
Indonesia dan Impian Jadi Negara Berpendapatan Tinggi
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 February 2018 13:18

Jakarta, CNBC Indonesia – Ekonomi Indonesia yang terus tumbuh disertai dengan pertumbuhan pendapatan masyarakat. Namun jalan Indonesia untuk menuju negara berpendapatan tinggi masih cukup panjang.
Pada 2017, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,07%. Lebih baik dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya yang sebesar 5,02%.
Seiring pertumbuhan ekonomi, “kekayaan” masyarakat yang ditunjukkan dari produk domestik bruto (PDB) per kapita juga terus naik. Pada 2017, PDB per kapita tercatat sebesar Rp 51,89 juta atau US$ 3.876,8.
Meski ekonomi dan PDB per kapita terus tumbuh, tetapi impian Indonesia untuk menjadi negara berpendapatan tinggi masih jauh dari kenyataan. Bank Dunia mengkategorikan negara berpendapatan tinggi adalah dengan PDB per kapita US$ 12.236 atau Rp 163,96 juta.
(aji/aji) Next Article Top! PDB Per Kapita RI di 2019 US$ 4.174,9 atau Rp 59,1 Juta
Pada 2017, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,07%. Lebih baik dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya yang sebesar 5,02%.
Seiring pertumbuhan ekonomi, “kekayaan” masyarakat yang ditunjukkan dari produk domestik bruto (PDB) per kapita juga terus naik. Pada 2017, PDB per kapita tercatat sebesar Rp 51,89 juta atau US$ 3.876,8.
![]() |
Meski ekonomi dan PDB per kapita terus tumbuh, tetapi impian Indonesia untuk menjadi negara berpendapatan tinggi masih jauh dari kenyataan. Bank Dunia mengkategorikan negara berpendapatan tinggi adalah dengan PDB per kapita US$ 12.236 atau Rp 163,96 juta.
PDB per kapita Indonesia saat ini masih sepertiga dari kriteria negara dengan pendapatan tinggi. Jim Yong Kim, Presiden Bank Dunia, menegaskan Indonesia perlu tumbuh dalam level tinggi jika ingin beranjak dari negara berpendapatan menengah.
“Dalam 15 tahun mendatang, negara ini membutuhkan pertumbuhan ekonomi 8-9% per tahun. Sangat tinggi. Untuk mencapainya, Indonesia harus berinvestasi banyak di infrastruktur dan sumber daya manusia,” tegas Jim.
Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi tinggi, dan juga berkualitas. Kalau tidak, maka Indonesia akan terjebak menjadi negara berpendapatan menengah yang tidak bisa naik kelas (middle income trap). Dalam kajian Bank Dunia, Indonesia memiliki modal untuk terhindar dari middle income trap yaitu:
“Dalam 15 tahun mendatang, negara ini membutuhkan pertumbuhan ekonomi 8-9% per tahun. Sangat tinggi. Untuk mencapainya, Indonesia harus berinvestasi banyak di infrastruktur dan sumber daya manusia,” tegas Jim.
Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi tinggi, dan juga berkualitas. Kalau tidak, maka Indonesia akan terjebak menjadi negara berpendapatan menengah yang tidak bisa naik kelas (middle income trap). Dalam kajian Bank Dunia, Indonesia memiliki modal untuk terhindar dari middle income trap yaitu:
- Demografi. Dalam kurun 2013-2020, populasi penduduk produktif di Indonesia akan bertambah 14,8 juta menjadi 189 juta jiwa. Dengan kebijakan yang tepat, Indonesia akan memperoleh bonus demografi, di mana penduduk produktif akan menopang pertumbuhan ekonomi.
- Urbanisasi. Populasi penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan naik sekitar 4% per tahun. Ini akan meningkatkan permintaan terhadap berbagai barang dan jasa, sehingga konsumsi akan terus tumbuh. Urbanisasi juga mendukung pengembangan kota-kota pendukung, sehingga membuka lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan.
- Harga komoditas. Sejak 2011 harga komoditas berangsur-angsur turun. Ini bisa menjadi pendorong bagi Indonesia untuk berinvestasi mengembangan industri manufaktur, setelah bertahun-tahun hanya mengandalkan penjualan komoditas mentah.
- Perkembangan di China. Upah di Negeri Tirai Bambu yang semakin naik menyebabkan Indonesia menjadi kompetitif di maa investor.
- Risiko perlambatan ekonomi Pengalaman menujukkan krisis ekonomi bisa terjadi kapan saja dan ini biasanya lebih diderita oleh negara berkembang. Apalagi sejak 2011 harga komoditas cenderung turun, dan suku bunga global merangkak naik. Tanpa refomasi struktural, Indonesia bisa terjebak dalam siklus perlambatan ekonomi.
- Pertumbuhan ekonomi tidak merata. Selama 1999-2012, jumlah penduduk miskin turun 50%, tetapi sejak 2013 sekitar 65 juta penduduk masih dalam kondisi nyaris miskin (near poor). Pertumbuhan ekonomi Indonesia harus lebih inklusif dan dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat.
(aji/aji) Next Article Top! PDB Per Kapita RI di 2019 US$ 4.174,9 atau Rp 59,1 Juta
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular