
Internasional
Jabatan Presiden Seumur Hidup China Tak Pengaruhi Aktivis Ini
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
12 March 2018 17:55

Sydney, CNBC Indonesia - Keputusan China untuk menghapus batas masa jabatan presiden dan secara efektif membiarkan Presiden Xi Jinping menjabat seumur hidup, tidak akan berdampak pada kebudayaan Negeri Tirai Bambu itu, kata seniman Ai Weiwei hari Senin (12/3/2018). Ia mengungkapkan hal tersebut saat menampilkan karya seni raksasa yang menggambarkan pencari suaka di Sydney, Australia.
Ai, salah satu seniman papan atas dan aktivis politik China, telah menjadi juru kampanye migrasi yang vokal karena jumlah orang yang dipaksa mengungsi dari rumahnya - sebagian besar karena kekerasan dan perang - telah menyentuh rekor 65 juta orang.
Di Sydney, Ai menampilkan rakit tiup berukuran 60 meter yang mengangkut 300 sosok manusia dengan ukuran lebih besar, sehari setelah China menghapus batas masa jabatan dari konstitusi yang membangkitkan kekhawatiran akan kembalinya kediktatoran.
"China selalu menjadi negara kekaisaran," kata Ai, 60 tahun, dalam sebuah wawancara dengan Australian Broadcasting Corp yang dikutip oleh Reuters.
"Tidak masalah jika [negara] itu memiliki julukan komunis, sekarang kapitalisme. Itu [China] adalah masyarakat fatalistis, jadi [jika negara] itu mengganti pemimpin atau tidak mengganti pemimpin, sistem dan kebudayaan selalu tetap sama."
Pertama kali didesain untuk National Gallery of Prague, karya Ai yang berjudul "Law of the Journey" dibuat menggunakan perahu karet yang digunakan mengangkut pengungsi menyeberangi Laut Mediterania.
Dipasang di Pulau Cockatoo, bekas situs pembangunan kapal, karya tersebut akan menjadi pusat perhatian di Sydney Biennale yang diselenggarakan sejak hari Jumat (9/3/2018) sampai 11 Juni 2018.
Ai mengatakan lokasi itu cocok karena kebijakan kontroversial Australia yang menahan kedatangan kapal yang tidak sah di kamp di negara kepulauan Pasifik Nauru dan pulau Manus di Papua Nugini.
"Catatan pengungsi Australia cukup menyedihkan, secara internasional," tambahnya.
"Tidak ada alasan bagi kebijakan berbentuk apapun [yang] tidak mempertimbangkan perlindungan dasar hak asasi manusia."
Seniman yang membantu mendesain stadion untuk Beijing Olympic Games 2008 tetapi ditahan di tahun 2011 karena mengkritisi Partai Komunis China yang sedang berkuasa, mengatakan ia tidak khawatir perubahan tersebut akan membuat kekuasaan rezim menjadi "tidak terhingga".
"Kehidupan rakyat semakin membaik," katanya. "Anda lihat banyak pemuda yang belajar ke luar [negeri] dan berpikir bahwa gagasan Barat untuk menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang sangat dasar sudah menjadi jauh lebih penting bagi masyarakat untuk mempertahankan kompetisi."
Ai dijadwalkan untuk berbicara di peluncuran film dokumenter tentang pencari suaka berjudul "Human Flow" di Sydney Opera House hari Kamis (15/3/2018).
Ai, yang sudah tinggal di Berlin sejak tahun 2015, mengatakan ia ingin film dokumenter tersebut membuat orang-orang memandang pengungsi dengan cara yang berbeda, karena mereka adalah korban dari masalah yang dibuat oleh manusia.
(prm) Next Article Xi Jinping Puji Jokowi, Sebut RI Ramah & Penting Buat China
Ai, salah satu seniman papan atas dan aktivis politik China, telah menjadi juru kampanye migrasi yang vokal karena jumlah orang yang dipaksa mengungsi dari rumahnya - sebagian besar karena kekerasan dan perang - telah menyentuh rekor 65 juta orang.
Di Sydney, Ai menampilkan rakit tiup berukuran 60 meter yang mengangkut 300 sosok manusia dengan ukuran lebih besar, sehari setelah China menghapus batas masa jabatan dari konstitusi yang membangkitkan kekhawatiran akan kembalinya kediktatoran.
"Tidak masalah jika [negara] itu memiliki julukan komunis, sekarang kapitalisme. Itu [China] adalah masyarakat fatalistis, jadi [jika negara] itu mengganti pemimpin atau tidak mengganti pemimpin, sistem dan kebudayaan selalu tetap sama."
Pertama kali didesain untuk National Gallery of Prague, karya Ai yang berjudul "Law of the Journey" dibuat menggunakan perahu karet yang digunakan mengangkut pengungsi menyeberangi Laut Mediterania.
Dipasang di Pulau Cockatoo, bekas situs pembangunan kapal, karya tersebut akan menjadi pusat perhatian di Sydney Biennale yang diselenggarakan sejak hari Jumat (9/3/2018) sampai 11 Juni 2018.
Ai mengatakan lokasi itu cocok karena kebijakan kontroversial Australia yang menahan kedatangan kapal yang tidak sah di kamp di negara kepulauan Pasifik Nauru dan pulau Manus di Papua Nugini.
"Catatan pengungsi Australia cukup menyedihkan, secara internasional," tambahnya.
"Tidak ada alasan bagi kebijakan berbentuk apapun [yang] tidak mempertimbangkan perlindungan dasar hak asasi manusia."
Seniman yang membantu mendesain stadion untuk Beijing Olympic Games 2008 tetapi ditahan di tahun 2011 karena mengkritisi Partai Komunis China yang sedang berkuasa, mengatakan ia tidak khawatir perubahan tersebut akan membuat kekuasaan rezim menjadi "tidak terhingga".
"Kehidupan rakyat semakin membaik," katanya. "Anda lihat banyak pemuda yang belajar ke luar [negeri] dan berpikir bahwa gagasan Barat untuk menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang sangat dasar sudah menjadi jauh lebih penting bagi masyarakat untuk mempertahankan kompetisi."
Ai dijadwalkan untuk berbicara di peluncuran film dokumenter tentang pencari suaka berjudul "Human Flow" di Sydney Opera House hari Kamis (15/3/2018).
Ai, yang sudah tinggal di Berlin sejak tahun 2015, mengatakan ia ingin film dokumenter tersebut membuat orang-orang memandang pengungsi dengan cara yang berbeda, karena mereka adalah korban dari masalah yang dibuat oleh manusia.
(prm) Next Article Xi Jinping Puji Jokowi, Sebut RI Ramah & Penting Buat China
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular