
Menteri Susi: Negara Kecil Afrika Larang Plastik, RI Kapan?
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
28 March 2018 12:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengaku miris melihat banyaknya sampah plastik di perairan Indonesia.
"Tadi pagi saya lihat di Twitter bahwa negara kecil di Afrika sudah melarang penggunaan kresek [plastik]. Itu yang harus kita lakukan. Kita menerapkan tarif [kantong plastik] saja susah banget padahal polusi, Indonesia nomor dua penyumbang sampah plastik terbesar di dunia," jelas Susi saat membuka Simposium Nasional Hiu dan Pari ke-2 di kantor KKP, Rabu (28/3/2018).
Susi mengklaim dirinya telah memulai kampanye pelarangan botol plastik di lingkungan KKP, juga saat dirinya masih di Susi Air dia melarang pilot mengonsumsi air minum kemasan.
Agar program tanpa botol plastik itu berjalan sukses, Susi menekankan perlunya mekanisme reward & punishment.
"Kalau tidak ada law enforcement tidak jalan. Kita denda Rp 500.000 kalau bawa botol Aqua. Cuma saya tidak tahu bagaimana sistem pelaporannya ini Pak Dirjen. Yang melaporkan harusnya dapat 20%," ujar Susi disambut gelak tawa peserta Simposium.
Saat melakukan kunjungan kerja ke Fak-Fak, Papua Barat beberapa waktu lalu, Susi mengungkapkan adanya satu arus laut yang membawa, sampah plastik hingga ke perairan sana.
"Saya kemana-mana paddling sampai 3-4 mil sampah plastik masih ada. Kemarin di Fak-Fak di kedalaman 30-50 meter, ada satu jalur arus sampah dan pasti ada botol Aqua, Cleo, Sarimi, Chiki. We have to stop eating those," kata Susi.
Dia menjelaskan perubahan pola konsumsi penduduk pulau ke arah makanan instan juga berkontribusi pada munculnya kasus malnutrisi.
"Mereka mengganti konsumsi ikan mereka, ikan dijual untuk beli mie instan, chips dengan artificial weed. Ini bukan kebiasaan kita, di pulau-pulau itu dari dulu kita konsumsi makanan segar. Akhirnya anak-anak kecil semua penyakitan. Ini persoalan dan [upaya] konservasi juga harus bisa melihat ini secara keseluruhan," terangnya.
(ray/ray) Next Article Demi Tuna, Ini Cerita Susi Tolak Beri Izin Kapal Jepang
"Tadi pagi saya lihat di Twitter bahwa negara kecil di Afrika sudah melarang penggunaan kresek [plastik]. Itu yang harus kita lakukan. Kita menerapkan tarif [kantong plastik] saja susah banget padahal polusi, Indonesia nomor dua penyumbang sampah plastik terbesar di dunia," jelas Susi saat membuka Simposium Nasional Hiu dan Pari ke-2 di kantor KKP, Rabu (28/3/2018).
Susi mengklaim dirinya telah memulai kampanye pelarangan botol plastik di lingkungan KKP, juga saat dirinya masih di Susi Air dia melarang pilot mengonsumsi air minum kemasan.
"Kalau tidak ada law enforcement tidak jalan. Kita denda Rp 500.000 kalau bawa botol Aqua. Cuma saya tidak tahu bagaimana sistem pelaporannya ini Pak Dirjen. Yang melaporkan harusnya dapat 20%," ujar Susi disambut gelak tawa peserta Simposium.
Saat melakukan kunjungan kerja ke Fak-Fak, Papua Barat beberapa waktu lalu, Susi mengungkapkan adanya satu arus laut yang membawa, sampah plastik hingga ke perairan sana.
"Saya kemana-mana paddling sampai 3-4 mil sampah plastik masih ada. Kemarin di Fak-Fak di kedalaman 30-50 meter, ada satu jalur arus sampah dan pasti ada botol Aqua, Cleo, Sarimi, Chiki. We have to stop eating those," kata Susi.
Dia menjelaskan perubahan pola konsumsi penduduk pulau ke arah makanan instan juga berkontribusi pada munculnya kasus malnutrisi.
"Mereka mengganti konsumsi ikan mereka, ikan dijual untuk beli mie instan, chips dengan artificial weed. Ini bukan kebiasaan kita, di pulau-pulau itu dari dulu kita konsumsi makanan segar. Akhirnya anak-anak kecil semua penyakitan. Ini persoalan dan [upaya] konservasi juga harus bisa melihat ini secara keseluruhan," terangnya.
(ray/ray) Next Article Demi Tuna, Ini Cerita Susi Tolak Beri Izin Kapal Jepang
Most Popular