
Simak! Ini Komoditas Berkinerja Terbaik & Terburuk di 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - Trading komoditas menawarkan peluang yang dapat menguntungkan bagi para investor. Terlihat pada tahun 2023, ada beberapa kategori aset komoditas telah menunjukkan kenaikan imbal hasil dua digit, meskipun ada juga yang justru mengalami hal sebaliknya.
Berdasarkan tinjauan Octa, hampir semua komoditas berakhir di wilayah negatif pada tahun 2023. Hanya emas yang juara, sedangkan logam lainnya menunjukkan dinamika negatif, dan sebagian besar komoditas energi serta pertanian mengalami penurunan.
Emas tercatat naik 13,10% ke rekor tertinggi $ 2.135. Kenaikan emas didorong oleh pembelian bank sentral, yang diperkirakan mencapai 800 ton emas pada tiga kuartal pertama 2023.
"Karena penurunan suku bunga pada tahun 2024 terlihat lebih mungkin terjadi, para investor mencari aset emas yang aman, dan lemahnya dolar telah mempercepat proses ini. Sementara kenaikan tembaga didorong oleh permintaan saat ini, karena tembaga hampir tak tergantikan di sebagian besar perangkat elektronik, mulai dari ponsel hingga panel surya," tulis riset Octa, Sabtu, (06/4/2024).
Sedangkan beberapa komoditas lain yang tercatat menurun pamornya ada palladium. Komodias ini menjadi tidak populer di tahun 2023. Kegunaan utamanya adalah konverter katalis dan industri otomotif, dan penjualan mobil telah menurun karena orang-orang terus beralih ke mobil listrik.
Hal serupa juga dialami lithium dan nikel. Komoditas ini mengalami kemerosotan akibat fakta bahwa suplainya sangat tinggi pada tahun 2023.
"Bahkan, beberapa produsen besar bahkan menghentikan produksi di tengah jatuhnya harga tahun lalu. Situasi ini sepertinya tidak akan membaik pada tahun 2024," tulis Octa.
Dari sisi energi, minyak mentah tercatat turun hampir 11% karena meningkatnya suplai agregat. Pada akhir tahun 2023, produksi minyak mentah harian AS mencapai rekor 13,3 juta barel per hari. Selain itu, aktivitas ekonomi di China, yang merupakan konsumen utama minyak mentah, menekan permintaan agregat.
Dengan kondisi tersebut, bisa dikatakan trading komoditas bisa jadi peluang yang menjanjikan bagi mereka yang ingin diversifikasi risiko, melindungi diri dari inflasi, dan meraih penghasilan dari pergerakan harga yang dapat diprediksi dalam setahun.
Seperti diketahui, komoditas adalah bahan mentah yang digunakan untuk membuat produk-produk konsumen, mulai dari makanan, furnitur, hingga bensin. Komoditas mencakup produk-produk pertanian seperti gandum dan ternak, produk-produk energi seperti minyak dan gas alam, dan logam seperti emas, perak, dan aluminium. Ada juga komoditas lunak yang tidak dapat disimpan dalam waktu lama, seperti gula, kapas, kakao, dan kopi.
Sebagai aset real, komoditas cenderung bereaksi terhadap perubahan faktor eksternal secara berbeda dibanding saham, obligasi, dan mata uang, yang merupakan aset finansial. Secara khusus, tidak ada regulator bank sentral yang menetapkan aturan main untuk aset berwujud. Di sini, hukum penawaran dan permintaan menentukan harga. Kelangkaan komoditas tertentu secara alami akan menaikkan harganya.
Perubahan harga komoditas kategori utama merupakan putaran pertama dari spiral inflasi. Semakin signifikan kenaikan harga komoditas, semakin besar pula kenaikan biaya produksi barang dan jasa (Producer Price Index - PPI).
Pertumbuhan biaya produksi barang dan jasa memicu pertumbuhan harga retail, sehingga mengalihkan beban inflasi ke konsumen (Consumer Price Index - CPI). Oleh karena itu, investasi komoditas dapat memberikan perlindungan terhadap inflasi pada portofolio.
Octa pun melihat pada tahun 2024, aktivitas konsumen yang moderat melemahkan permintaan komoditas. Selain itu pemangkasan suku bunga yang diharapkan oleh Federal Reserve AS mungkin tidak hanya baik untuk aktivitas konsumen. Sehingga pelemahan Dolar akan mendukung harga emas, yang dapat naik lebih tinggi lagi.
Yang menarik faktor inflasi masih akan membayangi harga minyak di 2024. Namun, jika ketegangan geopolitik meningkat, skenarionya bisa berbalik.
Sedangkan komoditas yang digunakan dalam transisi energi hijau, seperti nikel, tembaga, litium, dan seng, diprediksi akan mengalami tren penurunan karena berlanjutnya kelebihan suplai yang signifikan. Sementara tembaga, litium, dan seng juga akan mengalami surplus pada tahun 2024.
"Terlepas dari bagaimana tahun 2024 nanti, jelas bahwa pasar komoditas menawarkan peluang unik bagi para trader untuk meraih penghasilan. Octa memungkinkan para kliennya untuk trading emas, komoditas yang paling berkembang, dan berbagai jenis aset lainnya," tulis Octa.
Sekadar informasi, Octa adalah broker internasional yang telah menyediakan layanan trading online di seluruh dunia sejak 2011. Octa menawarkan akses bebas komisi ke pasar finansial dan berbagai layanan yang telah digunakan klien dari 180 negara dengan lebih dari 42 juta akun trading. Webinar edukasi, artikel, dan tool analisis gratis yang mereka sediakan membantu klien mencapai tujuan investasi.
Perusahaan ini terlibat dalam jaringan amal dan kegiatan kemanusiaan yang komprehensif, termasuk peningkatan infrastruktur pendidikan dan bantuan darurat yang membantu masyarakat setempat.
Octa juga telah memenangkan lebih dari 70 penghargaan sejak didirikan, termasuk penghargaan 'Broker Edukasi Terbaik 2023' dari Global Forex Awards dan penghargaan 'Broker Global Terbaik Asia 2022' dari International Business Magazine.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kupas Tuntas Cara Cari Cuan Lewat Trading Forex & Komoditas