
Kadin: Industri Logam Terhambat Harga Gas
Exist in Exist, CNBC Indonesia
07 February 2018 15:01

Jakarta, CNBC Indonesia- Kamar Dagang Industri Indonesia (Kadin) menyebutkan saat ini pertumbuhan industri logam dasar masih terkendala oleh harga gas alam yang tinggi yakni mencapai US$ 9,5 per MMBTU, lebih mahal dibanding Jepang dan Rusia yang hanya mencapai US$ 6,3 per MMBTU.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian Johnny Darmawan mengatakan terhambatanya pertumbuhan industri logam dasar ini akan berdampak pada terhambatnya hilirisasi berbasis mineral logam dan hilirisasi mineral tambang.
"Tanpa adanya industri manufaktur berbasis mineral logam, maka hilirisasi mineral tambang tetap tidak akan memberikan nilai tambah yang tinggi," ujarnya dalam focus group discussion di Menara Kadin, Rabu (07/02/2018).
Meski demikian, lanjutnya, Indonesia masih memiliki peluang potensial untuk mengembangkan hilirisasi, misalnya industri baja yang diperkirakan akan terus tumbuh rata-rata 6% per tahun sampai 2025 mengingat tingginya permintaan bahan baku untuk sektor konstruksi dan otomotif.
Hambatan lain untuk pengembangan industri logam dasar adalah soal pembangunan smelter dan kesiapan pasar untuk menyerap produk smelter.
Oleh karena itu, pihaknya memberikan beberapa rekomendasi kebijakan strategis untuk pengembangan industri logam dasar dan mineral logam. Pertama, diperlukan adanya kepastian dan keberpihakan pemerintah dalam menjamin ketersediaan bahan baku dan pasokan energi.
"Pemerintah dapat memberikan insentif bagi perusahaan yang serius dan konsisten melaksanakan hilirisasi dan pembangunan industri logam dasae melalui harga energi yang berdaya saing dan dukungan infrastruktur," kata dia.
Kedua, konsisten dan konsekuen terhadap kebijakan dan fokus pada pendalaman struktur industri logam dasar. Ketiga, diperlukan adanya keberpihakan pemerintah dalam mendukung pengembangan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
"Keempat, diperlukan adanya keberpihakan pemerintah dalam mendukung upaya peningkatan kualitas SDM," jelasnya.


(gus/gus) Next Article Saingi Vietnam-Malaysia, Pengusaha RI Pede Ekspor Naik 500%
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian Johnny Darmawan mengatakan terhambatanya pertumbuhan industri logam dasar ini akan berdampak pada terhambatnya hilirisasi berbasis mineral logam dan hilirisasi mineral tambang.
Pilihan Redaksi |
Meski demikian, lanjutnya, Indonesia masih memiliki peluang potensial untuk mengembangkan hilirisasi, misalnya industri baja yang diperkirakan akan terus tumbuh rata-rata 6% per tahun sampai 2025 mengingat tingginya permintaan bahan baku untuk sektor konstruksi dan otomotif.
Hambatan lain untuk pengembangan industri logam dasar adalah soal pembangunan smelter dan kesiapan pasar untuk menyerap produk smelter.
Oleh karena itu, pihaknya memberikan beberapa rekomendasi kebijakan strategis untuk pengembangan industri logam dasar dan mineral logam. Pertama, diperlukan adanya kepastian dan keberpihakan pemerintah dalam menjamin ketersediaan bahan baku dan pasokan energi.
"Pemerintah dapat memberikan insentif bagi perusahaan yang serius dan konsisten melaksanakan hilirisasi dan pembangunan industri logam dasae melalui harga energi yang berdaya saing dan dukungan infrastruktur," kata dia.
Kedua, konsisten dan konsekuen terhadap kebijakan dan fokus pada pendalaman struktur industri logam dasar. Ketiga, diperlukan adanya keberpihakan pemerintah dalam mendukung pengembangan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
"Keempat, diperlukan adanya keberpihakan pemerintah dalam mendukung upaya peningkatan kualitas SDM," jelasnya.


(gus/gus) Next Article Saingi Vietnam-Malaysia, Pengusaha RI Pede Ekspor Naik 500%
Most Popular