
Internasional
Manufaktur, Alasan Ekonomi Vietnam Tinggalkan Indonesia
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
09 January 2018 16:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang tutup tahun 2017, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati satu suara tentang angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan akan “mentok” di angka 5,05% tahun ini. Angka itu masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2017 sebesar 5,06% dan target tahun ini 5,2%.
Dalam waktu yang hampir bersamaan, hal bertolak belakang ditunjukkan oleh Vietnam. Pemerintah Vietnam mengestimasi pertumbuhan ekonomi 2017 meningkat hingga 6,81%. Negara berpenduduk lebih dari 63 juta jiwa itu mengawali tahun 2017 dengan pertumbuhan ekonomi yang cenderung lambat, yaitu sebesar 5,12% di tiga bulan pertama. Akan tetapi, perekonomian negara tersebut melesat seiring berjalannya waktu dan mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,47% di kuartal ketiga.
Struktur ekonomi Indonesia dan Vietnam – beserta Malaysia – dapat dikatakan hampir sama, dengan kontribusi sektor industri pengolahan yang berkisar antara 18% hingga 23% terhadap produk domestik bruto (PDB). Akan tetapi, sampai kuartal III 2017 pertumbuhan sektor riil Indonesia, khususnya industri pengolahan, masih tertinggal dari Vietnam dan Malaysia.
Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stagnan bila dibandingkan dengan kedua negara tersebut.
Pertumbuhan industri pengolahan Vietnam melesat dari 9,34% di kuartal I 2017 menjadi 12,75% di kuartal III 2017. Untuk periode yang sama, industri pengolahan Indonesia mencatat pertumbuhan dari 4,24% menjadi 4,84%.
Fakta menarik lainnya adalah di tengah perlambatan sektor pertanian yang terjadi di Malaysia dan Indonesia, Vietnam justru mencatatkan pertumbuhan positif dari 1,96% di kuartal I 2017 menjadi 2,76% pada kuartal III 2017.
Pertumbuhan pesat di sektor manufaktur sejalan dengan data penanaman modal asing atau foreign direct investment (FDI) Vietnam di sektor tersebut yang konsisten lebih tinggi dari Indonesia sejak tahun 2012.
Pada 2015, FDI Vietnam untuk sektor manufaktur tercatat sebesar US$16.428,8 juta (Rp 222 triliun), jauh mengungguli Indonesia yang hanya membukukan $11.763,07 juta.
Pertumbuhan FDI sektor manufaktur Vietnam tersebut sejalan dengan upaya pemerintahnya yang merilis Resolusi 103/NQ-CP pada Agustus 2013 untuk memperbaiki iklim bisnis dan investasi. Mereka juga merevisi Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) Badan yang memberikan potongan pajak bagi kawasan industri. Per 1 Januari 2016, tarif PPh di negara tersebut telah diturunkan menjadi 20%.
Vietnam juga memberlakukan Undang-Undang Investasi baru pada 1 Juli 2015 dan membuka 267 sektor usaha bagi investor asing dengan beberapa persyaratan, seperti berlokasi di daerah yang belum berkembang, bergerak di bidang teknologi tinggi, dan bernilai tinggi. Sektor-sektor yang dibuka itu di antaranya adalah perdagangan, distribusi, dan logistik.
Jika Vietnam telah melakukan reformasi untuk mengembangkan iklim investasi sejak tahun 2013, Indonesia baru mulai melakukan hal tersebut pada akhir 2015, setahun setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) memegang tampuk pemerintahan.
Pada 9 September 2015, pemerintah Indonesia merilis Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I yang bertujuan mendorong daya saing industri nasional melalui upaya deregulasi, penegakan hukum, dan kepastian usaha. Hingga pertengahan 2016, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan 13 Paket Kebijakan Ekonomi.
Pada akhir 2016, FDI untuk sektor manufaktur Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan positif menjadi $16.687,56 juta dan nyaris menyamai pencapaian Vietnam sebesar $16.936,9 juta.
Terakhir, pertumbuhan sektor manufaktur dan agrikultur yang pesat sepanjang 2017 turut mendorong pertumbuhan ekspor Vietnam, yang pada November 2017 mencapai 23,92% secara tahunan (year-on-year/ yoy). Sementara itu, Indonesia sendiri hanya mencatatkan pertumbuhan ekspor sebesar 13,17% untuk periode yang sama
(prm) Next Article Duh, Tahun 1970-an Vietnam Masih Perang, Kini Permalukan RI
Dalam waktu yang hampir bersamaan, hal bertolak belakang ditunjukkan oleh Vietnam. Pemerintah Vietnam mengestimasi pertumbuhan ekonomi 2017 meningkat hingga 6,81%. Negara berpenduduk lebih dari 63 juta jiwa itu mengawali tahun 2017 dengan pertumbuhan ekonomi yang cenderung lambat, yaitu sebesar 5,12% di tiga bulan pertama. Akan tetapi, perekonomian negara tersebut melesat seiring berjalannya waktu dan mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,47% di kuartal ketiga.
Struktur ekonomi Indonesia dan Vietnam – beserta Malaysia – dapat dikatakan hampir sama, dengan kontribusi sektor industri pengolahan yang berkisar antara 18% hingga 23% terhadap produk domestik bruto (PDB). Akan tetapi, sampai kuartal III 2017 pertumbuhan sektor riil Indonesia, khususnya industri pengolahan, masih tertinggal dari Vietnam dan Malaysia.
![]() Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Malaysia, dan Vietnam Secara Sektoral |
Pertumbuhan industri pengolahan Vietnam melesat dari 9,34% di kuartal I 2017 menjadi 12,75% di kuartal III 2017. Untuk periode yang sama, industri pengolahan Indonesia mencatat pertumbuhan dari 4,24% menjadi 4,84%.
Fakta menarik lainnya adalah di tengah perlambatan sektor pertanian yang terjadi di Malaysia dan Indonesia, Vietnam justru mencatatkan pertumbuhan positif dari 1,96% di kuartal I 2017 menjadi 2,76% pada kuartal III 2017.
Pertumbuhan pesat di sektor manufaktur sejalan dengan data penanaman modal asing atau foreign direct investment (FDI) Vietnam di sektor tersebut yang konsisten lebih tinggi dari Indonesia sejak tahun 2012.
Pada 2015, FDI Vietnam untuk sektor manufaktur tercatat sebesar US$16.428,8 juta (Rp 222 triliun), jauh mengungguli Indonesia yang hanya membukukan $11.763,07 juta.
![]() Realisasi Penanaman Modal Asing Sektor Manufaktur Vietnam |
![]() Realisasi Penanaman Modal Asing Sektor Manufaktur Indonesia |
Pertumbuhan FDI sektor manufaktur Vietnam tersebut sejalan dengan upaya pemerintahnya yang merilis Resolusi 103/NQ-CP pada Agustus 2013 untuk memperbaiki iklim bisnis dan investasi. Mereka juga merevisi Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) Badan yang memberikan potongan pajak bagi kawasan industri. Per 1 Januari 2016, tarif PPh di negara tersebut telah diturunkan menjadi 20%.
Vietnam juga memberlakukan Undang-Undang Investasi baru pada 1 Juli 2015 dan membuka 267 sektor usaha bagi investor asing dengan beberapa persyaratan, seperti berlokasi di daerah yang belum berkembang, bergerak di bidang teknologi tinggi, dan bernilai tinggi. Sektor-sektor yang dibuka itu di antaranya adalah perdagangan, distribusi, dan logistik.
Jika Vietnam telah melakukan reformasi untuk mengembangkan iklim investasi sejak tahun 2013, Indonesia baru mulai melakukan hal tersebut pada akhir 2015, setahun setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) memegang tampuk pemerintahan.
Pada 9 September 2015, pemerintah Indonesia merilis Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I yang bertujuan mendorong daya saing industri nasional melalui upaya deregulasi, penegakan hukum, dan kepastian usaha. Hingga pertengahan 2016, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan 13 Paket Kebijakan Ekonomi.
Pada akhir 2016, FDI untuk sektor manufaktur Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan positif menjadi $16.687,56 juta dan nyaris menyamai pencapaian Vietnam sebesar $16.936,9 juta.
![]() Perbandingan Pertumbuhan Ekspor Indonesia dan Vietnam |
Terakhir, pertumbuhan sektor manufaktur dan agrikultur yang pesat sepanjang 2017 turut mendorong pertumbuhan ekspor Vietnam, yang pada November 2017 mencapai 23,92% secara tahunan (year-on-year/ yoy). Sementara itu, Indonesia sendiri hanya mencatatkan pertumbuhan ekspor sebesar 13,17% untuk periode yang sama
(prm) Next Article Duh, Tahun 1970-an Vietnam Masih Perang, Kini Permalukan RI
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular