
Menperin Ungkap 4 Sektor Pendorong Tumbuhnya Industri RI
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
08 February 2018 15:07

Jakarta, CNBC Indonesia – Industri manufaktur di Indonesia dapat tumbuh maksimal apabila dilakukan peningkatan kapasitas terhadap empat sektor yakni teknologi, tenaga kerja, kesehatan, serta pelatihan dan pendidikan.
(ray/ray) Next Article Dolar AS Nyaris Rp 14.000, Menperin: Impor Mahal, Utang Naik
Hal tersebut diungkapkan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam Soft Launching CNBC Indonesia di Hotel Raffles hari ini, Kamis (8/2/2018).
Menperin mengatakan empat sektor tersebut memiliki peringkat rendah dalam indeks daya saing global selama 2 tahun terakhir.
"Ada empat sektor yang harus diperbaiki supaya potensi industri kita bisa maksimal yakni kesehatan, efisiensi pasar tenaga kerja, kesiapan teknologi, serta pelatihan dan pendidikan," kata Airlangga.
Dia menuturkan upaya pemerintah meningkatkan sektor kesehatan dan pendidikan dasar di antaranya melalui program seperti BPJS Kesehatan serta Kartu Indonesia Pintar. Data Kementerian Perindustrian mencatat peringkat Indonesia di sektor ini ada di urutan 94 pada periode 2017/18, naik 6 tingkat dari urutan 100 di periode 2016/17.
Terkait efisiensi pasar tenaga kerja, Airlangga menuturkan harus dikembangkan kualitasnya sejalan dengan tumbuhnya ekonomi digital.
Peningkatan kualitas tenaga kerja dapat dilakukan melalui pengembangan perusahaan rintisan (startup) digital. Data Kementerian Perindustrian menunjukkan peringkat Indonesia di tahun 2017/18 di posisi 96, naik 12 peringkat dari tahun 2016/17.
"Selain itu, penting bagi pasar tenaga kerja kita untuk terintegrasi dengan pasar tenaga kerja ASEAN, karena Indonesia saat ini sudah terlibat dalam rantai produksi global," ujar Airlangga.
Dia menjelaskan kesiapan teknologi Indonesia juga masih jauh tertinggal dibanding negara-negara kompetitor. Untuk itu, pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar ini berharap kurikulum pendidikan RI sejak pendidikan dasar bisa lebih menitikberatkan ke pelajaran sains dan teknologi.
Terakhir, Airlangga menjelaskan pelatihan dan pendidikan tinggi sangat diperlukan untuk mendorong sumber daya manusia yang siap pakai bagi industri.
"Untuk itu, kami kembangkan program link and match sejak tahun lalu bekerja sama dengan industri-industri terkait guna memaksimalkan lulusan SMK agar langsung terserap oleh industri," jelasnya.
Jika seluruh sektor tersebut dapat diperbaiki secara optimal, Airlangga optimis pertumbuhan industri bisa tumbuh antara 5,6%-7,8% hingga tahun 2045.
Pada tahun lalu, Airlangga mengklaim pertumbuhan nilai tambah industri manufaktur (manufacture value-added/MVA) tumbuh sebesar 4,84%, di atas rata-rata ASEAN sebesar 4,5% dalam periode 2012-2016.
Menperin mengatakan empat sektor tersebut memiliki peringkat rendah dalam indeks daya saing global selama 2 tahun terakhir.
Dia menuturkan upaya pemerintah meningkatkan sektor kesehatan dan pendidikan dasar di antaranya melalui program seperti BPJS Kesehatan serta Kartu Indonesia Pintar. Data Kementerian Perindustrian mencatat peringkat Indonesia di sektor ini ada di urutan 94 pada periode 2017/18, naik 6 tingkat dari urutan 100 di periode 2016/17.
Terkait efisiensi pasar tenaga kerja, Airlangga menuturkan harus dikembangkan kualitasnya sejalan dengan tumbuhnya ekonomi digital.
Peningkatan kualitas tenaga kerja dapat dilakukan melalui pengembangan perusahaan rintisan (startup) digital. Data Kementerian Perindustrian menunjukkan peringkat Indonesia di tahun 2017/18 di posisi 96, naik 12 peringkat dari tahun 2016/17.
"Selain itu, penting bagi pasar tenaga kerja kita untuk terintegrasi dengan pasar tenaga kerja ASEAN, karena Indonesia saat ini sudah terlibat dalam rantai produksi global," ujar Airlangga.
Dia menjelaskan kesiapan teknologi Indonesia juga masih jauh tertinggal dibanding negara-negara kompetitor. Untuk itu, pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar ini berharap kurikulum pendidikan RI sejak pendidikan dasar bisa lebih menitikberatkan ke pelajaran sains dan teknologi.
Terakhir, Airlangga menjelaskan pelatihan dan pendidikan tinggi sangat diperlukan untuk mendorong sumber daya manusia yang siap pakai bagi industri.
"Untuk itu, kami kembangkan program link and match sejak tahun lalu bekerja sama dengan industri-industri terkait guna memaksimalkan lulusan SMK agar langsung terserap oleh industri," jelasnya.
Jika seluruh sektor tersebut dapat diperbaiki secara optimal, Airlangga optimis pertumbuhan industri bisa tumbuh antara 5,6%-7,8% hingga tahun 2045.
Pada tahun lalu, Airlangga mengklaim pertumbuhan nilai tambah industri manufaktur (manufacture value-added/MVA) tumbuh sebesar 4,84%, di atas rata-rata ASEAN sebesar 4,5% dalam periode 2012-2016.
(ray/ray) Next Article Dolar AS Nyaris Rp 14.000, Menperin: Impor Mahal, Utang Naik
Most Popular