
Bulog - BPS Kerja Sama Perbaiki Data Beras yang Tak Valid
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
20 March 2018 13:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia selama ini dinilai tidak memiliki data beras yang valid. Wakil Presiden Jusuf Kalla pun pernah mengatakan keputusan impor beras sebanyak 500.000 ton tahun ini karena RI tidak tahu berapa sebetulnya konsumsi dan produksi beras.
Terkait dengan hal tersebut, pada hari ini Bulog dan Badan Pusat Statistik (BPS) menandatangani nota kesepahaman untuk nantinya bekerja sama dalam pengumpulan dan pertukaran data komoditas pangan yang dalam tahap awal komoditas itu adalah beras.
Di dalam nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) ini Bulog dan BPS membahas delapan poin, antara lain pengembangan sistem informasi statistik, dukungan fasilitas dan peralatan analisa mutu pangan, dan pemantauan bersama di lapangan terkait pasokan serta harga pangan.
Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan kerja sama ini akan menghasilkan data yang dapat menjadi alat bagi perseroan untuk menentukan strategi dalam memenuhi ketahanan pangan.
"Kita ingin ada perencanaan dan monitoring yang baik. BPS siap mendukung dengan data yang mutakhir dan akurasi serta independensi yang lebih baik. Kita berharap MoU ini dapat mendukung kegiatan bisnis Bulog tanpa mengurangi independensi BPS," ujar Djarot di kantor Bulog, Selasa (20/3/2018).
Sementara itu, Kepala BPS Suhariyanto mengatakan kerja sama ini untuk sementara masih berfokus pada komoditas beras sebagai pangan utama rakyat Indonesia.
"Untuk jagung kita akan mulai uji coba di tahun depan, sementara beras dulu. Kalau kedelai saya pikir produksi kita juga tidak begitu besar jadi mungkin nanti menyusul lah," kata Suhariyanto.
Dia menambahkan, kemungkinan tipe data yang dikumpulkan masih berupa realisasi pengamatan sebelumnya, belum berupa data proyeksi. Sementara untuk rilis data ke publik kemungkin per 6 bulan atau 1 tahun.
"Kita punya data beras di penggilingan, lalu stok beras di masyarakat, seperti di rumah tangga, industri, dll. Kita akan kerja sama bareng-bareng mengumpulkan dan saling tukar data, kan Bulog punya data stok beras di gudangnya."
(ray/ray) Next Article Bulog Punya 1,4 Juta Ton Beras, Bawang Menipis, Jagung Kosong
Terkait dengan hal tersebut, pada hari ini Bulog dan Badan Pusat Statistik (BPS) menandatangani nota kesepahaman untuk nantinya bekerja sama dalam pengumpulan dan pertukaran data komoditas pangan yang dalam tahap awal komoditas itu adalah beras.
Di dalam nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) ini Bulog dan BPS membahas delapan poin, antara lain pengembangan sistem informasi statistik, dukungan fasilitas dan peralatan analisa mutu pangan, dan pemantauan bersama di lapangan terkait pasokan serta harga pangan.
"Kita ingin ada perencanaan dan monitoring yang baik. BPS siap mendukung dengan data yang mutakhir dan akurasi serta independensi yang lebih baik. Kita berharap MoU ini dapat mendukung kegiatan bisnis Bulog tanpa mengurangi independensi BPS," ujar Djarot di kantor Bulog, Selasa (20/3/2018).
Sementara itu, Kepala BPS Suhariyanto mengatakan kerja sama ini untuk sementara masih berfokus pada komoditas beras sebagai pangan utama rakyat Indonesia.
"Untuk jagung kita akan mulai uji coba di tahun depan, sementara beras dulu. Kalau kedelai saya pikir produksi kita juga tidak begitu besar jadi mungkin nanti menyusul lah," kata Suhariyanto.
Dia menambahkan, kemungkinan tipe data yang dikumpulkan masih berupa realisasi pengamatan sebelumnya, belum berupa data proyeksi. Sementara untuk rilis data ke publik kemungkin per 6 bulan atau 1 tahun.
"Kita punya data beras di penggilingan, lalu stok beras di masyarakat, seperti di rumah tangga, industri, dll. Kita akan kerja sama bareng-bareng mengumpulkan dan saling tukar data, kan Bulog punya data stok beras di gudangnya."
(ray/ray) Next Article Bulog Punya 1,4 Juta Ton Beras, Bawang Menipis, Jagung Kosong
Most Popular