
BPH Migas Tunjuk 7 Lokasi Terpencil untuk Bangun 'Pertamini'
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
16 March 2018 10:34

Jakarta, CNBC Indonesia- Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas menargetkan ada tujuh titik sub penyalur BBM baru untuk tahun ini. Tujuh titik tersebut dinilai siap dan memenuhi kriteria untuk dihadirkan sub penyalur BBM.
Salah seorang Anggota Komite BPH Migas Henry Achmad mengaku saat ini tengah mencoba untuk mengimplentasikannya di lokasi yang jauh dari penyalur, seperti Gorontalo. "Kemudian ada lagi di Maluku, tepatnya di [Pulau] Seram," kata Henry di Gedung Migas, Kamis (15/3/2018).
Kehadiran sub penyalur, kata dia, adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen atas suatu wilayah. Dengan meningkatnya penyalur, akan semakin banyak BBM yang dapat dipasok oleh Pertamina walau berlokasi jauh. Sub penyalur bisa hadir dengan inisiatif sekelompok konsumen yang mengajukan kepada badan usaha, yang di sini adalah Pertamina. Penyalurannya nanti, kata Henry, hanya diperuntukkan bagi warga yang telah terdaftar atau tertutup.
"Di sub penyalur tidak ada margin, karena ini milik sendiri dan dikelola sendiri. Nanti penyalur menyalurkan ke suatu wilayah, nanti dari wilayah itu berkurang berapa akan dihitung untuk memastikan sub penyalur mendapat pasokan," jelas Henry.
Terkait harga, walau tidak ada pengaturan namun akan ada ongkos angkut yang ditanggung konsumen dari BBM yang dibeli. Sesuai aturan, jarak antara sub penyalur ke penyalur BBM terdekat minimal lima kilometer (km) dengan jumlah maksimal penyaluran sebanyak 3 kiloliter (kl) untuk jenis BBM tertentu dan khusus penugasan.
Saat ini sub penyalur telah ada di Asmat, Papua dan Pulau Selayar, Sulawesi Selatan. "Cuma satu hal yg perlu dipahami, itu bukan objek niaga. Bentuknya seperti Pertamini-lah," kata Henry. Dengan kehadiran sub penyalur, Henry mencontohkan, harga BBM di Selayar bisa turun dari sekitar Rp 11 ribu menjadi Rp 7 ribu per liter.
(gus/gus) Next Article BPH Migas Targetkan Bangun 1000 "Pertamini" Legal Tahun Ini
Salah seorang Anggota Komite BPH Migas Henry Achmad mengaku saat ini tengah mencoba untuk mengimplentasikannya di lokasi yang jauh dari penyalur, seperti Gorontalo. "Kemudian ada lagi di Maluku, tepatnya di [Pulau] Seram," kata Henry di Gedung Migas, Kamis (15/3/2018).
Kehadiran sub penyalur, kata dia, adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen atas suatu wilayah. Dengan meningkatnya penyalur, akan semakin banyak BBM yang dapat dipasok oleh Pertamina walau berlokasi jauh. Sub penyalur bisa hadir dengan inisiatif sekelompok konsumen yang mengajukan kepada badan usaha, yang di sini adalah Pertamina. Penyalurannya nanti, kata Henry, hanya diperuntukkan bagi warga yang telah terdaftar atau tertutup.
"Di sub penyalur tidak ada margin, karena ini milik sendiri dan dikelola sendiri. Nanti penyalur menyalurkan ke suatu wilayah, nanti dari wilayah itu berkurang berapa akan dihitung untuk memastikan sub penyalur mendapat pasokan," jelas Henry.
Terkait harga, walau tidak ada pengaturan namun akan ada ongkos angkut yang ditanggung konsumen dari BBM yang dibeli. Sesuai aturan, jarak antara sub penyalur ke penyalur BBM terdekat minimal lima kilometer (km) dengan jumlah maksimal penyaluran sebanyak 3 kiloliter (kl) untuk jenis BBM tertentu dan khusus penugasan.
Saat ini sub penyalur telah ada di Asmat, Papua dan Pulau Selayar, Sulawesi Selatan. "Cuma satu hal yg perlu dipahami, itu bukan objek niaga. Bentuknya seperti Pertamini-lah," kata Henry. Dengan kehadiran sub penyalur, Henry mencontohkan, harga BBM di Selayar bisa turun dari sekitar Rp 11 ribu menjadi Rp 7 ribu per liter.
(gus/gus) Next Article BPH Migas Targetkan Bangun 1000 "Pertamini" Legal Tahun Ini
Most Popular