
RI Defisit Dagang Rp 191 T Dengan China, Ini Upaya Kemendag
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
13 March 2018 16:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia masih mengalami defisit perdagangan dengan China. Pada 2017, defisit perdagangan nonmigas Indonesia sebesar US$ 14,20 miliar atau Rp 191,70 triliun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai defisit tahun lalu itu lebih kecil dibandingkan dengan 2016 yang mencapai US$ 15,57 miliar.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Arlinda mengatakan guna memperkecil jurang defisit perdagangan dengan China itu pihaknya akan menggenjot ekspor produk pertanian, barang konsumsi termasuk makanan dan minuman, bidang pariwisata dan jasa, serta produk otomotif.
Dia menuturkan upaya menggenjot ekspor di antaranya adalah dengan memperkenalkan langsung produk-produk Indonesia di China dalam suatu event internasional.
"Untuk produknya [yang akan diperkenalkan di China], saya pikir sawit, karet, kopi dan produk otomotif akan menjadi andalan kita. Kita sekarang coba memilah mana yang patut dan layak untuk dipamerkan. Saya juga minta mereka untuk memfasilitasi kita langsung bertemu dengan pembeli," jelasnya.
Khusus komoditas minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO), Arlinda menekankan pihaknya menargetkan peningkatan ekspor sebesar mungkin ke China, terutama mengantisipasi larangan impor produk CPO oleh Uni Eropa pada 2021.
Dilansir dari situs Kementerian Perdagangan China, pemerintah China memproyeksikan dalam 5 tahun ke depan impor produk barang dan jasa ke negaranya akan mencapai nilai lebih dari US$ 10 triliun.
(ray/ray) Next Article Virus Corona Bikin Impor dari China Anjlok di Februari 2020
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai defisit tahun lalu itu lebih kecil dibandingkan dengan 2016 yang mencapai US$ 15,57 miliar.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Arlinda mengatakan guna memperkecil jurang defisit perdagangan dengan China itu pihaknya akan menggenjot ekspor produk pertanian, barang konsumsi termasuk makanan dan minuman, bidang pariwisata dan jasa, serta produk otomotif.
Dia menuturkan upaya menggenjot ekspor di antaranya adalah dengan memperkenalkan langsung produk-produk Indonesia di China dalam suatu event internasional.
Khusus komoditas minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO), Arlinda menekankan pihaknya menargetkan peningkatan ekspor sebesar mungkin ke China, terutama mengantisipasi larangan impor produk CPO oleh Uni Eropa pada 2021.
Dilansir dari situs Kementerian Perdagangan China, pemerintah China memproyeksikan dalam 5 tahun ke depan impor produk barang dan jasa ke negaranya akan mencapai nilai lebih dari US$ 10 triliun.
(ray/ray) Next Article Virus Corona Bikin Impor dari China Anjlok di Februari 2020
Most Popular