
Inflasi Inti Terus Melambat, Ini Jawabannya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 February 2018 14:20

Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Januari 2018. Bulan lalu, terjadi inflasi 0,62% secara bulanan dan 3,25% secara tahunan.
Di balik data inflasi tersebut, ada terselip angka yang cukup mengkhawatirkan. Inflasi inti Indonesia terus menurun, dan sudah beberapa waktu terakhir berada di bawah 2%.
Inflasi inti adalah salah satu komponen pembentuk inflasi yang cenderung persisten (menetap, sulit bergerak/naik-turun). Pergerakan inflasi inti lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sifatnya fundamental (bukan musiman) seperti pasokan dan permintaan, nilai tukar, ekspektasi kenaikan harga, dan sebagainya.
Ketika inflasi pangan melambat, maka pemerintah patut berbangga karena berhasil mengendalikan gejolak harga kebutuhan pokok. Namun bila laju inflasi inti yang melambat, maka sebaiknya perlu waspada.
Melambatnya inflasi inti bisa menjadi pertanda perekonomian tidak bergerak normal. Konsumen biasanya menahan pembelian sehingga produsen kemudian bereaksi dengan menurunkan harga. Ada masalah di pasokan dan permintaan (supply-demand), ada yang terhambat sehingga rodanya tidak berjalan mulus.
Pemerintah berkali-kali menegaskan tidak ada penurunan daya beli. Dalam data produk domestik bruto, konsumsi rumah tangga tetap tumbuh positif.
Memang benar konsumsi rumah tangga masih tumbuh. Namun lajunya menurun, tidak lagi tumbuh di atas 5% seperti tahun-tahun sebelumnya.
Mengapa konsumsi rumah tangga melambat? Tidak perlu mencari jawabnya sampai ke ujung langit dengan seorang anak. Semua ada di data.
Salah satu penyebabnya adalah sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja di sektor pertanian. Data per Agustus 2017, hampir 30% pekerja mencari nafkah di sektor pertanian.
Namun, perkembangan sektor pertanian tidak menggembirakan. Penurunan harga komoditas pangan menyebabkan sektor ini tumbuh melambat.
Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) turun 22,88% dalam setahun terakhir. Salah satu penyebabnya adalah produksi yang berlimpah.
Sementara harga karet turun sampai 40,9%. Penyebabnya adalah semakin banyaknya penggunaan karet sintetis untuk menggantikan karet alam.
Ketika sebagian besar pekerja di Indonesia yang bekerja di sektor pertanian terpukul, maka konsumsi masyarakat secara umum ikut terkena dampaknya. Ini merupakan salah satu penyebab rendahnya inflasi inti yang patut menjadi perhatian.
(aji/aji) Next Article Tak Bisa Dipungkiri Lagi, RI Kena Virus Pelemahan Konsumsi
Di balik data inflasi tersebut, ada terselip angka yang cukup mengkhawatirkan. Inflasi inti Indonesia terus menurun, dan sudah beberapa waktu terakhir berada di bawah 2%.
![]() |
Inflasi inti adalah salah satu komponen pembentuk inflasi yang cenderung persisten (menetap, sulit bergerak/naik-turun). Pergerakan inflasi inti lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sifatnya fundamental (bukan musiman) seperti pasokan dan permintaan, nilai tukar, ekspektasi kenaikan harga, dan sebagainya.
Melambatnya inflasi inti bisa menjadi pertanda perekonomian tidak bergerak normal. Konsumen biasanya menahan pembelian sehingga produsen kemudian bereaksi dengan menurunkan harga. Ada masalah di pasokan dan permintaan (supply-demand), ada yang terhambat sehingga rodanya tidak berjalan mulus.
Pemerintah berkali-kali menegaskan tidak ada penurunan daya beli. Dalam data produk domestik bruto, konsumsi rumah tangga tetap tumbuh positif.
Memang benar konsumsi rumah tangga masih tumbuh. Namun lajunya menurun, tidak lagi tumbuh di atas 5% seperti tahun-tahun sebelumnya.
![]() |
Mengapa konsumsi rumah tangga melambat? Tidak perlu mencari jawabnya sampai ke ujung langit dengan seorang anak. Semua ada di data.
Salah satu penyebabnya adalah sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja di sektor pertanian. Data per Agustus 2017, hampir 30% pekerja mencari nafkah di sektor pertanian.
![]() |
Namun, perkembangan sektor pertanian tidak menggembirakan. Penurunan harga komoditas pangan menyebabkan sektor ini tumbuh melambat.
![]() |
Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) turun 22,88% dalam setahun terakhir. Salah satu penyebabnya adalah produksi yang berlimpah.
![]() |
Sementara harga karet turun sampai 40,9%. Penyebabnya adalah semakin banyaknya penggunaan karet sintetis untuk menggantikan karet alam.
![]() |
Ketika sebagian besar pekerja di Indonesia yang bekerja di sektor pertanian terpukul, maka konsumsi masyarakat secara umum ikut terkena dampaknya. Ini merupakan salah satu penyebab rendahnya inflasi inti yang patut menjadi perhatian.
(aji/aji) Next Article Tak Bisa Dipungkiri Lagi, RI Kena Virus Pelemahan Konsumsi
Most Popular