Masuk Indeks MSCI, Harga Saham Pasti Naik?

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
07 June 2023 09:35
Ilustrasi chart pattern saham.
Foto: Getty Images/iStockphoto/Grafissimo

Jakarta, CNBC Indonesia - Morgan Stanley Capital International (MSCI) melakukan rebalancing, maka saham yang masuk harganya akan naik, sedangkan saham yang didepak akan terkoreksi. Pertanyaannya adalah, "fakta atau mitos?"

Sebelum membahas lebih lanjut, MSCI merupakan indeks saham dan obligasi dari lembaga riset Morgan Stanley sebagai salah satu acuan investor. Indeks ini banyak digunakan sebagai acuan manajer investasi dunia sebagai dasar pemilihan aset.

Indeks MSCI terpopuler adalah MSCI World Index, yang mencakup emiten-emiten dari berbagai negara di seluruh dunia. Selain itu, MSCI juga mengeluarkan indeks-indeks seperti MSCI Emerging Markets Index untuk negara-negara berkembang.

Indeks ini telah memiliki kepercayaan yang kuat di mata investor sebab mampu memberikan imbal hasil. Dalam industri keuangan, MSCI memiliki peran penting, kredibilitas MSCI membuat reksadana indeks atau ETF banyak menggunakan dan mengacu aset pilihan MSCI.

Berdasarkan hal tersebut, banyak investor beranggapan keluar masuk konstituennya dalam MSCI akan memengaruhi perubahan harga. Padahal, berinvestasi dengan membeli indeks MSCI secara langsung tidak dapat dilakukan.

Tujuan indeks ini adalah mereplikasi kinerja indeks tertentu. Kemudian, terdapat institusi yang mengacu pada MSCI dengan mencoba mencocokkan dan mengelola portofolio. Investor dapat membeli reksadana indeks tanpa memerlukan dana besar.

Selain itu, ETF juga merupakan opsi instrumen investasi yang terdaftar di bursa saham sekaliguas melacak indeks MSCI. Investor dapat membeli indeks MSCI melalui ETF atau reksadana indeks yang disediakan oleh manajer investasi, platform perdagangan online, dan melalui broker saham.

Indeks MSCI sering kali menjadi perbincangan akibat pilihan sahamnya dari berbagai negara, industri, kapitalisasi pasar, dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, investor global akan mengacu pada indeks MSCI sebagai emiten pilihan awalnya.

Faktor-faktor tersebutlah yang berpotensi memengaruhi pergerakan saham yang masuk dalam indeks MSCI menguat dan saham yang didepak anjlok. Namun, tidak semua keputusan beli atau jual mengindikasikan harga saham nya sudah tidak dapat naik atau turun lagi.

Sehingga, saham yang masuk indeks MSCI akan mengalami kenaikan harga dan saham yang didepak akan terkoreksi merupakan mitos. 

Namun, faktanya adalah saham yang masuk atau didepak indeks akan cenderung mengalami tekanan beli atau jual. 

Faktor keharusan reksadana indeks atau ETF mengikuti update emiten yang dipilih merupakan faktor tekanan beli atau jual dalam jangka pendek. Namun, MSCI sudah mempertimbangkan emiten yang dipilih melalui tingkatan likuiditas sahamnya, sehingga tekanan beli atau jual tidak mempengaruhi perubahan harga signifikan. 

Salah satu produk MSCI yang terpopuler di Indonesia dengan pilihan emiten yang likuid adalah MSCI Indonesia Index.

Melansir factsheet, MSCI Indonesia Index merupakan saham pilihan di bursa Indonesia dengan kapitalisasi pasar besar dan menengah. Per April 2023, Indeks ini terdapat 21 konstituen dengan 85% berupa aset di pasar modal.

Sebagai contoh, Top 5 konstituen pilihan MSCI Indonesia diantaranya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mendominasi bobot mencapai 25,93%, PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) berada di posisi kedua, dan dilanjutkan Telkom Indonesia, Bank Mandiri, Astra International.

Pemilihan indeks MSCI menggunakan metodologi analisis komprehensif dan konsisten yang memiliki potensi investasi dan dapat merepresentasikan indeks tersebut. MSCI menggunakan kerangka kerja FaCS yang terdiri dari beberapa kelompok faktor (misal: valuasi, kapitalisasi pasar, momentum, kualitas, hasil, dan volatilitas).

Penilaian tersebut dibangun dengan memperhatikan rasio keuangan PBV, laba dibanding dividennya, leverage, dsb.

MSCI Indonesia mampu memberikan imbal hasil yang cukup baik. Performa MSCI Indonesia menguat 12,92% sejak awal tahun hingga 28 April 2023, padahal kinerja IHSG hanya menguat 0,94% dalam periode yang sama.

Dalam jangka panjang, indeks MSCI juga lebih baik dibanding IHSG. Sejak 2014, MSCI mampu mengungguli kinerja IHSG sebanyak 5 tahun, sedangkan IHSG 4 tahun.

Untuk mengikuti MSCI, nvestor perlu memahami waktu rebalancing, alasan saham tersebut dipilih, dan tujuan berinvestasi. Tanpa pemahaman yang kuat investor akan khawatir, semisal saham pilihannya didepak dan harganya terkoreksi. 


(mza/mza)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Instrumen Ini Kasih Cuan 11% dalam 6 Bulan, Tertarik?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular