukum dan politik yang, disertai dengan kisah-kisah kehidupan glamornya, membuatnya menjadi sorotan untuk berbagai alasan yang salah.
Ketika bukti-bukti mengenai kebrutalan para pendukung Soweto-nya, 'Klub Sepakbola Mandela United', mulai bermuncul pada tahun-tahun terakhir apartheid, ia bersalin gelar dari "ibu bangsa" menjadi 'perampok'.
Disalahkan atas pembunuhan aktivis Stompie Seipei, yang ditemukan di dekat rumahnya di Soweto dalam keadaan leher terpotong, ia dinyatakan bersalah pada tahun 1991 atas tuduhan penculikan dan menyerang anak berusia 14 tahun. Ia dicurigai sebagai informan dalam kekacauan tersebut.
Ia dijatuhi hukuman penjara selama enam tahun, namun berhasil keluar lebih cepat setelah membayar denda.
Dia dan Mandela berpisah pada tahun 1992 dan reputasinya semakin memburuk ketika Mandela memecatnya dari kabinet pada tahun 1995 atas tuduhan korupsi. Pasangan itu bercerai setahun kemudian, setelah itu ia mengadopsi nama keluarga Madikizela-Mandela.
Muncul di Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang dibentuk untuk mengungkap kekejaman yang dilakukan oleh kedua pihak dalam perjuangan anti-apartheid, Madikizela-Mandela menolak untuk menyatakan dirinya bersalah atas tuduhan penculikan dan pembunuhan yang menyeret namanya.
Ia mengakui dengan enggan, mengatakan 'segala sesuatunya berjalan salah', hanya setelah ketua TRC, Uskup Agung Desmond Tutu, membuat permohonan.
Dalam laporan akhirnya, TRC memutuskan bahwa Madikizela-Mandela 'bertanggung jawab secara politik dan moral atas pelanggaran berat hak asasi manusia yang dilakukan oleh MUFC'.
Empat tahun kemudian, dia kembali diseret ke pengadilan dan menghadapi tuduhan penipuan dan pencurian terkait dengan skema pinjaman bank yang rumit.
Menikah dengan perjuangan
Lahir pada 26 September 1936, di Bizana, provinsi Eastern Cape, Madikizela-Mandela dipolitisasi pada usia dini dan bekerja sebagai pekerja sosial di rumah sakit.
"Saya mulai menyadari kemiskinan yang menyedihkan di mana kebanyakan orang dipaksa hidup di dalamnya, kondisi yang mengerikan yang diciptakan oleh ketidaksetaraan sistem," ujarnya suatu waktu.
Nama aslinya, Nomzamo Winnie, sangat menarik dan terdengar dingin, memiliki arti 'orang yang berusaha'. Ia berhasil menarik mata Mandela di halte bus Soweto pada tahun 1957 saat ia berusia 22 tahun, dan mereka menikah setahun kemudian.
Karena keduanya hidup dalam perjuangan melawan apartheid, hubungan itu hancur setelah enam tahun menikah, ketika Mandela ditangkap dan dijatuhi hukuman seumur hidup di penjara.
Madikizela-Mandela kemudian menyebut pernikahannya sebagai sebuah kepalsuan dan kelahiran dua putri mereka, Zindzi dan Zenani, sebagai 'suatu kebetulan' untuk cinta sejatinya - perjuangan melawan rezim kulit putih.
Graca Machel, yang menjadi ibu negara Afrika Selatan ketika menikahi Mandela pada tahun 1998, ikut memberi penghormatan kepada Winnie beberapa tahun setelahnya.
"Sangat disayangkan bahwa dalam hidup kami, kami tidak berinteraksi dengan sangat mudah, tetapi saya ingin menyatakan dengan sangat jelas bahwa Winnie adalah pahlawan saya. Winnie adalah seseorang yang sangat saya hormati," ujar Machel pada suatu waktu.
'Saya tidak merasa bersalah'
Bertahun-tahun berlalu dan dukungan publik untuk Madikizela-Mandela menurun drastis. Dia mulai disebut sebagai seorang pembuat onar, tiba terlambat di rapat umum, dan melawan rekan-rekannya, termasuk Thabo Mbeki, penerus Mandela sebagai presiden.
