Bitcoin Dkk Hancur Lebur, Ini Pilihan Investasi Buat Kamu
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga bitcoin tercatat US$ 21.969,97 per koin pada Rabu (15/6/2022). Hal ini terjadi saat investor ramai-ramai menjual mata uang kripto itu akibat risiko volatilitas yang tinggi.
Mengutip data CoinMarketCap , cryptocurrency terbesar di dunia itu turun sekitar 29% dalam tujuh hari sekitar pukul 09:35 WIB. Ini merupakan salah satu nilai perdagangan terendah mata uang itu sejak 2020.
Selain itu, kapitalisasi pasar untuk cryptocurrency tergelincir di bawah US$ 1 triliun, tepatnya US$ 45,3 miliar. Tak hanya itu, investasi sekitar US$ 200 miliar dalam mata uang kripto juga telah hilang sejak Sabtu.
Di tengah tingginya risiko dan volatilitas Bitcoin dan koin kripto lainnya saat ini, diversifikasi menjadi salah satu cara untuk mempertahankan aset. Lantas, investasi apa saja yang bisa menjadi pilihan investasi sebagai pengganti kripto yang aman?
Deposito
Deposito bisa mengamankan dana kita dalam tener tertentu untuk meredam guncangan resesi yang membuat nilai uang tergerus.
Meskipun menawarkan imbal hasil paling moderat, tetapi deposito bisa jadi piliah yang baik karena sifatnya yang lebih stabil.
Emas
Emas bisa melindungi aset dari ketika dunia sedang berada adalah ketidakpastian ekonomi atau politik yang menyebabkan pasar lebih fluktuatif. Sebab harganya yang stabil dan tidak terdepresiasi seperti nilai uang. Inilah kenapa emas banyak dijadikan sebagai lindung nilai (hedging).
Risiko emas cenderung kecil karena tingkat volatilitasnya yang tidak besar. Sehingga aman menyimpannya dalam jangka panjang.
Saat resesi pada 2020, saat pandemi Covid-19 membuat dunia lumpuh, harga emas dunia di pasar spot melonjak 25,01%. Kala itu, emas jadi salah satu aset dengan kinerja terbaik.
Obligasi Negara
Berinvestasi di obligasi negara terkenal lebih aman dibandingkan saham. Itu karena obligasi dijamin oleh pemerintah, yang dapat meningkatkan pajak atau memotong pengeluaran untuk memastikan pembayaran dilakukan kepada pemegang obligasi.
Meskipun obligasi pemerintah tidak sepenuhnya tangguh selama resesi ekonomi, namun sifat beli-tahan (buy-and-hold) dan pembayaran kupon yang stabil, jelas menarik bagi investor yang tidak begitu menyukai volatilitas di pasar penuh risiko.
Saat tanda tanda resesi meningkat pada 2020, imbal hasil acuan tenor 10 tahun melonjak hingga 8,3%. Kemudian jatuh ke level 6% kala pemulihan terjadi.
Saat ini imbal hasil yang ditawarkan kembali melejit dan mencapai posisi 7,287% seiring dengan ketidakpastian global yang makin meningkat.
Saham
Ketiga jenis investasi di atas adalah moderat. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk berinvestasi di aset risiko seperti saham.
Ketika terjadi resesi, saham-saham yang memiliki fundamental baik bisa jadi pilihan. Melihat fundamental perusahaan bisa dari kinerja keuangannya, bisnisnya, pengelolaan risiko saat terjadi krisis oleh manajemennya, hingga ketahanan perusahaan tersebut dalam menghadapi berbagai krisis.
Ketika resesi dan harga saham anjlok, saham-saham yang memiliki fundamental bagus akan menjadi lebih murah atau undervalued. Sehingga menciptakan peluang bagi investor untuk membeli sahamnya.
Reksa Dana
Reksa Dana bisa dibilang sebagai investasi 'palugada' alias 'apa lu mau gue ada'. Sebab reksa dana menawarkan berbagai instrumen investasi dari yang berisiko rendah hingga tinggi dan dari instrumen yang cocok untuk jangka menengah hingga jangka panjang.
Ada reksa dana pasar uang yang memiliki risiko minim dan cocok untuk investasi di bawah 1 tahun. Kemudian, reksa dana pendapatan tetap atau obligasi yang cocok untuk investasi 1-3 tahun. Reksa dana campuran yang cocok buat yang suka risiko sedang. Reksa dana ini bisa diinvestasikan untuk 3-5 tahun. Jika ingin lebih berisiko, bisa pilih reksa dana saham yang cocok untuk investasi jangka panjang atau di atas 5 tahun.
Return yang bisa diraih di reksa dana beragam tergantung produk. Semakin minim risiko, return yang bisa diraih akan lebih kecil dibandingkan produk reksa dana yang tinggi risiko.
Mengutip situs Bareksa, return yang berhasil dicapai oleh produk reksa dana pasar uang rata-rata mencapai 3% hingga 4% dalam setahun. Lalu, return untuk reksa dana pendapatan tetap rata-rata sebesar 20% hingga 22% dalam jangka waktu 3 tahun.
Kemudian, Reksa dana campuran bisa menghasilkan return 10% hingga 12% dalam jangka waktu 3 tahun. Sementara return reksa dana saham bisa mencapai 78% dengan rata-rata return 25% dalam jangka waktu lima tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)