
JK: Pertumbuhan Penduduk Jadi Tantangan Industri Pangan RI
Arys Aditya, CNBC Indonesia
08 March 2018 10:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Presiden Jusuf Kalla memaparkan empat tantangan keamanan pangan yang akan dihadapi Indonesia dalam jangka menengah.
Ketika membuka Food Security Summit 2018, Kamis (8/3/2018), Wapres mengatakan laju pertumbuhan penduduk menjadi persoalan pertama.
"Ketika Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaan, jumlah penduduk kita akan mencapai 350 juta," ungkapnya.
Dia memaparkan, pertumbuhan produksi pangan harus bisa mencapai 3% per tahun untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk yang diestimasi sekitar 1,5% per tahun.
Persoalan ini, tuturnya, membawa pada persoalan kedua yaitu laju mobilisasi penduduk ke perkotaan. JK mengatakan jumlah pekerja pertanian yang mengecil merupakan tantangan sekaligus peluang.
Dengan banyak pekerja pertanian yang beralih profesi menjadi pekerja manufaktur, dia mengatakan maka produktivitas lahan pertanian harus bisa digenjot. Untuk itu, dia meminta swasta berperan dalam hal ini.
JK menyebut persoalan ketiga dan keempat adalah perubahan iklim dan ketersediaan air. Dua hal ini, ujar Wapres, turut memengaruhi tren harga pangan yang terus melesat setiap tahun.
Dia mencontohkan, ketika menjadi Direktur Utama Badan Urusan Logistik pada awal 2000an, impor beras per ton hanya hanya seharga US$170. Sementara saat ini, impor dengan kuantitas yang sama adalah seharga US$420.
"Maka ini dibutuhkan kreativitas, inovasi dan sistem yang baik untuk meningkatkan produksi tanpa menambah luas lahan. Kita boleh kekurangan baju, tapi tidak bisa kekurangan pangan," kata JK.
(ray/ray) Next Article Jaga Disiplin! JK Was-was Covid RI Bisa Capai 2 Juta di April
Ketika membuka Food Security Summit 2018, Kamis (8/3/2018), Wapres mengatakan laju pertumbuhan penduduk menjadi persoalan pertama.
"Ketika Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaan, jumlah penduduk kita akan mencapai 350 juta," ungkapnya.
Persoalan ini, tuturnya, membawa pada persoalan kedua yaitu laju mobilisasi penduduk ke perkotaan. JK mengatakan jumlah pekerja pertanian yang mengecil merupakan tantangan sekaligus peluang.
Dengan banyak pekerja pertanian yang beralih profesi menjadi pekerja manufaktur, dia mengatakan maka produktivitas lahan pertanian harus bisa digenjot. Untuk itu, dia meminta swasta berperan dalam hal ini.
JK menyebut persoalan ketiga dan keempat adalah perubahan iklim dan ketersediaan air. Dua hal ini, ujar Wapres, turut memengaruhi tren harga pangan yang terus melesat setiap tahun.
Dia mencontohkan, ketika menjadi Direktur Utama Badan Urusan Logistik pada awal 2000an, impor beras per ton hanya hanya seharga US$170. Sementara saat ini, impor dengan kuantitas yang sama adalah seharga US$420.
"Maka ini dibutuhkan kreativitas, inovasi dan sistem yang baik untuk meningkatkan produksi tanpa menambah luas lahan. Kita boleh kekurangan baju, tapi tidak bisa kekurangan pangan," kata JK.
(ray/ray) Next Article Jaga Disiplin! JK Was-was Covid RI Bisa Capai 2 Juta di April
Most Popular