
Ini Tips & Cara Berinvestasi yang Baik Agar Tak Boncos

Jakarta, CNBC Indonesia - Investasi menjadi kata yang paling populer belakangan ini. Investasi layaknya sihir, khususnya bagi kaum muda untuk menggapai kemerdekaan secara finansial.
Namun, kalangan anak mudah cenderung ingin mendapatkan keuntungan cepat dalam berinvestasi, sehingga mudah tergiur untuk meniru kesuksesan orang tanpa pengetahuan yang cukup.
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa, euforia dalam berinvestasi harus disertai dengan pengetahuan yang cukup bagi kaum muda. Jangan sampai, investasi hanya jadi ajang-ajang ikut-ikutan tanpa memiliki pengetahuan.
"Kalau kita tak ajari mereka, mereka bisa kapok berinvestasi. Forum ini berguna untuk meningkatkan literasi ke masyarakat. Membekali diri untuk berhasil di pasar finansial itu penting," tutur Purbaya dalam keterangannya, Jumat (19/8/2022).
Purbaya menyatakan, anak muda saat ini memiliki kecenderungan mengadopsi media digital, khususnya media sosial, dalam mengambil keputusan terkait keuangan dan investasi. Di sisi lain, anak muda juga memiliki kecenderungan ingin mendapatkan keuntungan cepat dalam berinvestasi.
"Generasi muda cenderung tergiur dengan investasi yang berisiko tinggi. Risikonya tidak dipelajari sama sekali, makanya flexing laku," ujarnya.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jika pada 2018 lalu, investor pasar modal tercatat hanya sebanyak 1,6 juta, pada Juli 2022, jumlahnya sudah mencapai 9,3 juta. Pada periode yang sama, investor saham mencapai 4,1 juta, reksadana 8,6 juta dan surat berharga negara (SBN) sebanyak 736,4 ribu.
"Minat investasi di pasar modal mengalami kenaikan yang impresif, padahal sejak puluhan tahun lalu peningkatan tak banyak terjadi. Inklusi dan literasi keuangan semakin meningkat, namun terdapat gap antara inklusi dengan literasi. Selain itu, juga terdapat gap inklusi dan literasi antar wilayah di Indonesia," katanya.
Purbaya melanjutkan, secara demografi, investor di Indonesia didominasi oleh generasi muda (di bawah usia 30 tahun) dan latar belakang pendidikan tertinggi SMA/sederajat.Berdasarkan kelompok umur, data KSEI menyebutkan, investor dengan usia di bawah 30 tahun jumlahnya mencapai 59,43% dan menguasai Rp54,79 triliun.
Di umur-umur seperti itu, investor yang ada kebanyakan memang masih dalam tahap awal berinvestasi. Tak heran porsi investasi masih belum terlalu besar dialokasikan dari pendapatan yang diterima.
Data KSEI menujukkan, jika berdasarkan pendapatan, sekitar 49,54% investor ditempati oleh investor dengan penghasilan Rp10-100 juta dengan total dana sebesar Rp179,9 triliun. Disusul oleh investor berpenghasilan di bawah Rp10 juta sebanyak 38,17% dengan total investasi sebesar Rp 170,9 triliun.
Purbaya menyarankan, sebelum benar-benar terjun ke dunia investasi, anak muda seharusnya bisa melakukan profiling pada dirinya sendiri. Mereka bisa memulai berinvestasi setelah memenuhi kebutuhan dasar, dana darurat dan asuransi.
"Kuncinya sabar. Jangan anggap investasi itu bisa bikin langsung kaya. Jangan berutang dalam berinvestasi karena bunga pinjaman itu sudah pasti, sedangkan return investasi belum pasti ," tuturnya.
(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mau Investasi untuk Persiapan Masa Tua? Simak Yuk