
Separuh Jalan 2024, Apa Keuangan Anda Masih Sehat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun ini telah memasuki bulan ketujuh, yang berarti kita sudah setengah jalan melalui 2024. Tidak ada salahnya jika kamu mulai memeriksa kembali kesehatan keuangan Anda sepanjang paruh pertama tahun ini.
Melakukan pengecekan kesehatan keuangan secara berkala sangat baik untukmu karena ini memungkinkan evaluasi terhadap perilaku konsumsi, kebiasaan menabung, dan jumlah hutang yang dimiliki, sehingga kamu bisa mengantisipasi kesalahan dalam mengelola keuangan pribadi sejak dini.
Jadi, apa saja yang perlu diperiksa? Secara umum, mengukur kesehatan keuangan bertujuan untuk melihat seberapa besar utang dan beban yang harus ditanggung dibandingkan dengan pendapatan atau aset pribadi. Oleh karena itu, pengecekan kesehatan keuangan bisa dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio berikut ini:
Rasio Likuiditas
Rasio ini untuk mengukur kesiapan keuangan dalam menghadapi kondisi darurat seperti krisis yang menyebabkan penghasilan terputus. Rasio ini biasa juga disebut dengan rasio dana darurat.
Rasio Likuiditas = aset lancar : pengeluaran rutin tiap bulan
Aset lancar adalah aset yang mudah dicairkan menjadi uang tunai. Contohnya kas di tabungan, saham, reksa dana, atau deposito dengan tenor pendek. Idealnya rasio ini besarannya adalah 3-6 kali dari pengeluaran rutin tiap bulan.
Rasio Kemampuan Bayar Utang
Utang bisa menjadi penyakit keuangan pribadi. Saat utang yang dibayar terlalu tinggi untuk dibayar tiap bulannya bisa menciptakan utang baru yang terus menggulung. Akhirnya linggkaran setan utang susah diputus dan hidup menjadi tidak tenang.
Hal ini bisa diantisipasi dengan mengukur tigkat ekmampuan membayar utang sedini mungkin. Caranya?
Rasio Kemampuan Bayar Utang = utang yang dibayar tiap bulan : total pendapatan tiap bulan
Idealnya adalah 25% hingga 30%, lebih baik lagi di bawah angka itu. Jika lebih dari itu lebih baik segera lunasi utang dengan nominal kecil atau menambah pendapatan.
Kemudian rasio ini bisa dikembangkan dengan mengukur utang konsumtif saja.
Rasio utang konsumtif = utang konsumtif : pendapatan
Apa itu utang konsumtif?
Utang ini digunakan untuk keperluan 'happy-happy' seperti beli baju, makan, tiket pesawat, hotel, dan lainnya yang tidak termasuk cicil KPR atau kendaraan atau modal usaha (produktif). Sangat baik jika nilainya 0% agar beban keuangan tidak berat.
Rasio Biaya Hidup Terhadap Pendapatan
Selanjutnya adalah rasio untuk membandingkan biaya kebutuhan sehari-hari yang dikeluarkan tiap bulan dibandingkan dengan biaya pendapatan tiap bulan. Idealnya rasio ini adalah sama dengan satu artinya pendapatan bisa menutupi segala biaya kebtuhan sehari-hari.
Rasio Biaya: Kebutuhan Biaya Tiap bulan : Pendapatan Tiap Bulan
Namun sangat baik jika bisa kurang dari 1 atau 100% sebab sisa uang bisa dimanfaatkan untuk menabung, asuransi, dana darurat, dan investasi. Bahkan untuk sosial atau leisure. Dalam kondisi ini ideal pengeluaran untuk kebutuhan sehari sebesar 40% - 60% pendapatan tiap bulan.
Untuk menjaga rasio ini agar tetap ideal atau ingin menurunkan rasionya bisa dilakukan dengan cara berhemat atau menambah pendapatan.
Rasio Tabungan
Menabung perlu dilakukan untuk membeli kebutuhan atau keuangan di masa depan. Menabung tidak hanya di bank, namun juga bisa bisa di deposito atau instrumen investasi lainnya.
Rasio Tabungan: Total Nilai tabungan : pendapatan setahun
Idealnya rasio ini sebesar 10%, akan lebih baik jika nilainya bisa lebih dari minimal agar keuangan lebih sehat.
Rasio Solvabilitas
Jika ingin mengukur seberapa sensitif keuangan pribadi terjebak dalam kebangkrutan bisa menggunakan rasio solvabilitas. Rasio ini membandingkan kekayaan dengan total aset yang dimiliki. Kekayaan bersih didapatkan dari semua aset termasuk likuid dan aset jangka panjang dikurangi dengan jumlah kewajiban.
Rasio Solvabilitas: Kekayaan Bersih : Total Aset
Idealnya rasio ini sebesar 35%, jika lebih besar lebih baik karena porsi utang dalam aset makin sedikit dan artinya jumlah beban akan makin berkurang.
(aak/aak)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas! Ini 5 Kesalahan Finansial Para Fresh Graduate yang Bikin Miskin