
Yuk, Pahami 7 Prinsip Utama Investasi Biar Tidak Boncos

Jakarta, CNBC Indonesia - Berinvestasi merupakan salah satu cara untuk mencapai kebebasan finansial di masa depan. Setelah menyiapkan dana simpanan untuk keadaan darurat, calon investor bisa segera melakukan investasi untuk tujuan tersebut.
Agar kegiatan berinvestasi bisa membawa hasil maksimal, terdapat 7 prinsip utama yang dapat dijadikan acuan, khususnya dalam melakukan investasi yang tepat dalam jangka panjang. Adapun 7 prinsip utama dalam berinvestasi tersebut telah disusun Syailendra Capital dalam Market Insight Report.
Ini 7 Prinsip Berinvestasi yang Bisa Diterapkan Investor:
1. Investasi Lebih Dini
Investor yang melakukan investasi lebih dini tentu membawa imbal hasil lebih besar dibandingkan dengan investor yang baru berinvestasi. Sebagai gambaran, Investor A dan Investor B masing-masing berinvestasi sebesar 3 juta di setiap bulan selama 5 tahun (total Rp 180 juta). Investor A yang sudah berinvestasi 5 tahun lebih awal dibandingkan dengan Investor B akan menghasilkan kinerja +146% lebih tinggi dari kinerja Investor atau selisih Rp 62 juta.
![]() |
2. Hindari Prediksi Market
Tahun 2021 menjadi masa-masa yang volatile untuk pasar saham. Sehingga banyak investor yang ingin mencoba untuk melakukan market timing. Padahal langkah ini tidaklah mudah. Pasalnya, jika investor kehilangan 5 hingga 20 hari terbaik di pasar saham, mereka akan menanggung kerugian yang cukup besar.
3. Abaikan Gangguan
Gangguan dalam berinvestasi bisa datang dari mana saja, misalnya datang pemberitaan di media yang kerap menebar ketakutan bagi para investor. Oleh karena itu, penting untuk mengabaikan gangguan semacam ini.
Dalam 20 tahun terakhir, pasar saham telah melewati banyak peristiwa yang menyebabkan pergerakan harga naik dan turun. Akan tetapi, dalam jangka panjang, pergerakan pasar saham terus meningkat sehingga hal ini menjadi tanda baik bagi investor yang menggunakan strategi investasi jangka panjang.
4. Efektif Alokasikan Aset
Prinsip selanjutnya adalah dengan tidak sepenuhnya berinvestasi pada saham. Artinya investor dapat mendapatkan imbal hasil melalui alokasi aset secara efektif.
Sebagai contoh, bisa mengalokasikan aset investasi dengan 30% saham, 60% obligasi pemerintah, dan 10% pasar uang. Namun mengingat risiko yang jauh lebih rendah, imbal hasil pun akan sejalan.
5. Lakukan Diversifikasi
Selain alokasi yang efektif, investor juga perlu melakukan diversifikasi pada portofolio. Dalam hal ini, investor dapat memanfaatkan perbedaan kinerja pada setiap kelas aset untuk periode-periode tertentu.
Asal tahu saja, hampir tidak mungkin untuk memprediksi kelas aset mana yang akan berkinerja terbaik pada tahun tertentu.
![]() |
6. Perhatikan Masa Pemulihan
Investor perlu memerhatikan masa pemulihan portofolio investasinya. Secara rata-rata, portofolio A yang tidak terdiversifikasi, dengan aset alokasi 100% saham, membutuhkan 25 bulan untuk kembali pulih atau ke puncak sebelumnya.
Sementara itu, portofolio B yang terdiversifikasi hanya membutuhkan waktu 13 bulan. Sehingga investor yang memerhatikan masa pemulihan ini akan terhindar dari kerugian yang cukup dalam.
7. Seimbangkan Portofolio
Menyeimbangkan portofolio investasi perlu dilakukan secara teratur atau rebalancing. Sebab seperti disebutkan di atas, pergerakan pasar tidak pernah bisa diprediksi.
Sebagai contoh portofolio yang awalnya memiliki tingkat risiko moderat di Januari 2009 dengan alokasi 50% saham dan 50% obligasi dapat berubah menjadi portofolio berisiko tinggi di 2019 dengan alokasi 68% saham dan 32% obligasi jika investor tidak melakukan rebalancing.
Temukan berbagai informasi menarik dan terbaru mengenai pasar modal di website Syailendra.
![]() |
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mau Produk Investasi Tahan Banting? Cek Produk SPTP Ini