Terus Meroket, Akankah Emas Jadi Primadona Investor di 2024?

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
18 April 2024 17:10
Octa
Foto: dok Octa

Jakarta, CNBC Indonesia - Kilau emas semakin bersinar di 2024. Hal ini terlihat dari pergerakan harganya yang terus naik hingga lebih dari 15% sejak awal 2024. Kondisi tersebut menjadikan emas sebagai kelas aset dengan berkinerja terbaik hingga saat ini.

Kenaikan ini terjadi karena peningkatan permintaan dari bank sentral, dan fakta bahwa semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli emas fisik melalui Exchange-Traded Fund (ETF) emas.

Selain itu, melemahnya dolar Amerika Serikat yang berlawanan dengan nilai emas juga berkontribusi terhadap peningkatan harga itu.

Namun, dua peristiwa berturut-turut mengganggu tren yang stabil pekan lalu. Laporan inflasi AS yang lemah, diikuti meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, menyebabkan harga emas jatuh lebih dari US$100 dalam satu sesi trading.

Gelombang sell-off mendadak pun jelas membuat para investor cemas dan bertanya-tanya apakah emas akan terus meningkat di tahun 2024.

Hal ini dipicu oleh laporan inflasi, yang menunjukkan harga di AS naik lebih cepat dari yang diperkirakan. Tingkat kenaikan harga saat ini di inflasi inti mendekati 2% target di pertengahan tahun lalu, tapi gagal untuk terus ada di level tersebut.

Menjelang akhir 2023, tingkat pertumbuhan harga mulai naik, mencapai sekitar 4-4,5% pada April 2024, yang cukup tinggi bagi AS.

"Perkiraan di awal pemotongan suku bunga utama sangatlah ambisius, dan tidak optimistis," ungkap John C. Williams, presiden dan CEO Fed New York dikutip Kamis (18/4/2024).

Di sisi lain, ketegangan geopolitik di Timur Tengah membawa kekhawatiran dan mengakibatkan emas turun tajam di akhir pekan lalu saat para investor beralih ke aset-aset yang lebih berisiko, terutama karena koneksi kuatnya dengan dolar AS.

Namun, riset Octa menyebut, emas akan terus dianggap sebagai aset aman oleh para investor dalam jangka panjang, terutama selama musim badai di arena politik global.

Semakin tinggi ketegangan, semakin besar permintaan akan logam kuning ini. Itulah salah satu alasan kenaikan emas. Peristiwa terbaru, serangan Iran diperkirakan hanya menyebabkan kerusakan terbatas terhadap Israel, dan pemerintah Israel telah berkata tidak ada rencana atas serangan balasan segera.

"Kita memiliki dua faktor vital di awal triwulan baru. Saat memperkirakan harga emas, kita harus lebih memperhatikan kondisi perekonomian dan dinamika suku bunga AS, dan bukannya pada konflik geopolitik, karena sebagaimana yang sudah kami sebutkan, efeknya terbatas," tulis riset Octa.

Oleh sebab itu, harga emas kemungkinan akan mengalami tren turun, yang akan berlanjut hingga pertemuan FOMC AS pada 12 Juni 2024, di mana pasar keuangan akan tetap berada dalam kondisi Risk-on.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dear Investor, Kenali 2 Hal Sebelum Investasi Emas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular