
Marahnya Jokowi untuk Satu Tujuan: Genjot Investasi
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 February 2018 14:32

Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkali-kali mengingatkan, Indonesia harus ramah terhadap investasi. Bahkan Jokowi berkali-kali menegaskan hal tersebut dengan nada emosional.
Dalam berbagai kesempatan, Jokowi jengkel karena proses perizinan investasi masih berbelit. Jokowi pun kerap kali kesal karena masih ada pemerintah daerah yang menerapkan aturan tidak ramah terhadap investasi.
Jokowi dan para menteri di Kabinet Kerja juga berkali-kali mendorong regulasi untuk menggairahkan investasi. Sampai saat ini sudah ada 17 paket kebijakan yang salah satu tujuannya adalah meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Teranyar, pemerintah akan memperluas insentif fiskal. Sektor usaha penerima insentif tax allowance dan tax holiday akan ditambah. Plus pemerintah menurunkan tarif pajak penghasilan (PPh) final untuk UMKM dari 1% menjadi 0,5% untuk mendorong ekspansi pengusaha mikro, kecil, dan menengah.
Mungkin Jokowi memang layak untuk marah dan kecewa. Pasalnya, Indonesia sempat keluar dari daftar tempat investasi favorit tujuan investor dunia.
Berdasarkan survei United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) 2014-2016, Indonesia masuk jajaran destinasi investasi favorit dunia. Bahkan Indonesia menempati peringkat ke-3, hanya kalah dari China dan Amerika Serikat (AS).
Survei UNCTAD melibatkan responden dari 164 perusahaan di seluruh dunia. Perusahaan-perusahaan ini bergerak di berbagai sektor mulai dari primer (pertanian,perikanan, perkebunan, migas, dan sebagainya), manufaktur, sampai jasa.
Dari 164 perusahaan tersebut, 27% di antaranya memilih Indonesia sebagai tujuan investasi favorit mereka. Hanya kalah dari China (44%) dan AS (41%).
Namun dalam survei yang sama untuk periode 2016-2018, Indonesia sudah hilang dari radar. Sudah tidak ada nama Indonesia di daftar.
Laporan UNCTAD yang disebut belakangan dirilis pada Oktober 2016. Pada 2017, dirilis survei untuk periode 2017-2019 di mana Indonesia kembali masuk daftar. Namun peringkatnya turun menjadi rangking ke-4.
Bisa jadi marah-marahnya Jokowi membuat para pembantunya melek dan bekerja lebih serius menggenjot masuknya investasi ke Indonesia. UNCTAD mencatat sejumlah perbaikan sehingga Indonesia kembali masuk radar.
Pertama adalah mengubah status Batam dari zona perdagangan bebas menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dengan statusnya sebagai KEK, Batam bisa menerapkan berbagai insentif bagi investor seperti tax holiday dan amortisasi yang dipercepat.
Kedua adalah revisi Daftar Negatif Investasi yang tertuang dalam Paket Kebijakan X. Dalam revisi ini, pemerintah menaikkan batas kepemilikan asing di beberapa sektor. Bahkan di sektor perfilman, pemerintah membuka kepemilikan asing hingga 100%.
Jika dalam survei UNCTAD berikutnya Indonesia kembali tidak masuk daftar, maka siap-siap saja Jokowi akan marah-marah lagi…
(aji/wed) Next Article Jokowi: Praktik Keagamaan Tertutup Harus Kita Hindari!
Dalam berbagai kesempatan, Jokowi jengkel karena proses perizinan investasi masih berbelit. Jokowi pun kerap kali kesal karena masih ada pemerintah daerah yang menerapkan aturan tidak ramah terhadap investasi.
Jokowi dan para menteri di Kabinet Kerja juga berkali-kali mendorong regulasi untuk menggairahkan investasi. Sampai saat ini sudah ada 17 paket kebijakan yang salah satu tujuannya adalah meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Mungkin Jokowi memang layak untuk marah dan kecewa. Pasalnya, Indonesia sempat keluar dari daftar tempat investasi favorit tujuan investor dunia.
Berdasarkan survei United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) 2014-2016, Indonesia masuk jajaran destinasi investasi favorit dunia. Bahkan Indonesia menempati peringkat ke-3, hanya kalah dari China dan Amerika Serikat (AS).
Survei UNCTAD melibatkan responden dari 164 perusahaan di seluruh dunia. Perusahaan-perusahaan ini bergerak di berbagai sektor mulai dari primer (pertanian,perikanan, perkebunan, migas, dan sebagainya), manufaktur, sampai jasa.
Dari 164 perusahaan tersebut, 27% di antaranya memilih Indonesia sebagai tujuan investasi favorit mereka. Hanya kalah dari China (44%) dan AS (41%).
![]() |
![]() |
![]() |
Pertama adalah mengubah status Batam dari zona perdagangan bebas menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dengan statusnya sebagai KEK, Batam bisa menerapkan berbagai insentif bagi investor seperti tax holiday dan amortisasi yang dipercepat.
Kedua adalah revisi Daftar Negatif Investasi yang tertuang dalam Paket Kebijakan X. Dalam revisi ini, pemerintah menaikkan batas kepemilikan asing di beberapa sektor. Bahkan di sektor perfilman, pemerintah membuka kepemilikan asing hingga 100%.
Jika dalam survei UNCTAD berikutnya Indonesia kembali tidak masuk daftar, maka siap-siap saja Jokowi akan marah-marah lagi…
(aji/wed) Next Article Jokowi: Praktik Keagamaan Tertutup Harus Kita Hindari!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular