
Laba BNI Capai Rp 13,62 Triliun, Tumbuh 20,1% di 2017
gita rossiana, CNBC Indonesia
17 January 2018 16:07

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) mencatat laba bersih konsolidasi pada 2017 sebesar Rp 13,62 triliun. Nilai tersebut bertumbuh 20,1% year on year (yoy).
Direktur Hubungan Kelembagaan dan Transaksi Perbankan BNI Adi Sulistyowati mengungkapkan, pertumbuhan laba bersih tersebut berasal pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp 31,94 triliun atau bertumbuh 6,5% year on year (yoy).
"Selain itu, ditopang pula oleh pertumbuhan pendapatan non bunga yang mencapai Rp 9,78 triliun. Nilai tersebut meningkat 8,59% yoy," terang dia dalam acara konferensi pers kinerja BNI 2017 di Gedung BNI 46, Rabu (17/1/2018).
Tingginya pendapatan bunga bersih, lanjut Adi ditopang oleh penyaluran kredit sebesar Rp 441,31 triliun atau bertumbuh 12,2% yoy. Adapun segmen kredit paling besar atau 78,3% adalah segmen bisnis banking, disusul selanjutnya atau 16,2% segmen konsumer dan 5,5% lainnya oleh perusahaan anak.
Selanjutnya dilihat dari sisi aset, hingga akhir 2017 aset BNI mencapai Rp 709,33 triliun, bertumbuh 17,6% yoy. Pertumbuhan aset ditopang oleh dana pihak ketiga (DPK) yang bertumbuh 18,5% yoy ke angka Rp 516,1 triliun.
Proyeksi Kredit dan NPL 2018
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menjelaskan, sektor infrastruktur masih menjadi penopang kredit pada 2018. Selain itu, sektor kredit lain yang cukup prospektif adalah kredit investasi.
“Kredit investasi kami lihat akan tumbuh karena melihat perkembangan ekonomi di negara seperti di Amerika Serikat dan Eropa yang terus membaik. Walaupun di China masih mengalami perlambatan. Namun itu memberikan sinyal bagi investor untuk memulai investasinya,” ujar Baiquni.
Direktur Bisnis Konsumer BNI Anggoro Eko Cahyo menambahkan, pada 2017 lalu pertumbuhan kredit konsumer memang hanya 9,8%. Namun pada 2018 ini, pihaknya menargetkan bisa bertumbuh dua digit.
Adapun sektor kredit konsumer yang akan dieksplorasi lebih lanjut adalah dari sisi payroll loan yang potensinya masih cukup besar.
“Payroll loan potensinya cukup besar, rekening payroll kami ada 2,4 juta rekening, tapi yang dikonversi menjadi kredit fleksi baru 150 ribu,” ujar dia.
Selain itu, pertumbuhan kredit konsumer juga berasal dari kredit pemilikan rumah. “Potensi properti tahun ini diharapkan lebih baik dari kemarin karena kami bergantung kepada nasabah yang memiliki fixed income, kalau non fixed income kurang baik,” ujar dia.
Sementara untuk kredit bermasalah, menurut Baiquni tahun ini akan dijaga di angka 2,3%. Sedangkan realisasi 2017 di angka 2,3% menurun dari 2016 yang sebesar 3%.
Direktur Keuangan BNI Rico Rizal Budidarmo mengungkapkan, penurunan NPL tersebut sejalan dengan perbaikan perusahaan dari sisi manajemen. Kemudian bank juga melakukan hapus buku hingga Rp 8 triliun terhadap debitur yang tidak memiliki potensi untuk direstrukturisasi.
Baiquni menambahkan, sejak 2015, hampir semua kredit yang gagal dilakukan write off. Salah satu debitur yang masuk daftar write off adalah PT Trikomsel Oke Tbk.
“Ada permohonan restrukturisasi dengan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), dari hasil restrukturisasi PKPU itu kurang menguntungkan bank dalam kondisi seperti ini sehingga dilakukan write off. Salah satunya Trikomsel yang kami write off,” ungkap dia.
(dru) Next Article BNI Jadi Bank Pertama Punya 'QR Code' Lewat YAP
Direktur Hubungan Kelembagaan dan Transaksi Perbankan BNI Adi Sulistyowati mengungkapkan, pertumbuhan laba bersih tersebut berasal pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp 31,94 triliun atau bertumbuh 6,5% year on year (yoy).
"Selain itu, ditopang pula oleh pertumbuhan pendapatan non bunga yang mencapai Rp 9,78 triliun. Nilai tersebut meningkat 8,59% yoy," terang dia dalam acara konferensi pers kinerja BNI 2017 di Gedung BNI 46, Rabu (17/1/2018).
Selanjutnya dilihat dari sisi aset, hingga akhir 2017 aset BNI mencapai Rp 709,33 triliun, bertumbuh 17,6% yoy. Pertumbuhan aset ditopang oleh dana pihak ketiga (DPK) yang bertumbuh 18,5% yoy ke angka Rp 516,1 triliun.
Proyeksi Kredit dan NPL 2018
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menjelaskan, sektor infrastruktur masih menjadi penopang kredit pada 2018. Selain itu, sektor kredit lain yang cukup prospektif adalah kredit investasi.
“Kredit investasi kami lihat akan tumbuh karena melihat perkembangan ekonomi di negara seperti di Amerika Serikat dan Eropa yang terus membaik. Walaupun di China masih mengalami perlambatan. Namun itu memberikan sinyal bagi investor untuk memulai investasinya,” ujar Baiquni.
Direktur Bisnis Konsumer BNI Anggoro Eko Cahyo menambahkan, pada 2017 lalu pertumbuhan kredit konsumer memang hanya 9,8%. Namun pada 2018 ini, pihaknya menargetkan bisa bertumbuh dua digit.
Adapun sektor kredit konsumer yang akan dieksplorasi lebih lanjut adalah dari sisi payroll loan yang potensinya masih cukup besar.
“Payroll loan potensinya cukup besar, rekening payroll kami ada 2,4 juta rekening, tapi yang dikonversi menjadi kredit fleksi baru 150 ribu,” ujar dia.
Selain itu, pertumbuhan kredit konsumer juga berasal dari kredit pemilikan rumah. “Potensi properti tahun ini diharapkan lebih baik dari kemarin karena kami bergantung kepada nasabah yang memiliki fixed income, kalau non fixed income kurang baik,” ujar dia.
Sementara untuk kredit bermasalah, menurut Baiquni tahun ini akan dijaga di angka 2,3%. Sedangkan realisasi 2017 di angka 2,3% menurun dari 2016 yang sebesar 3%.
Direktur Keuangan BNI Rico Rizal Budidarmo mengungkapkan, penurunan NPL tersebut sejalan dengan perbaikan perusahaan dari sisi manajemen. Kemudian bank juga melakukan hapus buku hingga Rp 8 triliun terhadap debitur yang tidak memiliki potensi untuk direstrukturisasi.
Baiquni menambahkan, sejak 2015, hampir semua kredit yang gagal dilakukan write off. Salah satu debitur yang masuk daftar write off adalah PT Trikomsel Oke Tbk.
“Ada permohonan restrukturisasi dengan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), dari hasil restrukturisasi PKPU itu kurang menguntungkan bank dalam kondisi seperti ini sehingga dilakukan write off. Salah satunya Trikomsel yang kami write off,” ungkap dia.
(dru) Next Article BNI Jadi Bank Pertama Punya 'QR Code' Lewat YAP
Most Popular