
Dampak Kebijakan Trump: Satu Pabrik Baja di AS Kembali Aktif
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
09 March 2018 11:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Donald Trump pada Kamis, 8 Maret 2018, resmi menetapkan kebijakan bea impor sebesar 25% bagi baja yang masuk ke Amerika Serikat. Di samping baja, bea masuk juga dikenakan untuk aluminium sebesar 10%.
Sebelum Trump menandatangani keputusan tersebut, pada Rabu, 7 Maret 2018, CEO US Steel David Burritt mengatakan kepada CNBC International bahwa perusahaannya akan kembali mengoperasikan pabrik baja di AS.
"Kami sangat senang bisa memberitahu karyawan kami di komunitas Granite City, Illinois, bahwa kami akan kembali mempekerjakan 500 karyawan," kata Burritt dalam sebuah sesi wawancara di acara "Squawk Box", seperti dilansir dari CNBC Indonesia.
Perusahaan akan kembali mengoperasikan dua tanur tiup (blast furnace) dan fasilitas pembuatan baja di pabrik terintegrasi Granite City Works di Illinois.
Proses pengoperasian kembali itu akan memakan waktu hingga empat bulan. Burritt mengatakan fasilitas itu sudah non-aktif sejak Desember 2015 karena praktek perdagangan yang tidak adil.
"Jika Anda tidak punya konsumen untuk menjual [produk] di sini dan Anda tidak bisa menghasilkan uang, Anda harus menutup [pabrik] itu," ujarnya.
Saat tampil Bersama Burritt di CNBC, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan Gedung Putih tidak mencoba untuk "mengacaukan dunia" dengan tarif itu.
Ia juga mengindikasikan bahwa Trump akan terbuka untuk mengecualikan mitra dagangnya, Kanada dan Meksiko, jika Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (North American Free Trade Agreement/NAFTA) bisa kembali diraih.
"Ini terasa seperti awal kebangkitan bagi kami," kata Burritt, mantan CFO di produsen alat-alat berat Caterpillar.
"Sangat penting bagi kami untuk mendapatkan ini, dan sekarang akhirnya terjadi," Burritt mengatakan kekuatan AS bergantung pada tarif.
"Anda harus bisa memproduksi barang di Amerika Serikat. Jika Anda mengambil kemampuan untuk mencipta, Anda sebenarnya tidak memiliki masyarakat. Pikirkan bagaimana Inggris pernah memiliki basis manufaktur yang besar. Itu pergi begitu saja. Jika Anda tidak menciptakan barang, Anda tidak bisa memiliki negara yang kuat. Anda tidak bisa melindungi diri Anda sendiri dan akan menjadi seperti Yunani dan Puerto Riko," katanya.
(ray/ray) Next Article Industri Baja SOS, Impor Besi Rongsokan Dibuka Lebar
Sebelum Trump menandatangani keputusan tersebut, pada Rabu, 7 Maret 2018, CEO US Steel David Burritt mengatakan kepada CNBC International bahwa perusahaannya akan kembali mengoperasikan pabrik baja di AS.
"Kami sangat senang bisa memberitahu karyawan kami di komunitas Granite City, Illinois, bahwa kami akan kembali mempekerjakan 500 karyawan," kata Burritt dalam sebuah sesi wawancara di acara "Squawk Box", seperti dilansir dari CNBC Indonesia.
Proses pengoperasian kembali itu akan memakan waktu hingga empat bulan. Burritt mengatakan fasilitas itu sudah non-aktif sejak Desember 2015 karena praktek perdagangan yang tidak adil.
"Jika Anda tidak punya konsumen untuk menjual [produk] di sini dan Anda tidak bisa menghasilkan uang, Anda harus menutup [pabrik] itu," ujarnya.
Saat tampil Bersama Burritt di CNBC, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan Gedung Putih tidak mencoba untuk "mengacaukan dunia" dengan tarif itu.
Ia juga mengindikasikan bahwa Trump akan terbuka untuk mengecualikan mitra dagangnya, Kanada dan Meksiko, jika Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (North American Free Trade Agreement/NAFTA) bisa kembali diraih.
"Ini terasa seperti awal kebangkitan bagi kami," kata Burritt, mantan CFO di produsen alat-alat berat Caterpillar.
"Sangat penting bagi kami untuk mendapatkan ini, dan sekarang akhirnya terjadi," Burritt mengatakan kekuatan AS bergantung pada tarif.
"Anda harus bisa memproduksi barang di Amerika Serikat. Jika Anda mengambil kemampuan untuk mencipta, Anda sebenarnya tidak memiliki masyarakat. Pikirkan bagaimana Inggris pernah memiliki basis manufaktur yang besar. Itu pergi begitu saja. Jika Anda tidak menciptakan barang, Anda tidak bisa memiliki negara yang kuat. Anda tidak bisa melindungi diri Anda sendiri dan akan menjadi seperti Yunani dan Puerto Riko," katanya.
(ray/ray) Next Article Industri Baja SOS, Impor Besi Rongsokan Dibuka Lebar
Most Popular