Pada tahun 2001, Mbeki terekam oleh sebuah kamera televisi sedang mempermalukan Madikizela-Mandela sambil menepuk topinya karena ia terlambat satu jam untuk unjuk rasa memperingati pemberontakan anti-apartheid tahun 1976 oleh anak-anak sekolah dan murid Soweto.
Bertahun-tahun kemudian, dia berselisih dengan presiden berikutnya, Jacob Zuma, menjadi pelindung politik pemimpin pemuda ANC, Julius Malema, yang mundur dari gerakan yang telah berjalan selama seabad untuk membangun partai politik ultra-leftist sendiri.
Madikizela-Mandela pada 2010 mengungkapkan kebenciannya atas kesepakatan mantan suaminya dengan minoritas kulit putih Afrika Selatan yang dilakukan hampir dua dekade sebelumnya. Ia mengkonfirmasi dukungannya terhadap Malema dan menyita ladang dan bank milik orang kulit putih.
Ia mencerca Mandela, yang meninggal pada Desember 2013, dalam sebuah wawancara yang dimuat di surat kabar London dan menyatakan Mandela telah membusuk di penjara dan menjual harga diri orang kulit hitam.
"Mandela memang masuk penjara dan dia masuk ke sana sebagai seorang revolusioner muda yang bersemangat. Tapi lihat apa yang keluar," katanya. "Mandela mengecewakan kita. Dia setuju dengan kesepakatan yang buruk untuk orang kulit hitam."
(prm) Next Article Mantan Istri Nelson Mandela, Winnie Mandela, Meninggal Dunia
Metodenya yang dikenal tanpa kompromi dan tegas menolak memberi maaf, sangat kontras dengan rekonsiliasi yang diemban oleh suaminya, Nelson Mandela, yang berupaya membentuk demokrasi yang stabil dan majemuk.
Sifat yang berlawanan tersebut menghancurkan perkawinan mereka dan harga dirinya. Ia ditekan oleh banyak penduduk Afrika Selatan, meskipun aktivis tersebut tetap didukung oleh nasionalis kulit hitam radikal hingga akhir hayatnya.
Selama 27 tahun masa penahanan suaminya, Madikizela-Mandela berkampanye tanpa kenal lelah untuk pembebasannya dan untuk hak-hak orang Afrika kulit hitam Afrika, menderita bertahun-tahun karena ditahan, diusir, dan ditangkap oleh pihak berwenang kulit putih.
Namun, dia tetap teguh dan tidak kenal menyerah. Ia dan Mandela, dengan penuh keyakinan berjalan bergandengan tangan keluar dari penjara Victor Vester di Cape Town pada tanggal 11 Februari 1990.
Bagi pasangan suami istri tersebut, saat itu adalah momen penobatan, di mana empat tahun setelahnya Mandela akhirnya menjadi presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan, mengakhiri dominasi warga kulit putih.
'Sangat salah'
Bagi Madikizela-Mandela, berakhirnya apartheid menandai dimulainya serangkaian masalah hukum dan politik yang, disertai dengan kisah-kisah kehidupan glamornya, membuatnya menjadi sorotan untuk berbagai alasan yang salah.
Ketika bukti-bukti mengenai kebrutalan para pendukung Soweto-nya, 'Klub Sepakbola Mandela United', mulai bermuncul pada tahun-tahun terakhir apartheid, ia bersalin gelar dari "ibu bangsa" menjadi 'perampok'.
Disalahkan atas pembunuhan aktivis Stompie Seipei, yang ditemukan di dekat rumahnya di Soweto dalam keadaan leher terpotong, ia dinyatakan bersalah pada tahun 1991 atas tuduhan penculikan dan menyerang anak berusia 14 tahun. Ia dicurigai sebagai informan dalam kekacauan tersebut.
Ia dijatuhi hukuman penjara selama enam tahun, namun berhasil keluar lebih cepat setelah membayar denda.
Dia dan Mandela berpisah pada tahun 1992 dan reputasinya semakin memburuk ketika Mandela memecatnya dari kabinet pada tahun 1995 atas tuduhan korupsi. Pasangan itu bercerai setahun kemudian, setelah itu ia mengadopsi nama keluarga Madikizela-Mandela.
Muncul di Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang dibentuk untuk mengungkap kekejaman yang dilakukan oleh kedua pihak dalam perjuangan anti-apartheid, Madikizela-Mandela menolak untuk menyatakan dirinya bersalah atas tuduhan penculikan dan pembunuhan yang menyeret namanya.
Ia mengakui dengan enggan, mengatakan 'segala sesuatunya berjalan salah', hanya setelah ketua TRC, Uskup Agung Desmond Tutu, membuat permohonan.
Dalam laporan akhirnya, TRC memutuskan bahwa Madikizela-Mandela 'bertanggung jawab secara politik dan moral atas pelanggaran berat hak asasi manusia yang dilakukan oleh MUFC'.
Empat tahun kemudian, dia kembali diseret ke pengadilan dan menghadapi tuduhan penipuan dan pencurian terkait dengan skema pinjaman bank yang rumit.
Menikah dengan perjuangan
Lahir pada 26 September 1936, di Bizana, provinsi Eastern Cape, Madikizela-Mandela dipolitisasi pada usia dini dan bekerja sebagai pekerja sosial di rumah sakit.
"Saya mulai menyadari kemiskinan yang menyedihkan di mana kebanyakan orang dipaksa hidup di dalamnya, kondisi yang mengerikan yang diciptakan oleh ketidaksetaraan sistem," ujarnya suatu waktu.
Nama aslinya, Nomzamo Winnie, sangat menarik dan terdengar dingin, memiliki arti 'orang yang berusaha'. Ia berhasil menarik mata Mandela di halte bus Soweto pada tahun 1957 saat ia berusia 22 tahun, dan mereka menikah setahun kemudian.
Karena keduanya hidup dalam perjuangan melawan apartheid, hubungan itu hancur setelah enam tahun menikah, ketika Mandela ditangkap dan dijatuhi hukuman seumur hidup di penjara.
Madikizela-Mandela kemudian menyebut pernikahannya sebagai sebuah kepalsuan dan kelahiran dua putri mereka, Zindzi dan Zenani, sebagai 'suatu kebetulan' untuk cinta sejatinya - perjuangan melawan rezim kulit putih.
Graca Machel, yang menjadi ibu negara Afrika Selatan ketika menikahi Mandela pada tahun 1998, ikut memberi penghormatan kepada Winnie beberapa tahun setelahnya.
"Sangat disayangkan bahwa dalam hidup kami, kami tidak berinteraksi dengan sangat mudah, tetapi saya ingin menyatakan dengan sangat jelas bahwa Winnie adalah pahlawan saya. Winnie adalah seseorang yang sangat saya hormati," ujar Machel pada suatu waktu.
'Saya tidak merasa bersalah'
Bertahun-tahun berlalu dan dukungan publik untuk Madikizela-Mandela menurun drastis. Dia mulai disebut sebagai seorang pembuat onar, tiba terlambat di rapat umum, dan melawan rekan-rekannya, termasuk Thabo Mbeki, penerus Mandela sebagai presiden.
Pada tahun 2001, Mbeki terekam oleh sebuah kamera televisi sedang mempermalukan Madikizela-Mandela sambil menepuk topinya karena ia terlambat satu jam untuk unjuk rasa memperingati pemberontakan anti-apartheid tahun 1976 oleh anak-anak sekolah dan murid Soweto.
Bertahun-tahun kemudian, dia berselisih dengan presiden berikutnya, Jacob Zuma, menjadi pelindung politik pemimpin pemuda ANC, Julius Malema, yang mundur dari gerakan yang telah berjalan selama seabad untuk membangun partai politik ultra-leftist sendiri.
Madikizela-Mandela pada 2010 mengungkapkan kebenciannya atas kesepakatan mantan suaminya dengan minoritas kulit putih Afrika Selatan yang dilakukan hampir dua dekade sebelumnya. Ia mengkonfirmasi dukungannya terhadap Malema dan menyita ladang dan bank milik orang kulit putih.
Ia mencerca Mandela, yang meninggal pada Desember 2013, dalam sebuah wawancara yang dimuat di surat kabar London dan menyatakan Mandela telah membusuk di penjara dan menjual harga diri orang kulit hitam.
"Mandela memang masuk penjara dan dia masuk ke sana sebagai seorang revolusioner muda yang bersemangat. Tapi lihat apa yang keluar," katanya. "Mandela mengecewakan kita. Dia setuju dengan kesepakatan yang buruk untuk orang kulit hitam."
(prm) Next Article Mantan Istri Nelson Mandela, Winnie Mandela, Meninggal Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular