Inflasi Melesat, Sekarang Waktu Yang Tepat Investasi Emas?
Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan inflasi di dunia maupun di tanah air semakin nyata. Di tengah kondisi seperti ini, investasi emas dapat menjadi solusi bagi keuangan Anda. Demikian disampaikan Business Development Manager ICDX Dedi Prasetyo kepada CNBC Indonesia, Senin (1/8/2022).
Sekadar gambaran, pada pertengahan bulan Juli, harga emas turun menjadi US$ 1.680/troy ons atau turun sekitar 15% dari pergerakan harga emas selama semester I tahun 2022, yakni mencapai di atas US$ 2.000/troy ons.
"Tentunya yang menjadi alasan utama bagi investor atau masyarakat ketika inflasi, emas sudah dinilai sebagai aset safe haven. Aset emas ini biasanya selalu tahan banting terhadap inflasi," ujar Dedi.
Selain itu, kondisi geopolitik juga bisa memengaruhi harga emas ke depan. Seperti yang kita ketahui, perang antara Rusia dan Ukraina masih terus memanas.
"Inilah yang mungkin bisa menjadi pendorong harga emas untuk naik harganya," kata Dedi.
Lantas, apakah sekarang merupakan saat yang paling tepat untuk berinvestasi emas atau sebaiknya wait and see? Dedi memaparkan, hal tersebut tergantung dari kebutuhan maupun tujuan investasinya.
"Kalau kebutuhan investasi untuk jangka panjang, saya rasa ini sudah saat waktu tepat untuk mengkoleksi emas sendiri. Tapi memang jika kebutuhannya untuk short-term investment, kondisi ekonomi secara global, seperti yang kita ketahui saat ini harga US$ sedang menguat terus, ini yang menjadi salah satu faktor penghambat harga emas untuk kembali naik. Jadi untuk kondisi saat ini, saya pikir lebih baik kita wait and see," ujar Dedi.
Lebih lanjut, dia menjelaskan faktor-faktor yang akan mendukung pergerakan emas untuk jangka menengah dan panjang.
Pertama, apabila inflasi dapat terkontrol dengan baik. Terjadinya inflasi akan mendorong harga emas menjadi lebih tinggi. Namun, seperti yang sedang terjadi saat ini, di mana inflasi yang terjadi secara global berada di luar kendali atau melebihi ekspektasi, maka Amerika Serikat (AS) membutuhkan kebijakan-kebijakan khusus untuk mengendalikan inflasi tersebut. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dengan menaikkan suku bunganya.
Kedua, nilai tukar AS. Jika strategi The Fed dalam menekan laju inflasi berhasil, besar kemungkinan The Fed akan mulai menahan bahkan menurunkan nilai tukar suku bunganya. Secara otomatis itu akan melemahkan nilai tukar AS. Jadi dengan pelemahan nilai tukar AS, tentunya akan mendorong harga emas lebih tinggi.
Ketiga, secara teknikal, harga emas sedang dalam kondisi downtrend. Secara psikologis, jika harga emas masih bertahan di bawah US$ 1.800/troy ons, maka besar kemungkinan harga emas masih terus mengalami pelemahan. Tapi jika harga emas berhasil menembus dan bertahan di atas level US$ 1.800/troy ons, kemungkinan akan bisa mendorong harga yang lebih tinggi lagi
(miq/miq)