Okupansi Mal Turun karena Peritel Banyak Tutup

Shuliya Ratanavara, CNBC Indonesia
11 January 2018 09:33
Perusahaan konsultan properti menyampaikan hal tersebut berdasarkan riset yang dilakukan selama 2017.
Foto: ist
  • Berdasarkan catatan Colliers Indonesia, tingkat okupansi mall pada 2017 di pusat Jakarta turun menjadi 83,6% pada 2017 dari sebelumnya 85,4% pada 2016.
  • Pada 2018, diprediksi tingkat okupansi pusat perbelanjaan di pusat kota akan meningkat.
Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak peningkatan transaksi online mulai terasa yang tampak dari penurunan okupansi mal-mal di Jakarta karena penutupan sejumlah gerai ritel. Perusahaan konsultan properti menyampaikan hal tersebut berdasarkan riset yang dilakukan selama 2017.

Beberapa toko retail besar yang tutup di pusat-pusat perbelanjaan (mal) mulai Matahari di Taman Anggrek, Pasaraya Maggarai, dan Pasaraya Blok M hingga Debenhams di Kemang Village, Senayan City, dan Supermall Karawaci. Penutupan sejumlah gerai ritel tersebut menjadi bukti okupansi mal di Jakarta dan sekitarnya menurun pada 2017.

Berdasarkan catatan Colliers Indonesia, tingkat okupansi mall pada 2017 di pusat Jakarta turun menjadi 83,6% pada 2017 dari sebelumnya 85,4% pada 2016. Sementara untuk daerah sekitar Jakarta tingkat okupansi mall pada 2017 turun menjadi 81,9% dari 82,5% pada 2016. 

Bahkan untuk kawasan di sekitar Jakarta, tingkat okupansi ini masih akan terus menurun tahun ini sekitar 1%-1,5%. Penurunan tersebut akibat tambahan dua pusat perbelanjaan dengan total lahan seluas 106.000 m2.

Pada 2018, Ferry memprediksi, tingkat okupansi pusat perbelanjaan di pusat kota akan meningkat. Peningkatan tersebut diakibatkan tidak ada pertambahan suplai gedung pusat perbelanjaan baru tahun ini. Namun, tetap saja peningkatannya tidak signifikan, hanya di bawah 1%.

Senior Associate Director Colliers Indonesia Ferry Salanto menyatakan, penurunan tingkat okupansi tersebut kemudian menyebabkan meningkatnya harga sewa sebesar 1,5%-2% tahun ini. Peningkatan harga sewa ini melanjutkan kenaikan harga sewa tenant pada 2017 yang mencapai 4,9% untuk mall di pusat kota Jakarta dan 2,6% untuk mall di sekitar Jakarta.

Isu lemahnya daya beli juga sepertinya masih menjadi pertimbangan para pengembang dalam membangun mall baru. Terbukti selama 2017 hanya terdapat total empat pusat perbelanjaan baru. Masing-masing dua unit baru baik untuk di pusat kota dengan luas total 80.000 m2 maupun di sekitar Jakarta dengan luas total 77.367 m2.

Jumlah tesebut berada di bawah unit pusat perbelanjaan baru pada 2016 yang mencapai empat unit baru di pusat kota Jakarta dengan total lahan seluas 121.000 m2. Sementara untuk kawasan sekitar Jakarta mendapat tambahan dua unit pusat perbelanjaan baru dengan total lahan seluas 95.500 m2 pada 2016.

Meski demikian, Ferry menyatakan pasar pusat perbelanjaan Indonesia masih menarik khususnya dari pengecer (retailer) asing. Sementara sektor yang dianggap masih menarik oleh para investor untuk pusat perbelanjaan masih sektor makanan dan minuman.
(hps) Next Article Pasokan Ruang Ritel Tumbuh, Saat Online Shop Semarak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular