
Sri Mulyani dan Melinda Gates Kerja Sama Bantu Negara Gaptek
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
26 January 2018 18:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bersama Ketua Bill & Melinda Gates Foundation, Melinda Gates, dan Direktur Eksekutif Econet, Strive Masiyiwa, meluncurkan program Pathway for Prosperity: Commission on Technology and Inclusive Development di Nairobi Innovation Space iHub, Kenya.
Program yang diluncurkan di Kenya pada Kamis (25/01/2018) kemarin, dipimpin oleh Blavatnik School of Government. Program ini mengumpulkan pemimpin-pemimpin dari pemerintahan, pelaku bisnis, dan akademisi berbagai bidang untuk membahas dampak teknologi terbatas (gagap teknologi/gaptek) terhadap negara-negara berkembang.
Dampak terbatas tersebut meliputi otomatisasi, kecerdasan buatan (artificial intelligence), cetak 3D, penghasil dan penyimpanan energi, serta bioteknologi. Nantinya, komisi ini akan menyiapkan bukti, analisis dan rekomendasi kebijakan konkret untuk membantu pemerintah negara berkembang menavigasi perkembangan teknologi yang cepat ini.
Dalam siaran persnya, seperti dikutip CNBC Indonesia Jumat (26/1/2018), Sri Mulyani mengatakan perkembangan teknologi terkadang mampu menghambat pemberantasan kemiskinan dengan menghilangkan beberapa pekerjaan. Namun demikian, teknologi baru juga bisa menghasilkan rencana alternatif untuk pertumbuhan inklusif.
"Kita hidup di zaman yang yang menarik di mana skala dan laju perubahan teknologi memberikan tantangan besar dan kesempatan yang signifikan untuk negara-negara berkembang. Teknologi mampu memperkuat hubungan antara pemerintah dengan masyarakat, didukung dengan transparansi dan akses informasi," ungkapnya.
Di sisi lain, Strive Masiyiwa menyatakan bahwa teknologi mendukung kinerjanya sebagai seorang pengusaha selama ini.
“Teknologi sangat mendukung apapun yang saya lakukan. Saya kagum dengan apa yang akan keluar nanti tapi saya tahu akan ada resiko dan perangkap yang potensial. Komisi ini memberi kita sebuah jalan untuk bekerja sama memahami bagaimana menggunakan teknologi untuk sesuatu yang baik dan menggunakannya untuk memperkuat kesempatan-kesempatan yang mendorong pertumbuhan inklusif,” ujarnya.
Sebagai informasi, peluncuran program Pathway to Prosperity merupakan acara pertama dari beberapa acara yang akan diselenggarakan di beberapa negara dalam dua tahun kedepan.
Setiap pertemuan akan fokus pada permasalahan tematik dan negara yang berbeda dan bertujuan membantu pemerintah negara berkembang agar dapat memanfaatkan keuntungan dan kesempatan yang dihasilkan oleh teknologi.
Komisi ini dipimpin oleh Stefan Dercon, mantan kepala ekonomi di Department for International Development (DFID) Inggris dan Benno Ndulu, mantan Gubernur Bank Sentral Tanzania. Komisioner lainnya seperti Shivani Siroya, pendiri dan CEO Tala juga Nadiem Makarim, pendiri dan CEO Go-Jek.
(prm) Next Article Sri Mulyani Bentuk Komite Audit PNS
Program yang diluncurkan di Kenya pada Kamis (25/01/2018) kemarin, dipimpin oleh Blavatnik School of Government. Program ini mengumpulkan pemimpin-pemimpin dari pemerintahan, pelaku bisnis, dan akademisi berbagai bidang untuk membahas dampak teknologi terbatas (gagap teknologi/gaptek) terhadap negara-negara berkembang.
Dampak terbatas tersebut meliputi otomatisasi, kecerdasan buatan (artificial intelligence), cetak 3D, penghasil dan penyimpanan energi, serta bioteknologi. Nantinya, komisi ini akan menyiapkan bukti, analisis dan rekomendasi kebijakan konkret untuk membantu pemerintah negara berkembang menavigasi perkembangan teknologi yang cepat ini.
Dalam siaran persnya, seperti dikutip CNBC Indonesia Jumat (26/1/2018), Sri Mulyani mengatakan perkembangan teknologi terkadang mampu menghambat pemberantasan kemiskinan dengan menghilangkan beberapa pekerjaan. Namun demikian, teknologi baru juga bisa menghasilkan rencana alternatif untuk pertumbuhan inklusif.
Di sisi lain, Strive Masiyiwa menyatakan bahwa teknologi mendukung kinerjanya sebagai seorang pengusaha selama ini.
“Teknologi sangat mendukung apapun yang saya lakukan. Saya kagum dengan apa yang akan keluar nanti tapi saya tahu akan ada resiko dan perangkap yang potensial. Komisi ini memberi kita sebuah jalan untuk bekerja sama memahami bagaimana menggunakan teknologi untuk sesuatu yang baik dan menggunakannya untuk memperkuat kesempatan-kesempatan yang mendorong pertumbuhan inklusif,” ujarnya.
Sebagai informasi, peluncuran program Pathway to Prosperity merupakan acara pertama dari beberapa acara yang akan diselenggarakan di beberapa negara dalam dua tahun kedepan.
Setiap pertemuan akan fokus pada permasalahan tematik dan negara yang berbeda dan bertujuan membantu pemerintah negara berkembang agar dapat memanfaatkan keuntungan dan kesempatan yang dihasilkan oleh teknologi.
Komisi ini dipimpin oleh Stefan Dercon, mantan kepala ekonomi di Department for International Development (DFID) Inggris dan Benno Ndulu, mantan Gubernur Bank Sentral Tanzania. Komisioner lainnya seperti Shivani Siroya, pendiri dan CEO Tala juga Nadiem Makarim, pendiri dan CEO Go-Jek.
(prm) Next Article Sri Mulyani Bentuk Komite Audit PNS
Most Popular